7

172 36 51
                                    

"Aman?" Tanya Lula memastikan El tak merasakan ketidak nyamanan ditempat ini.
"Uda gue bilang, ayo pulang aja. Lo gak percaya sih"

"Aman kok, santai"

"Kita masih bisa pulang" Timpal Dokter Wen .

El tersenyum.
"Kenapa pada panik sih? Ini bukan sinetron loh. Gak usah pada takut kalau saya bubarin acaranya, trus tiba - tiba Elesta Maura jadi pengantin. Film kuch - kuch hota hai kali ah"

Wen tertawa kecil.
"Ini bukan pernikahan impian Billy"

El memandang sekitar, memang betul hanya ada mereka dan beberapa keluarga Billy. Bahkan keluarga calon istrinya hanya 2 orang yang mengaku  sebagai wali.

Akad berjalan lancar meski Billy sempat salah hingga 2 kali saat menyebut nama istrinya.

"Bi, Mami punya hadiah untuk kalian. Staycation di hotel untuk beberapa hari, di Bali" Tawa ceria Mami Billy.

Wajah kaku tanpa senyum sejak kemarin itu rasanya dipancing dengan umpan yang tepat.

Billy mendekati Maminya yang kebetulan duduk berdua dengan Shela, istrinya.
"Billy sudah menuruti kemauan Mami sampai dititik ini. Sudah? Jadi tidak akan ada lagi drama - drama permintaan tidak masuk akal. Staycation, bulan madu, holiday. Semuuua yang berkaitan dengan MENANTU IDAMAN Mami ini, i'll say no! Kemas aja, kalian berdua yang pergi ke Bali" Ujarnya.

"Bebiiii" Rengek Shela.

Billy menaikkan bahunya merinding.
"What? Bebi? Status saya menikahi kamu atas dasar kemauan Mami. Jadi jangan harap akan tumbuh benih cinta dengan kelakar terbiasa bersama. Tidak akan! Jangan mimpi kamu! Niatmu jahat, tujuanmu jahat. Hartaaaa" Sindir Billy lalu melenggang pergi.

"Miii" Kesal Shela.

Mami Billy tak bisa berucap apapun.
"Pelan - pelan, Shela"

"Sampai kapan coba? Aaah pusing kalau begini" Wanita itu menghentakkan kakinya lalu pergi.

Billy melajukan mobilnya menuju rumah Elesta. Hampir 45 menit ia diperjalanan akhirnya sampai dengan raut keheranan.
"Wait! Apa nih?" Billy heran saat melihat banyak koper didepan pintu dan mobil Wen bertengger disana. Kakinya dengan tergesa melangkah masuk.

"Lula?" Panggil Billy saat melihat gadis itu memasukkan beberapa piring kedalam tas dibantu mbak.

"Loh! Dok?" Lula pun terkejut.

Elesta tergopoh mengangkut barang dari atas menuruni anak tangga.
"Laaa! Dokter Wen belom balik? Dia beli pizza atau cosplay jadi supervisornya sih? Lama amat dah. Atau dia gak bisa nyalain motornya si mbak?" Riweh sekali El yang ukurannya lebih mini dari kopernya.
"Lula! Budeg ya?"

"Jelasin! Mau kemana?" Sergah Billy to the point.

"Loh pengantin ngapain kesini?"

Billy jengah sekali mendengar kata pengantin.
"Bisa gak, langsung aja dijawab?"

"Eummm itu masih banyak lagi diatas, nanti ya" El ngibrit menaiki tangga.

"Elesta!"

"Hai Brooo! Uda disini aja. Uda selesai unboxing?" Geli Wen saat masuk kedalam rumah mendapati Billy teriak memanggil nama El.

"Wen! El mau kemana?"

"Makan dulu yukkk. Laperrr" Elesta melotot saat Dokter Wen hendak membuka mulutnya.

Ia menatap wajah Billy sangat frustasi, sama dengan keadaan hati El saat ini. Juga tak tau harus berbuat apa.

El, Wen, Lula dan Mbak bisa sambil bergurau saat makan. Sementara Billy? Bahkan 1 pertanyaannya saja tak ada yang sudi menjawab.

ELMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang