BAB 42 [Kebersamaan Lagi?]

77 12 0
                                    

Jalan raya terpampang jelas di hadapannya dan Jingga sekarang sedang duduk menunggu seseorang di halte bus dengan tas kecil gadis itu sandang di bahu, ia memperhatikan orang-orang berlalu lalang.

"Maaf, Je, gue gak bisa dateng Goza masuk rumah sakit."

Gadis itu menatap ponselnya, ada chat dari Karin. Jingga sudah menduganya, Karin pasti akan membuat banyak alasan untuk menghindarinya.

Jingga hanya membaca pesan itu dan mulai berdiri untuk pergi dari bangku duduknya. Sejujurnya gadis itu ingin keduanya berbincang mengenai masalah yang membuat Jingga tidak bisa menerima Iqbal bersama Karin. Ia takut, Iqbal akan sakit nantinya jika mengetahui gadis yang amat ia sukai itu mengkhianati dari belakang dari mulut orang lain.

Ia hanya ingin, Karin mengakui bahwa gadis itu pernah berhubungan sangat jauh dengan sepupunya itu, Goza. Supaya kehidupan orang yang Jingga cintai bahagia walau tidak bersamanya suatu saat.

Jingga menutup wajahnya dengan tas kecil yang ia sandang untuk menghindari sinar matahari yang begitu terik hari ini, hingga pada akhirnya sebuah motor mendekat.

"Lo ngapain di sini, Je?"

Jingga sontak menoleh, menyadari seseorang gadis itu langsung melangkah cepat, membuat pemuda itu mulai mempercepat motornya untuk mengejar Jingga.

Jingga menghela napasnya dan berhenti, membuat pemuda itu ikut memelankan motornya.

"Jangan ngikutin gue!" peringat Jingga, membuat pemuda itu menatapnya.

"Lo mau ke mana emang? Motor? Sepeda? Mobil lo ke mana?" tanya Iqbal.

"Gue naik angkot tadi," jawab Jingga, gadis itu meneduhkan dirinya, karena tidak kuat dengan panasnya.

Iqbal ikut meminggirkan motornya, membuka helm dan turun di depan toko yang tutup.

"Lo ada urusan apa sendiri gini, Je?"

"Gue mau beli pembalut tadi," bohong gadis itu mengalihkan pandangannya.

Pemuda itu menyipitkan matanya untuk memperhatikan Jingga dari atas ke bawah hingga bawah ke atas.

"Pakaian lo rapi banget, mau ketemu cowok, ya?" kekeh Iqbal, membuat pupil mata gadis itu membesar.

"Enggak!" jawabnya cepat.

"Kalau iya juga, bagus, deh." Iqbal terkekeh.

"Gue mau beli pembalut, Iqbal!" ujar Jingga. Gadis itu menoleh sembari melanjutkan ucapannya, "Lo dari mana?"

"Gue? Gu-gue lagi jalan-jalan aja," balas Iqbal, membuat Jingga menaikkan satu alisnya.

"Gue kurang percaya."

"Tadinya mau jemput Karin di cafe, tapi dia masih bincang sama temennya," ungkap Iqbal.

Kedua tangan gadis itu terkepal erat, Karin telah membohonginya.

"Karin di cafe ngapain, Bal?"

"Oh biasa," jawab Iqbal sembari matanya menatap lurus jalanan di depannya, "Rapat OSIS," lanjut Iqbal lagi.

Setelah mengatakan itu pemuda dengan jaket hitam menoleh menatap gadis di samping kirinya itu.

"Mau ikut gue?"

"Eh?" Jingga terkesiap. "Mau ngapain?"

"Ngapain aja asal sama lo." Mendengar itu Jingga menahan dirinya untuk tidak tersenyum sekaligus merasa sesak napas yang membuat jantungnya berhenti sejenak, gadis itu mengalihkan pandangannya agar Iqbal tidak tahu gadis itu mati-matian untuk tidak berteriak kegirangan atas ucapan Iqbal barusan.

Hey! I Just Want You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang