5. Sakit Hati

361 63 20
                                    

"Tara, ini gimana coba? Nggak ngerti ih..." Celine menyerahkan laptopnya kepada Tara.

"Katanya tadi udah ngerti, kenapa sekarang gak ngerti lagi?"

"Itu kan tadi, beda sama sekarang!" Ujar Celine membela diri.

Tara hanya menggeleng kecil, lalu mulai fokus pada layar laptop milik Celine.

"Pagi Tara..." Sapa Sameer begitu masuk kelas.

Celine yang melihat tingkah Sameer hanya memandang sinis. Sedangkan Sameer tidak mempedulikannya.

"Pagi..." balas Tara dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

"Kalo nggak penting, mending minggir, ganggu tau nggak!" Usir Celine. Tara di sebelahnya hanya mencolek tangan Celine pelan, bermaksud mengingatkan Celine bahwa tindakannya itu tidak baik.

"Sibuk nggak?" Tanya Sameer.

Tara melirik ke arah Celine. Tidak tau harus menjawab apa. Sebenarnya Tara tidak sibuk, dari tadi Tara hanya membantu Celine untuk mempelajari salah satu mata kuliah yang tidak dimengerti.

"Dia sibuk ngajarin gue! Udah sana pergi!" Usir Celine lagi.

"Nyaut aja mulut lu! Yang ditanya juga nggak jawab apa-apa." Balas Sameer tak mau kalah.

"Emang kenapa? Masalah buat lu? Udah biarin aja, ayo ajarin gue lagi!" Ucapan Celine kembali menarik atensi Tara pada laptop di depannya.

"Tara, gue mau ngomong hal penting sama elu. Cuma berdua. Lima belas menit aja... Pleaseee...." Sela Sameer.

Belum sempat Tara menjawab, Celine sudah kembali menyela. "Ngomong aja di sini!"

Sameer kembali tidak memperdulikannya. "Please Tara, gue nggak punya siapapun lagi yang bisa gue mintai tolong. Bisa ya?"

Tara melihat kedua orang di depannya yang menampilkan raut wajah yang saling bertolak belakang. Celine dengan pelototan matanya yang artinya tidak memperbolehkan. Sedangkan Sameer melihat Tara dengan wajah memelasnya.

"Cuma lima belas menit kan?" Tanya Tara memastikan. Sameer buru-buru mengangguk mengiyakan.

Celine di sebelahnya berdecak kesal.

"Tunggu dulu ya Celine, cuma lima belas menit."

Celine tidak menjawab apapun dan hanya mendengus kesal. Kedua tangannya dilipat di depan dada begitu melihat Tara mengikuti langkah Sameer di belakangnya. "Pengen gue aduin sama kak Rena, tapi emang si Tara aja yang geblek! Pasti ada apa-apanya tuh cowok brengsek!"

***

"Ada apa?" Tanya Tara begitu Sameer membawanya ke taman yang agak sepi dan jauh dari fakultasnya.

"Gue pinjem duit ya? Gue belum bayar iuran anggota klub sepakbola sama basket soalnya." Jawab Sameer to the point.

"Pinjam uang lagi?" Tanya Tara memastikan.

Sameer mengangguk. "Lu pasti punya kan? Punya dong? Please Tara, cuma satu juta."

"Satu juta?" Tara membeo mendengar nominal uang yang diminta Sameer.

"Iya, masa lu nggak punya sih?"

Tara bingung bagaimana harus menjelaskannya kepada Sameer. Sebenarnya, Tara memang punya tabungan, namun tidak banyak dan rencananya tabungannya akan ia gunakan untuk keperluan yang mendesak saja. Tapi, jika mengingat ucapan kedua orang tuanya tempo hari, Tara jadi tidak berani meminjami uang kepada Sameer lagi.

"Emang uang yang kemarin kamu pinjem udah habis? Katanya cuma buat beli makan kan? Tapi, masa makan aja sampai lima ratu ribu?"

Sameer menghela napas sebentar. Kepalanya tertunduk. "Jadi, lu nuduh gue ngibul gitu? Tampang gue emang gak bisa dipercaya ya? Ya udah deh, sorry... Nggak usah lu pinjemin deh, nggak papa kok! Palingan gue ntar dikeluarin dari tim! Hhh... impian gue buat jadi atlet kandas aja udah..."

Taste Of Love: CheeseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang