9

169 33 22
                                    

Wanita itu meringkuh dengan tubuh polos dibalik selimut tebal. Gerakan pria dibelakangnya membuat ia tersenyum.

"Once more" Minta pria itu dan diangguki dengan senang hati.

-

-

-

Lula mengamati sepatu, kemeja dan tas milik orang yang ia kenal saat masuk kedalam apartemen Elesta.
"Nih manusianya kemana?"

El menaikkan bahunya kompak.
"Golf katanya. Kan dari pagi gue sama lu. Kuliah, jenguk ibu. Kapan gue ketemu dia?" El membela diri.

"Dokter Billy pernah nginep?"

El melempar kaoskaki ke arah Lula.
"Dia mampir, iya betul. Dia nginap, itu fitnah"

"Siapa yang di fitnah?" Billy masuk dengan tubuh atletisnya menggunakan kaos sport dan sepatu olahraga yang menambah kadar ketampanannya.

"Eh? Udah pulang?" Sapa El sumringah.

Billy dengan buru - buru memeluk El erat.
"Kangen. Kemarin gak sempat mampir. Jadwalnya padet" Sedihnya.

El paham karena Billy sendiri bekerja pada 2 rumah sakit dan praktek pribadinya hanya buka 2 kali dalam seminggu.

"Ada manusia lain disini loh bapak, ibu. Manusia - manusia kuattt, itu Lulaaa. Jiwa - jiwa yang kuat, itu lagunya tulus" Sindir Lula masih dengan wajah melongo namun bernada.

Billy memberi bantal sofa pada Lula.
"Tutup mata aja. Bawa earphone gak? Biasanya suara El suka lepas kontrol" Goda Billy membuat Lula semakin mupeng.

"Gue gampar juga lu!" Galak El pada Billy membuat Lula ngakak melihat ekspresi dokter menciut.

Ponsel Billy berdering. Tertera nomor yang ia kenal kemudian ponselnya ia letakkan kembali.

"Istri? Angkat!" Marah Elesta.

Billy menggeleng.

"Ih dok, angkat dulu" Lula turut marah.

Billy berdecak ketika sudah 3 kali panggilan masuk dari wanita itu. Akhirnya ia mengalah. Dijawab panggilannya namun ia loudspeaker dan diletakkan kembali ponsel tak berdosa itu.

- Hmm

+ Dimana!

- Olahraga. To the point aja. Ada apa?

+ Mami kamu jatuh

Tidak ingin mendengar kelanjutannya, Billy mematikan sepihak lalu menghubungi ponsel maminya namun tak diangkat.

"Cepat langsung kerumah Mami. Ganti baju nanti aja. Kamu hati - hati bawa mobilnya" Ujar Elesta.

Billy berdiri mencari kunci mobil.
"Gak mau ikut?" Tawarnya.

"Please deh. Bukan waktu yang tepat, buruan sana"

Billy mencium kening El sekilas dan melambaikan tangan ke Lula sebelum menghilang dibalik pintu.

Lula menggeleng.
"Pelakor yang baik hati. Eh temen gue bukan pelakor! Si Billy noh cinta mati ke elo. Si milkita juga ngapain sih ngebet kawin pake cara licik. Kawin jalur ngibul mama mertua" Kekehnya sendiri.

El hanya memutar bola matanya malas.

Keesokan harinya setelah menjenguk ibu, El diajak Wen menjenguk maminya Billy.

"Gak mau ah" Tolak El berpura - pura sakit kepala.

"Elesta, sepupu saya. Alasan itu tepat bukan? Cocok? Ayo! Tidak ada penolakan. Pilihannya hanya mau dan ayo"

ELMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang