Bacanya pelan-pelan, ya!
Happy reading!
***
Terbanglah sesukamu, gapai lah langit sesuai inginmu, tapi jangan pernah lupa tanah lebih banyak membuatmu tumbuh.
***
"EH! SORRY!"
"Hati-hati dong!" Gadis itu menoleh, ia mengangguk dan menyatukan kedua tangannya meminta maaf.
Ia berlari cepat, dirinya ketakutan, karena ada seseorang yang mengejarnya di belakang, membuat beberapa orang yang melihatnya di koridor mendengus kesal pasalnya gadis itu tidak sengaja menabrak bahu mereka di sana. Napas gadis itu kembang kempis, ia menoleh kembali ke belakang, di belakangnya ada Cermin yang berusaha mengejarnya.
"Fan! Fan! Gue mohon." Fani terus berlari, gadis itu masuk ke dalam kelas dan menemukan Jingga yang sedang duduk menulis di kertas dengan kipas angin kecil di atas meja.
Jingga menatap Fani bingung. "Makanannya mana, Fan?"
Fani menggeleng cepat dan memegang tangan gadis itu. "Gue mohon lindungi gue. Cermin mau-"
"Fan!" Jingga sontak berdiri, gadis itu melihat Cermin dengan gunting di tangannya.
"Apa-apaan lo?!" tanya Jingga. Gadis itu menyembunyikan tubuh Fani, beberapa teman sekelasnya ikut terkejut, ketika Cermin mendekat dan memperlihatkan gunting itu.
"Gue cuma pengen ujung rambut Fani," ujar Cermin.
"Gue gak mau!" tolak Fani, gadis itu benar-benar ketakutan. Cermin medesah kecewa.
"Gue janji, Fan, gue gak bakal gangguin lo sama Jingga lagi."
Fani mengeratkan pelukannya pada lengan Jingga, ia tau Cermin merencanakan sesuatu untuk menciptakan masalah baru.
"Lo kurang puas ya, Cer?" tanya Jingga, gadis itu jengah. Ia menatap sekelilingnya, semua orang memilih kembali sibuk pada pekerjaan mereka masing-masing.
"Sekali ini doang ada orang yang butuh ujung rambut Fani buat bertahan hidup."
"Selain suka ngerebut cowok lo juga pinter ngarang ya, Cer." Jingga terkekeh. Gadis itu memegang lengan Fani dan menyuruhnya duduk.
"Gue mohon, Je."
Wajah Cermin menampakkan raut harap, ia berjanji jika Fani mengikuti kemauannya, Cermin akan menghapus dendamnya dan tidak akan pernah mengusik Jingga apalagi menyuruh gadis itu mengerjakan tugasnya seperti saat pertama kali mereka masuk ke kelas sebelas.
"Gue janji sama lo, lo bisa bully gue sepuasnya. Goza butuh Fani," ungkap Cermin.
Fani yang ketakutan menoleh serius, ia menatap Cermin. Fani mengingat kejadian bagaimana Goza menggoreskan luka ke lengannya dengan pisau lipat. Ia memandang telapak tangan kirinya, masih ada bekas luka di sana yang di balut dengan perban.
"Gue sama dia ud-dah ber-akhir, Cer. Gue ikhlasin buat lo, lo-"
"Fan! Dengerin gue ... gue cuma kepengen ujung rambut lo dan bawa lo buat nyamperin Goza kali ini aja, gue mohon ..."
"Sahabat gue gak akan pergi ke mana-mana!"
Jingga hendak menarik tangan Fani, tapi tiba-tiba gadis itu meringis.
"Akh," pekik Fani pelan, ia meringis.
Jingga menatap telapak tangan Fani. Gadis itu menumpu tangan Fani di atas tangannya dan terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey! I Just Want You!
Novela JuvenilLelucon gila terus saja datang mempengaruhinya untuk berhenti pada satu hal yang ia perjuangkan selama ini. Tapi, baginya satu nama yang ia simpan dan jaga dengan baik adalah segalanya yang harus menjadi milik Jingga. Segala yang paling banyak memba...