1

470 49 25
                                    

"Ups...! Sorry, gue sengaja banget" tawa El puas  setelah menabrak punggung teman didepannya.

"Elmo! Gue sumpahin susah jodoh lu ya! Ngeselin, usil, jahil, aaaarrggghhh"

El malah tertawa melihat kemarahan yang sengaja ia pancing.
"Malah cosplay jadi reog, dih"

"Elesta Maura. Hari masih terlalu pagi untuk memancing keributan" peringat dosen yang saat itu melewatinya.

Gadis itu hanya nyengir seolah tak bersalah.

"Lu denger kan Elmo menyeramkan? Masih terlalu pagi!" Sinis temannya.

"Gue tau. Hampa aja kalau kalian semua gak marah - marah ke gue. Bye" tangan jahilnya masih sempat menarik ujung lengan baju gadis dihadapannya.

-

-

-

Siang terik ia menunggu bis kota di halte depan kampus tempat ia melanjutkan pendidikannya. Matanya menyipit saat angkutan yang ia tunggu perlahan berhenti dihadapannya.

Hampir 30 menit ia berada diperjalanan. Kakinya menapak turun setelah membayar tarif ke kondektur berwajah lusuh dengan handuk pudar dipundaknya.

Ia menghembuskan nafas lalu menatap nanar gerbang didepannya.

13 tahun sudah ia selalu mendatangi tempat ini. Ia masih belum berhasil membuat keadaan menjadi seperti semula. Keadaan dimana keluarganya utuh dan dirinya dimanjakan oleh kasih sayang tulus ayah dan ibu.

Ia selalu menghabiskan waktunya ditempat ini. Bahkan ia rela mengerjakan tugas kuliahnya dibawah rindang pohon, asal ditempat ini maka ia merasa nyaman.

"Udah pulang, El?" Tanya tantenya saat ia membuka pintu rumah.

"Udah, semuanya udah. Makan, tugas kuliah" jawabnya dengan wajah lurus.

Tantenya mengembuskan nafas.
"Duduk El, kesini sayang"

Gadis itu mendekat dan menuruti ucapan wanita yang 80% mirip dengan ibunya.

"Kamu naik Bis lagi? Bau matahari"

"To the point aja, El capek"

"Om Danu mengajak kita pindah ke Sulawesi"

Bagai disambar petir, El sudah bersiap menolak mentah - mentah.
"No! El disini, akan terus disini. Tante kalau mau pindah silahkan, El udah dewasa"

"Mana mungkin bisa tante ninggalin kamu, El. Dari kamu berusia 6 tahun, diurus bareng - bareng sama oma opa sampai akhirnya tersisa tante sendiri yang urus kamu. Allah gariskan tante belum dikaruniai buah hati karena disuruh fokus jaga kamu"

"Trust me, everything will be fine. Kasihan Om Danu sendirian disana. Kasihan Tante juga bolak - balik Jakarta Sulawesi cuma karena El" ia terus meyakinkan Miranda.

"Untuk kamu, gak akan ada kata cuma. Kamu gak mau pindah karena.... "

"Iya. Tante tau jawabannya. 13 tahun, El masih menunggu keajaiban itu ada"

"Nak, berat"

"Atas izin Allah, semua yang mustahil seketika akan menjadi mungkin"

Butuh pertimbangan yang berat, pada akhirnya Miranda pindah bersama suaminya. Meninggalkan Mauranya sendiri dirumah sebesar ini.

"Uang kuliah semuanya sudah dilunasi Ayahmu, sampai selesai. Ini Atm kamu, tante yang bakal transfer sebanyak apapun kebutuhan kamu, El"

"Uang dari dia?" Sinis El.

"Ayah, El. Dia dia,kayak lagi nyebut orang asing. Tante selalu ingetin kamu, nanti dikira tante gak bisa jaga attitude kamu. Dirubah dong, El"

"Ibu dikeluarkan paksa dari rumah ini, dia pelakunya. Dia penyebab semuanya"

"Ikhlas, El. Semua sudah jalannya"

"Tante ikhlas? Jawab jujur, tante bisa ikhlas? Kakak satu - satunya diperlakukan seperti hewan oleh suaminya. Tante ikhlas?" Teriak El.

Airmata mereka jatuh saat mengingat kejadian itu. Miranda 13 tahun lalu menjadi saksi  dimana sang kakak dicampakkan, sang keponakan menangis histeris ketakutan.

5 tahun belakangan ayah El selalu menyambangi putrinya, tapi sorotan sinis selalu ia dapat. Mengakali dengan ribuan cara agar El mau berkenalan dengan keluarga baru ayahnya tapi gadis itu selalu menatap jijik.

Dulu, El pernah dirawat ayahnya. Ia diambil paksa dari oma opanya. Tapi pacar ayahnya yang berhasil menyingkirkan ibunya selalu memperlakukan El dengan kekerasan.

Mengingat hal itu, kemarahan Elesta selalu memuncak. El menjadi jahil, usil, suka memancing emosi oranglain, bar - bar, itu semua ia lakukan karena melampiaskan kejadian buruk yang ia alami sejak usianya 5 tahun.

"Ibu, makan ya biar El yang suapin" lirihnya.

"Kamu siapa?"

"Bu, udah 13 tahun. Kan El gak pernah absen lihat ibu. Elesta Mauranya ibu"

"Saya bosan lihat kamu nangis terus"

El mengusap airmatanya senang.
"Ibu tau kalau El setiap hari datang untuk ibu? Ya Allah bu, alhamdulillah perlahan ibu bisa kenal sama anak ibu"

"Sana kamu, kamu mirip penjahat" usir Mila lalu ia pergi berlari menatap El ketakutan.

El menyadari kalau genetik ayahnya lebih dominan pada dirinya. Tak dapat dipungkiri, kemiripan El dan Wisnu bak pinang dibelah dua. Elesta adalah Wisnu versi wanita.

"Mora, come here!" Panggil Dokter yang 3 tahun belakangan merawat ibunya.

"Elesta Maura, Dok" senyumnya sambil menghapus airmata dipipinya sendiri.

"Hebat juga sumur airmata kamu ya, gak kering - kering" canda Dokter Alya.
"Ibu kamu perkembangannya baik kok, El. Jangan khawatir"

"Gak pernah ngamuk lagi ya, Dok? Kemarin El ketemu Dokter Wen, katanya ibu uda terbilang jarang banget ngamuk"

"Iya, benar sekali. Katakan apa?"

"Alhamdulillah" senyum El saat ia dipeluk hangat Dokter Alya.

"Hey anak - anaknya ahmad dhani ternyata disini"

Panjang umur, Dokter Wen duduk disebelah mereka.

"Anaknya ahmad dhani? Hah?" Heran El.

"Al , El, dul kan? Alya, Elesta, dul nya siapa ya?"

Mendengar kegaringan Dokter Wen membuat 2 wanita beda usia itu memutar bola mata serempak.

2 Dokter ini selalu menjadi penghibur lara hati Elesta setiap hari. Sehingga ia pun betah ditempat ini.

"Guys, saya mau kasih sesuatuuu" girang Dokter Alya.
"Ada yang bisa tebak?"

"Voucher makan?" PD Elesta menjawab.

"No, El. Salah"

"Tiket nonton?"

Lagi dan lagi Dokter Alya menggeleng.

"Plis, kamu harus dateng ya El. Dokter Wen tolong amanin adik saya, Elesta Maura. Dijemput, diantar kembali sampai depan pintu"

El terkesima melihat undangan pernikahan Dokter cantik ini.
"Congratulation, Dok. El berdoa supaya cuma ada 1 orang saja pria yang memiliki sifat seperti Ayah, dan itu cuma Ayah. Supaya tidak ada lagi Mila Mila selanjutnya diluar sana. Kehidupannya dipatahkan oleh kenyataan pahit sampai ia menjadi gila"

"Aamiin Ya Allah. Milanya kamu pasti sembuh, Bismillah sayang" Dokter Alya memberi semangat dan pelukan erat.
"Dokter Wen, minggu depan harus jemput El" paksa Dokter Alya.

"Lah, pacar saya?"

"Ya ikut"

"Itung - itung jadi nyamuk ya, El. Gapapa kan?" Kekeh Dokter Wen.

"It's ok. Tapi jujurly, El bisa banget berangkat sendiri loh Dok"

"Aaaa, sepupu saya. Dokter Billy nanti jemput kamu. Sebab kamu sudah sendirian dirumah, maka kamu harus mau stay di hotel, besok paginya kita check out sama - sama. Mengerti darling?" Begitu sayangnya Alya pada El membuat gadis itu terharu.

"Terimakasih, Dok. Allah baik banget menciptakan Dokter Alya untuk El"

"Jangan sedih, El. Tante Miranda sudah seperti kakak saya, kamu sudah seperti adik saya"

ELMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang