Chapter 24 (S2)

118 6 2
                                    

Jordan pulang larut malam, pukul 1.30 AM. Keyla menyambutnya yang mabuk di depan pintu. Namun Jordan menghempas bantuan itu.

"Tidak perlu sok peduli! Jangan dekati saya! Saya sangat membencimu!" bentak Jordan membuat Keyla tersentak.

"Apa? Apa maksudnya?!" balas Keyla.

"Kau pura pura polos? Kau pikir aku benar benar mencintaimu? HAHAHA! Kau masih seperti dulu Key, bodoh! Ternyata kau belum bisa melupakanku, HAHAHA!" jawab Jordan dengan tertawa terbahak bahak karena terlalu gembira.

Degh..

"K - kamu mabuk Ev, ayo cepat istirahat" balas Keyla panik.

Lagi lagi Jordan menghempas tangan mungil dan hangat itu. Ia menatap Keyla dengan tajam.

"Aku tidak bohong! Aku masih sangat membencimu. Aku menikahimu agar aku bisa menyiksamu lebih dekat. HAHAHA!" balas Jordan lagi.

Keyla terdiam karena terkejut dengan perkataan Jordan. Jantungnya berdegup sangat cepat dan tubuhnya mulai gemetaran.

Tiba tiba Jordan menariknya dengan kasar membawanya ke suatu ruangan. Di sudut rumah ada ruangan yang sangat gelap, gudang. Ia menghempas Keyla dengan kasar ke dalam ruangan itu.

"Aw!" Keyla meringis kesakitan.

"Diam disana dan jangan keluar! Nikmatilah hadiah yang ku siapkan" titah Jordan dengan smirk.

"Ev, tunggu! Ev!" teriak Keyla dengan ketakutan.

Brak!

Pintu itu tertutup rapat. Ruangan itu benar benar gelap. Hanya ada setitik cahaya dekat jendela disana. Keyla dapat melihat langit malam dengan bintang kecil yang bersinar.

"Ev! Keluarin aku Ev! Aku takut kegelapan dan kesendirian Ev! JORDAN!!" teriak Keyla panik.

Keyla tersungkur jatuh, kepalanya mulai berdenyut menyakitkan. Nafasnya tidak teratur, jantung berdegup tak karuan, keringat dinginnya bercucuran. Sebuah memori tampil di kepalanya dan perlahan membuatnya meneteskan air mata.

***

"Tolong! Tolong!" teriak Keyla dalam ingatannya.

Ia terkunci di sebuah gudang ditengah malam. Ketika sekolahnya mengadakan acara kelulusan. Ia yang berusia 6 tahun menangis ketakutan di dalam ruangan gelap itu.

Saat itu, malam diliputi oleh hawa dingin yang mencekam. Cuaca sangat buruk. Angin kencang berlalu lalang diluar sana, hujan deras menjatuhi bumi dengan keras, petir dan guntur tampil dengan sangat sering.

Ia yang terlalu sering menonton film horor, bayangan mahluk gaib itupun mulai menghantui pikirannya. Ia merindukan kedua orang tuanya yang selalu ada disampingnya. Yang memberikan pelukan hangat disaat ia sedih.

Tiba tiba ia merasa ada sesuatu yang lewat disekitarnya. Tangisannya berhenti sesaat. Jantungnya semakin berdegup cepat.

Cit cit

Seekor tikus besar dan dua ekor kecoa sedang berkumpul di dua sudut ruangan. Sebelah kiri tikus yang bersembunyi sambil memakan sesuatu. Dan disebelah kanan dua kecoa yang sedang berusaha memanjat dinding.

Ketakutannya semakin menjadi jadi. Ia berteriak minta tolong namun, tak ada seorang pun yang mendengarnya. Perlahan dadanya terasa sesak dan akhirnya ia pingsan.

***

"Tidak.. tidak.. Jordan.. Jordan.." lirih Keyla yang rak berdaya.

Perlahan kesadarannya pun memudar dan ia pingsan.

***

Dua jam telah berlalu dan akhirnya ia bangun dari tidurnya. Keringatnya mengalir deras, nafasnya tidak teratur, ketakutan dan kegelisahan nampak pada matanya.

Ia melihat ke sekeliling tempat itu. Bertanya tanya mengapa ia berada di kamar Jordan. Ia mencubit tangannya dan itu sakit.

Pintu tiba tiba terbuka, muncullah sosok suaminya itu. Dengan penampilannya yang berantakan dan baju yang belum diganti.

"Siapkan air hangat. Saya mau mandi" ucap pria itu dengan suara berat.

Namun Keyla hanya terdiam di tempatnya. Ia menatap suaminya itu dan fokus pada pikirannya sendiri.

"Hei! Bangun! Cepat siapkan saya air hangat! Kamu tuli?!" bentak Jordan tiba tiba sambil menarik Keyla menuju kamar mandi.

"E- Ev.." lirih Keyla dengan matanya yang berkaca kaca.

"Lakukan apa yang saya perintahkan atau saya kurung kamu lagi di gudang" ancam pria itu.

Dengan kakinya yang lemas ia berusaha cepat melakukan perintah Jordan.

"Buka kan baju saya" titah Jordan lagi.

" T- tapi.." lirih Keyla lagi.

"Kamu mau melawan lagi?!" bentak Jordan.

Dengan cepat Keyla menggelengkan kepalanya. Perlahan juga ia menggerakkan tangannya melepaskan satu per satu helai kain yang menempel pada tubuh suaminya.

Dengan rasa takut dan malu, ia memejamkan mata dan memalingkan pandangan seraya melepaskan kain terakhir pada tubuh suaminya.

Karena matanya yang tertutup, tangannya tidak bisa meraih kain itu. Jari jarinya malah naik dan meraba roti sobek suaminya.

Tiba tiba, Jordan meraih tangan Keyla itu, mengangkatnya ke atas, dan menyandarkan tubuh gadis itu pada dinding.

"Senang ya bisa menikmati dada saya yang indah? Bagaimana rasanya? Belum puas? Raba lah lagi" bisik Jordan dengan smirk.

Keyla langsung menggeleng dengan cepat.

"Dasar! Kamu harus tahu diri! Saya menikah dengan kamu bukan karena cinta. Saya hanya ingin menyiksa kamu lebih dekat dan kejam! Lakukan seluruh perintahku dan jangan pernah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Paham?!" marah Jordan.

Keyla tertunduk sambil mengangguk angguk. Jordan pun melempar keluar Keyla dari kamar mandi. Tak sengaja, kepala gadis itu terbentur pada dinding dan berbunyi cukup keras.

Darah segar mengalir dari kepalanya. Jatuh menetes ke atas lantai putih bersih. Kepalanya berdenyut kesakitan dan matanya mulai kabur. Dengan sempoyongan dia berjalan keluar dan menuju kamarnya.

Air matanya pun tak bisa dibendung lagi. Belum sampai di depan pintu kamarnya, ia sudah kehilangan keseimbangan.

Brukk

Suara benda jatuh yang amat keras. Mengejutkan Jordan yang sedang mandi. Ia berteriak memanggil nama istrinya, namun tak ada balasan. Ia keluar mengenakan bathrobe dan mengecek apa yang jatuh itu.

Bola matanya mengecil. Ia sangat terkejut melihat istrinya yang jatuh ke lantai dan darah segar mengelilinginya. Dengan cepat ia meraih Keyla.

"Key, Keyla! Keyla bangun! Bangun!" panggil Jordan dengan Keyla di pangkuannya.

"Bii, bi Erna! Panggil sopir siapkan mobil kita ke rumah sakit sekarang" teriak Jordan.

Para pelayan langsung bergegas membantu Keyla. Sementara Jordan sedang mengenakan pakaian.

Sampai dirumah sakit, ia dibawa ke ruang UGD dan langsung diurus oleh tenaga medis.

***
"Dengan keluarga Keyla Aurora Sanjaya?" tanya dokter yang memeriksa Keyla.

"Saya suaminya" jawab Jordan dengan cepat.

"Kepalanya terbentur cukup keras dan ada benjolan. Ia akan sering merasa sakit kepala karena hantaman itu. Tapi, akan sembuh setelah sebulan. Ini resep obatnya, silahkan menuju apotek. Ia juga bisa pulang setelah sadar" ucap dokter itu.

Jordan bernafas lega mendengarnya. Ia menitipkan sebentar Keyla pada bibi Erna dan menuju apotek rumah sakit. Setelah itu kembali dan menjenguk Keyla.

Wajahnya sangat pucat, tangannya dingin, ia juga berkeringat dingin. Ada rasa sesak di dada Jordan ketika melihat Keyla seperti itu, terbaring tak berdaya dan nyawanya hampir melayang.

Precious Rainy SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang