Sesuai kesepakatan mereka malam tadi, hari ini setelah menghabiskan sarapannya dan mandi mereka mulai pergi ke studio-studio pemotretan di sekitar sana.
Sejak pagi tadi Alma lah yang paling bersemangat dan benar-benar tak sabar untuk segera pergi mengitari ibu kota Bulgaria itu.
Karena jarak studio pertama yang akan mereka datango tidak terlalu jauh dari hotel yang mereka tempati, mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja sambil menikmati negara yang terkenal dengan sebutan negara kuntum mawar tersebut.
Tiba di studio utama mereka langsung menuju ke meja resepsionis untuk bertanya-tanya terlebih dahulu.
Setelah menunggu cukup lama untuk membuat janji dengan manager tempat itu akhirnya mereka diarahkan ke salah satu ruangan khusus.
Namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada mereka, tidak ada nama ayah Alma di dalam daftar pekerja yang telah disebutkan tadi.
Begitu pun dengan empat studio selanjutnya yang mereka datangi.
Matahari perlahan sudah beranjak naik dan terlihat jelas di wajah Alma ia sedikit kelelahan dan mungkin sedikit putus asa dengan keputusannya.
Buktinya mencari keberadaan ayahnya di negara orang tidak semudah apa yang dibayangkannya.
"Al kita istirahat aja dulu yuk, makan terus balik ke hotel dulu."
Kali ini Alma menggeleng pelan.
"Gue nanti aja Je, lo kalau mau balik duluan aja."
"Al lo jangan kayak gini tenang aja masih banyak waktu kok, justru kalau lo gak makan malah gak ada tenaga buat lanjut cari kan?"
"Tapi makin di tunda makin lama Je, gue gak mau."
"Alma dengerin gue, makan dulu ya setelah itu kalau mau tetep lanjut kita lanjut, oke?"
"Bukan apa-apa Al pikirin kesehatan lo dulu yang penting, iya ada gue disini tapi kan tujuan kita disini mau cari bokap lo, lo bilang gak mau lama-lama kan?"
Alma akhirnya menuruti perkataan Jehan dan mengikuti langkah cowok itu yang membawanya ke sebuah restaurant yang sebelumnya memang sudah ia cari terlebih dahulu.
Jujur Jehan tidak suka melihat Alma yang terlihat sudah putus asa seperti ini, ia ingin Alma yang seperti biasanya, Alma yang ceria, cerewet dan tak mudah menyerah begitu saja.
Tepat setelah menyelesaikan kegiatan makan siang mereka, Alma sudah berniat untuk bersiap pergi dan melanjutkan kegiatannya sebelum Jehan menahan pergelangan tangannya untuk duduk kembali.
"Al lo dengerin gue dulu."
Alma hanya bergeming tak berniat menjawab ataupun mengelak lagi dari Jehan.
"Tujuan awal kita disini emang untuk cari ayah lo, tapi lo coba jangan terlalu terpaku untuk itu jadinya bakal kayak gini. Karena kalau sekali kita udah terlalu berharap pas kenyataannya gak sesuai dengan harapan kita kita bakalan kecewa dan jadi pesimis kan?"
"Jadi gue mau minta kita disini enjoy sama perjalanan kita tanpa harus terburu-buru tapi tetap yakin dan inget tujuan kita disini, lo katanya juga mau banyak mengenal negara ini kan?"
Alma masih diam dan mulai meresapi bahwa perkataan Jehan memang benar adanya, justru jika ia terpaku seperti tadi ia malah tidak akan mendapatkan apapun apalagi bahkan jauh dari harapannya.
"Lo bener Je, maafin gue karena terlalu buru-buru dan malah bikin suasananya jadi kayak sekarang ya?"
"it's okay Al, bukan salah lo gue tau maksud lo baik karena ga sabar mau ketemu ayah kandung lo, tapi buat selanjutnya please enjoy the moment ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelievable
Teen FictionSiapa yang menyangka jika orang yang sudah sangat menyayangi Alma dan yang sangat Alma sayangi selama ini bukanlah orang tua kandung Alma yang sebenarnya. Alma ingin marah pada takdir yang membuatnya terihat begitu menyedihkan, Alma ingin marah kena...