"Dunia terlalu aneh, mematahkan ketika ingin dan membantu ketika semuanya sudah dilepas."
***
Gempar. Beberapa orang memekik melihat sesuatu yang tidak bisa terbayangkan melewati mereka yang ingin pulang. Gadis-gadis yang menyaksikannya cukup terkejut dan menutup mulut, karena melihat tumpahan darah segar jatuh ke tanah saat seorang ingin dibawa menuju mobil ambulance.
Sirene ambulance menambah suasana semakin ramai serta menjadi alasan orang-orang berkumpul untuk menyaksikan tubuh seorang pemuda digopong oleh beberapa orang ke ambulance yang sempat Eno suruh datang.
"Ini ada apa?"
"Itu bukannya Leo? Leo kelas dua belas Bahasa?"
"Kenapa dia?"
Mereka masih tidak mengerti kenapa Leo dalam situasi yang mengenaskan. Beberapa juga miris melihat wajah Leo yang rusak.
Mobil ambulance mulai melesat pergi melewati orang-orang yang sedang mengerumuninya. Mereka masih bertanya-tanya satu sama lain
"Duh, ngilu, itu kenapa?"
"Gue nggak tau."
Guru-guru yang ikut kebingungan menghampiri Eno dan bertanya ada apa.
Eno memilih bungkam, pemuda itu benar-benar tidak tau kejadian yang sebenarnya.
"Ini kalian terjadi perkelahian?"
"Tadi Eno sempat ditelepon Jingga, Bu. Disuruh datang ke roftoop."
Salah satu temannya lagi menjawab, "Iqbal juga ada di sana."
"Apa benar itu Eno?"
"Iya," jawab Eno. Pemuda itu menatap gurunya dengan wajah tenang.
"Tapi, jangan menyimpulkan duluan, karena kita nggak tau kronologi sebenarnya."
"Ikut saya ke ruangan saya!" Guru BK berujar keras, membuat ketiganya mau tak mau ikut.
"Dan kalian semua sebaiknya pulang!"
"Yahh!" desah mereka kecewa.
Setelah berbicara seperti itu, keempatnya menuju ruang BK dan orang-orang lalu kembali membicarakan tentang kejadian yang barusan ia lihat.
"Eh! Eh! Liat, kenapa baju Iqbal banyak bercak darah. Terus Jingga ngapain sama Iqbal?"
Dwi teman sekelas Iqbal menunjuk ke arah tangga, membuat perhatian tertuju pada Iqbal dan Jingga.
Bisik-bisik mulai terdengar di kedua telinga manusia yang berjalan bersama itu.
"Gue yakin ini semua ulah Jingga!"
Lina yang terkenal judes itu berusaha memprovokasi. Ia melipat kedua tangannya di depan dada.
Iqbal dan Jingga menghentikan langkahnya.
"Jingga lo pasti bikin Leo gini, kan?"
"Leo sekarat gara-gara lo, nggak mungkin murid teladan kayak Leo cari masalah duluan."
"Apa mereka bertiga terjebak cinta segitiga?"
"Ya, tapi nggak mungkin, secara kan Iqbal gak suka Jingga. Apa Jingga yang sok tersakiti itu ngehasutiin salah satunya?"
"Dih, Iqbal, lo kenapa jadi munafik gini? Bukannya lo nggak suka Jingga, ya?"
"Bener."
"Gue nggak tau kronologi, tapi gue tebak biang keroknya Jingga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey! I Just Want You!
Teen FictionLelucon gila terus saja datang mempengaruhinya untuk berhenti pada satu hal yang ia perjuangkan selama ini. Tapi, baginya satu nama yang ia simpan dan jaga dengan baik adalah segalanya yang harus menjadi milik Jingga. Segala yang paling banyak memba...