06

13 5 2
                                    

Sejak pagi tadi Alma sama sekali tidak melihat Jehan sama sekali.

Tante Vera hanya mengatakan bahwa Jehan sedang mengikuti rapat organisasinya sejak pagi tadi.

'se-sibuk itu ya dia sampai gak sempat buat pamitan?'

Alma dengan cepat menepis pemikiran anehnya tentang Jehan, bukankah dia sendiri yang menyuruh lelaki itu untuk fokus kepada organisasinya?

Waktu berlalu begitu cepat, sekarang Alma, Naya, kedua temannya, bunda-ayah dan tante vera juga om reza sudah berada di bandara sambil menunggu panggilan penumpang dan Alma yang masih berharap Jehan menyempatkan waktunya sebentar untuk datang.

Namun hingga ia telah berpamitan dengan semuanya dan berjalan kearah pesawat yang akan membawanya ke negara sang ayah itu Jehan tak kunjung menampakkan walau sehelai rambutnya.

Alma hanya menghela napasnya dan mengetikkan sesuatu di roomchat-nya dan Jehan sekadar memberitahukan bahwa ia akan berangkat sebentar lagi.

Tepat saat pesawat akan lepas landas Alma memejamkan matanya dengan cepat dan berpegangan kepada apa saja yang ada di sebelahnya.

Yup dia memiliki ketakutan sendiri saat pesawat akan meninggalkan landasan ataupun ketika akan mendarat kembali.

Setelah dirasa semuanya sudah normal perlahan Alma membuka matanya kembali, dan ia baru sadar jika daritadi ia menggenggam tangan penumpang yang berada tepat di sebelahnya.

Refleks ia menarik tangannya kembali dan dengan sedikit canggung meminta maaf kepada orang itu yang Alma yakini usianya lebih tua dari Alma karena penampilannya yang menggunakan jaket dengan kera tinggi serta masker dan topi yang sering kakeknya gunakan di rumah.

"Pak saya minta maaf kalau tadi saya lancang memegang tangan bapak, sekali lagi saya minta maaf atas perlakuan saya barusan."

Alma bersungguh-sungguh mengatakan hal itu karena merasa begitu tidak enak dengan bapak tua tersebut yang mungkin saja ia tidak nyaman dengan kelancangan Alma tadi.

Bapak itu sedikit membenarkan posisi duduknya dan mengarahkan pandangannya kearah jendela karena merasa terlalu diperhatikan oleh Alma.

"Ehem, iya nak tidak apa-apa."

Alma sedikit mengerutkan dahinya sedikit mendengar perkataan bapak tua itu, ia yakin ia tidak salah dengar, suara ini sudah sangat familiar di telinganya bukan sekali dua kali.

Lalu entah dengan keberanian dari mana Alma mengangkat topi pria itu dan menarik maskernya turun secara bersamaan.

Dan benar saja dugaannya, siapa lagi kalau bukan Jehan Rakshan, orang yang sejak tadi pagi hilang tak tahu dimana keberadaannya yang sebenarnya.

Sedangkan Jehan yang di tatap seperti itu oleh Alma hanya mengeluarkan cengiran khasnya sambil mencoba mengambil kembali topi yang sekarang sudah berada di tangan Alma itu.

"Hehehe si neng geulis pisan ternyata."

"Ngapain?" bukannya menanggapi perkataan Jehan, Alma justru melayangkan pertanyaannya langsung.

"Eits, sabar dulu gue disini bukan karena ngikutin lo atau apapun itu jadi buang jauh-jauh pikiran jelek lo dulu."

Alma masih setia mendengarkan kelanjutan dari kata-kata Jehan sambil melipat kedua tangannya, karena Alma yakin lelaki itu sudah mempersiapkan semua jawabannya jauh daro sebelumnya.

"Gue emang tadi abis rapat organisasi sekalian dapet tugas matkul gue disuruh motoin objek-objek landmark terserah negara mana aja, dan kebetulan gue tertariknya di Bulgaria, yaudah deh sekalian aja."

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang