15

186 36 13
                                    

"Sumpah gue gak habis - habisnya heran sama kalian berdua. Lo bisa jujur gak sih? Gapapa egois dikit, El. Bilang kalau lo cinta sama dia. Masih cinta  MASIH. Emosi gue lama kelamaan sih ini asli" Lula terkejut mendengar cerita Elesta padahal sudah berlalu sebulan lamanya.

"Asal dokter Billy bahagiaaa, gue gapapa"

"Dan lo yakin dia bahagia?"

"Of course! Mereka minta doain segera diberi momongan. Dan menurut lo tanpa dia mengelak omongan istrinya, itu semua hoax? Uda resiko gue lah cinta sama SUAMI ORANG"

Shela terperangah mendengarnya.
"Kan sudah saya duga. Bocil seperti kamu memang parasit rumah tangga oranglain" Ia masih tertawa tanpa suara saking terperangahnya.

"Wait! Siapa parasit? Saya atau kakak?" El tersenyum santai. Padahal ia terkejut darimana datangnya jin kerang ini.

"Kalau Wen gak beda agama, saya rasa dia juga kamu santap ya? Tampilannya sok polos, sok ngerasa paling tersakiti di dunia ini. Setelah ibu kamu mati? Drama apalagi?"

"Kakak yang akan mati!" Desis Elesta mendekati Shela membuat wanita itu mundur. Elesta terus berjalan maju sangat pelan di taman sebelah kampusnya ini.

Lula panik, apa El senekat itu membunuh Shela disini.

"Keturunan gila! Uda gila kamu!" Teriak Shela lalu ia berlari menjauh.

El tertawa setelah Shela ngibrit.
"Yakali gue mau ngebunuh orang. Bye lonnn" Ia tak bisa menghentikan tawanya.

Lula akhirnya bisa bernafas lega.
"Ya Allah, El. Gue kira psikis lo lagi parah banget. Hampir aja gue jadi saksi di pengadilan. Tapi keren, lo kayak punya kepribadian ganda"

"Maksud lo gue pengidap bipolar?" Sinis  El.

"Gue tusuk ya bola mata lo kalau mandang gue begitu!" Lula mengancam karena memang seperti orang gelap mata.

-

-

-

Billy mencari Elesta ke apartemennya setelah mendapat cerita dari Shela.
El yang sedang mengerjakan tugas pun terkejut.
"Why? Tegang banget" Dilepas kacamata anti radiasinya dan ia duduk tegak menatap Billy yang ada dihadapannya.

"Shela.. "

El mengerti, pasti kejadian ditaman kemarin.
"Oh, sorry. Dia ngatain saya parasit it's oke. Tapi dia ngatain kematian ibu itu drama, jelas gak bisa diterima pakai akal dan hati nurani. Atau dia menyampaikan versi lain?"

Billy menggeleng.
"Kamu pasti sudah bisa tebak. Bukan cuma versinya yang beda, tapi alur dan perannya pun beda. Kamu jambak dia?"

"Demi tuhan, dokter percaya?"

"No, i'm not! Salah kalau saya bertanya?"

El menutup laptopnya.
"Apalagi selain jambak? Saya injak dia, saya cekek lehernya, saya patahkan rahangnya. Iya? Ayo kita berangkat visum" Ajak gadis itu semangat.

"Gak perlu, El"

"Kalau sekiranya datang kesini cuma untuk membela istri tercinta, dipersilahkan pergi dengan hormat" Senyum El manis dengan nada sinis.

"I don't care. Bahkan saat kamu lakuin semua hal itu didepan saya sekalipun, saya tetap tidak peduli"

"Yaaa yaaa yaaa. Berhubung tugas saya saaangat banyak, saya mau fokus, saya butuh ketenangan. So, can i ask something?"

"What?"

"Abangku sayang, pulang gih. Gak fokus nih adeknya, ganteng banget lagian" El mengecilkan suaranya diakhir kalimat.

ELMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang