Dua orang yang mabuk asrama sedang saling mengejar di atas pasir putih dengan hilir angin dan ombak yang tak ingin ketinggalan menunjukkan keindahan. Karin tertawa, ia berlari tanpa alas kaki diikuti Iqbal dari belakangnya yang berusaha menangkap gadis itu.
"Kamu gak akan bisa ngejar aku, Bal!" teriak Karin.
Iqbal berhenti dan berkacak pinggang. "Yakin?"
Ia kembali berlari, membuat Karin yang berhenti saat Iqbal berhenti kembali berlari.
Karin terus berlari di pinggir garis pantai yang tak ada ujungnya.
Napas Karin ngos-ngosan, gadis itu berhenti hingga Iqbal berhasil menangkap Karin dan mereka duduk bersama menikmati hilir angin dan ombak yang sedang memanjakan mata mereka.
"Aku capek," keluh Karin, tapi senyumannya tak pernah pudar. Gadis itu sangat bahagia.
Iqbal yang melihat senyum itu ikut tersenyum.
"Kar," panggil Iqbal.
"Ya?"
"Lihat kamu senyum gini, bikin aku ngerasa jadi laki-laki paling beruntung yang bisa dapetin kamu."
Karin memukul pundak Iqbal.
"Tanggung jawab, aku baper."
***
"Aslinya lo cantik banget, Sei!" Pujian itu mampu membuat pipi gadis itu memerah, Seira memeluk Jingga erat. Fani yang duduk di atas ranjang berdehem.
Seira dan Jingga menoleh dan terkekeh, mereka kemudian bersama-sama memeluk Fani. Hari ini banyak mereka habiskan berjalan bersama, menikmati kota yang menjadi tempat impian Seira dulu, gadis itu bahagia bisa bertemu Jingga, sahabatnya.
Fani juga merasa senang saat bersama dengan keduanya, ia tidak pernah merasakan kehangatan yang luar biasa ini dari orang lain.
Seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamar Jingga, membuat ketiganya melepaskan pelukan mereka. Jingga tersenyum dan turun dari tempat tidur dan membuka pintunya.
"Makanannya udah mama masakin, kamu sama temen-temen kamu turun ke bawah, ya, kita buka puasa bareng."
Jingga mengangguk, ia memeluk Rita manja.
"Ma, aku sayang banget sama mama." Rita memeluk erat putrinya.
"Mama juga sayang sama adek."
"AAAAAAAA!" Seira dan Fani terharu memandang keduanya.
Jingga tersenyum lebar dan melepaskan pelukannya.
"Kenapa masih di situ? Ayo bangun, kita makan biar kenyang dan sehat," ujar Rita, mama Jingga.
Fani dan Seira mengangguk dan bangun dari tempat tidurnya dan mereka berempat turun tangga menuju meja makan.
Fani tersenyum memandang Rita, wanita igu mengingatkannya pada mamanya yang telah tiada. Kehangatan dan kasih sayang yang ditunjukkan dari keluarga kecil Jingga, membuat Fani ikut senang.
Seira menoleh pada Fani, ia perhatikan gadis itu sejak tadi melamun. Seira menyenggol lengan Fani yang duduk di sampingnya, membuat lamunan Fani buyar.
"Kenapa, Sei?"
"Mikirin apa lo?" Fani menggeleng kepalanya. Jingga yang berada di samping mamanya ikut menoleh.
"Lo berdua nginep sini, ya."
"Eh?" Fani terkejut. "Gue gak bisa, Je. Gu-gue takut ngerepotin."
"No, girl. Mama malah seneng," balas Rita, membuat Seira dan Fani menoleh ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey! I Just Want You!
Teen FictionLelucon gila terus saja datang mempengaruhinya untuk berhenti pada satu hal yang ia perjuangkan selama ini. Tapi, baginya satu nama yang ia simpan dan jaga dengan baik adalah segalanya yang harus menjadi milik Jingga. Segala yang paling banyak memba...