3

167 38 24
                                    

"Terimakasih, Dok" Senyum El saat mereka telah tiba di hotel tempat Dokter Alya melangsungkan rangkaian prosesi pernikahannya.

"Sama - sama, El. Kalau perlu apapun jangan sungkan minta ke saya, sesuai dengan perintah calon pengantin didalam sana" Billy melepas seatbeltnya sambil tertawa kecil.

"Ini aja udah cukup"

"No No! Saya pasti dengan senang hati tanpa merasa ini adalah sebuah paksaan"

"Cielahh bisa aee" Desis Lula mleyot.

"Saat ini sudah cukup, Dok. Nanti gak tau gimana. Mari, Dok"

"Silahkan" Billy mempersilahkan El masuk terlebih dulu karena ia masih membalas pesan.

Sambil berjalan, bolak - balik Lula melihat kebelakang.
"Ngapain sih? Kejengkang lo ntar, liat jalan yang bener!" El menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya.

"Lo ngerasa Dokter Billy gantengnya diatas rata - rata gak, El? Rahangnya astaga, bibirnya, mata tajamnya, tegasnya kalau lagi ngomong, bikin mleyotnya kalau lagi ketawa. Duhh El"

"Napa? Rahim lo uda sampe kerongkongan? Kok berhenti ngoceh? Biar gue bawa lo berobat ke Dokter Billy, seneng kan?" Tatapan El benar - benar heran.

"Iyaaaa, Dokter Billy jatah lo, iyaa" Cengir Lula.

"Makin ngaco, ntar gue celupin lo ke kolam koi nohh"

"Sama Dokter Billy tapi dicelupinnya yah, boleh?"

"Ya Allah, Lula. Open your eyes, your eyes! Tuh udah ada gandengannya" Dengan sengaja El memutar kepala Lula sampai gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Dokter Billy masuk bersama wanita.

Lula menatap lemas.
"Oalah udah ada pawangnya. Mana sexi bener lagi mirip gitar pengamen" Spontan ucapan Lula mengundang gelak tawa Elesta.

"Orang dimana - mana sexi mirip gitar spanyol, darimana asal muasalnya gitar pengamen coba? Ukulele aja sekalian. Ayo buruan, ntar gue daftarin ke Dokter Alya, siapa tau lo bisa jadi pasien baru. Lumayan, ibu jadi ada temennya disana" Kekeh El mendapat tatapan tajam sahabatnya.

"TEGA KAMU MASSS" drama Lula saat ia sudah diseret paksa oleh Elesta.

-

-

-

Malam hari setelah 1 rangkaian acara selesai, Lula sudah terkapar kedalam mimpi. Elesta masih memandangi langit ibukota yang sama sekali tak berbintang malam ini dari balkon kamar.

Gadis itu menghela nafas dan membuangnya kasar.
"Berapa lama lagi, Tuhan?" Lirihnya pelan.

Keheningannya pecah saat notifikasi pesannya berdering.

👨‍⚕ Billy
- Mau ngopi, El?

Elesta🐝
- hmmm, boleh


👨‍⚕ Billy
- ketemu di lift

Elesta🐝
- wait a minutes

Billy tersenyum melihat balasan singkat tak neko - neko dari gadis itu. Ia keluar kamar dan berniat menunggu Elesta. Namun saat melewati pintu kamarnya, tepat sekali yang dinanti memunculkan dirinya.

'Jodoh emang' batin Billy sambil terkekeh.

"Hai, pas banget" Sapanya ramah.

"Iya gini doang, cuma rapiin rambut udah deh"

ELMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang