˓𓄰 ָָ࣪࣪ ؛ The Truth? 𓄼𝆬𔗏𔗎

1.2K 191 13
                                    

"Ne, apa nee-chan akan membenci ku?"

"Benci? Untuk apa?"

"Shion nee bilang kalau nee-chan tidak menyukai seorang pembohong."

"Tentu, orang bodoh mana yang menyukai seorang pembohong?"

Pagi hari di waktu liburmu dibuka oleh pertanyaan random dari Mahito.

Kau yang sedang mencuci piring merasa heran akan pertanyaan bocah 8 tahun di depanmu ini. Tidak ada angin, tidak ada hujan, bahkan tidak ada kutukan, tiba-tiba Mahito menjadi sedikit lebih diam dan dan menanyakan pertanyaan itu.

[Name] PoV

"Kalau begitu, mungkin nee-chan akan membenciku.."

Sebenarnya anak ini kenapa sih? Tiba-tiba menjadi sedikit aneh semenjak dimana aku pingsan.

"Apa kau berbohong tentang suatu hal padaku Mahito-kun?"

Kulihat Mahito hanya diam membisu. Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku? Apa sebenarnya dia anak konglomerat? Apa sebenarnya dia punya orang tua?

Mahito masih menungguku di meja makan seperti ingin mengatakan sesuatu, maka dengan cepat aku menyelesaikan cucian piring yang lumayan banyak ini. Sesudah mengeringkan tangan, aku pergi ke meja meja makan dan duduk di samping Mahito.

Aku mengusap rambutnya yang lumayan panjang secara perlahan, melihatnya dengan tatapan yang- entahlah. Jujur setelah keberadaan Mahito aku sedikit terhibur meski sering kali anak nakal ini menghilang secara tiba-tiba dan membuatku khawatir, aku tetap menyayanginya.

"Apa kau berbohong tentang sesuatu?"

Mahito hanya semakin menunduk, membuatku semakin penasaran tentang kebohongan apa yang bisa di perbuat oleh anak kecil sepertinya.

"Jika aku berkata jujur, maka nee-chan hanya akan membenciku dan menjauhiku. Aku tak menginginkannya, tapi jika aku berbohong semakin lama maka nee-chan hanya akan semakin membenciku."

Anak ini kerasukan apa? Kenapa dia terus berkata bohong dan benci? Aku pikir wajar bagi Mahito menyimpan rahasia dariku dan begitupun sebaliknya, kita hanya dua orang baru yang kebetulan saling membutuhkan.

"Ma-" Ucapku terpotong saat ku rasakan seseorang mengetok pintu.

Baru ingin melangkahkan kaki, Mahito menarik pergelangan tangan mu seolah mencegahku untuk membukakan pintu. Sebenarnya ada apa? Apa Mahito merasakan sesuatu seperti waktu itu?

"Permisi! Apa ada orang?"

"Itadori! Diamlah, kau juga Nobara jangan mengganggunya."

Suara ribut dari luar semakin membuat membuat ku penasaran. Dengan perlahan ku lepaskan tangan kecil Mahito yang sebelumnya menahan lenganku.

Kubuka pintu secara perlahan, mengintip apakah benar manusia atau justru kutukan. Tapi sepertinya aku bisa bernapas lega karena terlihat tiga anak yang berpakaian mirip shaman gila waktu itu. Ah, aku lupa namanya. Siapa? Saturu? Saruto? Saroto? Em.. Oh! Satoru.

"Ya, ada yang bisa ku bantu?" Aku bertanya dengan ramah kepada tiga orang di depanku ini.

"Maaf mengganggu waktu bersantai anda [name]-san." Ucap si rambut hitam.

"I'e, daijobu. Sebelumnya, dari mana kau tau namaku?".

"Nama? Gojou sensei memberitahukan itu kepada kami."

Si rambut uban itu? Yang benar saja. Bukannya aku tak pernah memperkenalkan diri padanya? Si rambut uban itu cukup mencurigakan.

"Baiklah, kalau begitu apa kalian seorang shaman?" Tanyaku lagi.

Protect You (Mahito × Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang