"Bagaimana rasanya karma?" Tanya Yudha kepada Sameer yang saat ini sedang duduk di depannya dengan kepala tertunduk.
"Maaf..." Ucap Sameer pelan, sarat akan penyesalan.
"Jangan pernah main-main dengan keluargaku, karena aku bisa pastikan mereka hancur." Suara rendah Yudha jelas membuat Sameer merinding.
"Sa-saya minta maaf, saya mengaku salah.."
"Aku punya penawaran untuk manusia sepertimu. Tetap di kota ini dengan status gelandangan, atau pergi ke kota lain dengan status seorang pekerja?"
Sameer mendongakkan kepalanya. "Mak-maksudnya?"
Yudha melemparkan sebuah amplop kepada Sameer. "Buka!"
Dengan sedikit ragu, Sameer membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isinya yang ternyata adalah sebuah tiket kereta, kartu nama dan beberapa lembar uang.
"Ini...apa...?"
"Gunakan tiket itu dan pergi dari kota ini, temui orang yang ada di kartu nama itu, gunakan namaku, orang itu tau harus apa. Dan uangnya, belilah pakaian dan merawat diri sebelum pergi!"
Melihat Sameer yang masih diam, membuat Yudha sedikit menggebrak mejanya. "Kenapa masih di sini? Nggak suka?"
"Bu-bukan gitu, ta-ta-tapi... Terima kasih! Terima kasih om!" Setelah berucap demikian, Sameer pun membawa amplop tersebut keluar dari ruangan kantor Yudha.
Yudha hanya diam memperhatikan Sameer yang sudah pergi dari ruangannya. Kedua tangannya saling bertaut di atas meja. Matanya menatap tajam. "Putriku mungkin memang pemaaf, tapi tidak denganku! Saat kamu sudah sampai di sana, aku bisa pastikan, menjadi gelandangan dan mati jauh lebih baik!"
Yudha menyunggingkan sebelah bibirnya menampilkan smirk yang tampak mengerikan.
"Trauma, harus dibalas dengan trauma. Dan orang sepertimu harus merasakannya. Orang-orang sepertimu hanya menyesal sampai di mulut, selebihnya pasti akan kembali berbuat hal yang tidak manusiawi!"
***
"Ayah... Ke rumah kak Ivano yuk, Tara kangen sama Jean..."
Yudha mengusap lembut rambut Tara yang sedang menyender di bahunya. "Besok juga kak Nana balik lagi ke rumah."
"Lamaaaa...." Rengek Tara. "Tara kan kangennya sekarang..."
"Mau ayah buatin adek aja nggak? Biar nggak kangen-kangenan lagi sama Jean."
Tara menjauhkan tubuhnya dari Yudha. "Kata bunda, bunda udah nggak bisa hamil kan?"
"Itu mah kata bunda, kata ayah bisa kok!"
"Beneran?"
Yudha mengangguk yakin.
"Nggak! Nggak ada adek-adek! Udah punya cucu juga! Nggak sadar diri!" Zara yang tidak sengaja mendengar percakapan ayah dan adik bungsunya di ruang tamu saat dirinya baru pulang dari bekerja berseru tak terima.
"Emang kenapa kak?" Tanya Tara.
"Mikir lah dek, ayah udah punya cucu! Ya kali nggak mau kalah sama anaknya, pengen punya bayi juga! Kan nggak lucu kalo Jean punya uncle atau aunty yang seumuran sama dia! Jangan dengerin ayah, ayah mah tukang modus!"
Yudha yang mendengar ucapan Zara hanya mengedikkan bahunya.
"Iya juga ya..."
"Tumben udah pulang kak?" Tanya Yudha.
"Pulang cepet dibilang tumben, pulang telat, katanya kok kerja mulu! Serba salah deh!"
"Nanya doang, lain kali sering-sering pulang jam segini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Of Love: Cheese
Fiksi RemajaSUNGTARO GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Tara menyukai tiga hal di dunia ini: -Dandelion -Keju -Cowok AU Jika dandelion dan keju sudah Tuhan kabulkan untuk menghiasi hidu...