24

182 36 33
                                    


"Elesta Maura, gadis yang menarik sejak pertama kali saya melihat. Gadis yang saya inginkan sejak pertemuan kedua. Untuk hal ini saya ingin berterimakasih pada saudari perempuan saya, Alya. Sebab pernikahan dia, saya bisa mengenal dunia saya. Kemudian saya ingin berterimakasih kepada sahabat, sejawat, seperjuangan saya. Wen! She's mine, finally bro" Billy mengacungkan ibu jarinya dari atas stage pelaminan.

Riuh tepuk tangan menggelegar dari tamu undangan yang malam itu dipenuhi oleh tenaga kesehatan hampir 80% nya saat Dokter Wen berlari keatas stage lalu memeluk Billy dan Elesta.

"Thanks Brodi" Ucap Billy.

"Sure! Gue gak bisa berhenti senyum hari ini. Adik kecil! Aaaa jadi istriii" Wen mendadak chibi - chibi saat heboh menggandeng tangan Elesta sebelum kembali ke kursi tamu.

"Yang paling utama rasa terimakasih yang amat luar biasa, rasa syukur pada sang khalik. Semua tragedi, cerita, kejadian semuanya atas kehendak Tuhan sampai pada akhirnya pagi tadi, Elesta Maura resmi menjadi satu - satunya menantu keluarga Patra. Tentu saja atas restu dari orangtua dan keluarga, juga atas dasar cinta"

Suasana hening saat mendengar story telling dari Billy.
"Semoga saya tetap amanah menjadi sosok suami yang bisa membawa istri saya selamat sampai di akhirat"

Elesta tersenyum, mengangguk dengan mata yang sudah berkaca. Kinigilirannya yang berkesempatan mengeluarkan suaranya.

"Terimakasih untuk semua tamu undangan yang tiba malam ini, saya yakin kalian datang penuh dengan rasa ikhlas, sukacita dan cinta yang mendalam pada kami. Untuk bisa ada di moment ini, bagi kami berdua tidak mudah. Terlebih perjalanannya, Dokter Billy sama - sama kita tau sudah pernah menjalani kehidupan berumah tangga sebelumnya. Tuhan berkata lain, apa yang tidak mungkin menurut kita, bisa saat itu juga terjadi. Terimakasih Ya Allah, tolong jaga pernikahan kami selama - lamanya. Terimakasih Lula, untuk semuanya" Elesta memberikan love pada Lula dari jauh.

Malam itu, pesta berlangsung sesuai dengan yang mereka inginkan. Semua berbahagia, bukan hanya pengantinnya tapi semua yang terlibat juga turut berbahagia. Billy  membawa Elesta kerumah barunya yang ia beli untuk dihuni setelah menikah.

"Akhirnyaaaaaaaaa" Elesta melemparkan heelsnya ke pintu kamar asing ini sebagai tanda bebasnya ia dari jeratan pernak pernik yang amat sangat bukan type nya ini sambil menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuk.

Bersamaan dengan itu Billy membuka pintu kamar dan satu dari heels milik istrinya mendarat dengan mulus di pelipis pria itu.

"Whoooahh!!! Astaga... " Pekik Billy

Seketika nyawa El yang berjalan mengitari kamar langsung masuk dengan sempurna.
"Mas! Mas kamu kenapa? Ada setan?" Elesta langsung berdiri parno disebelah Billy dengan polosnya menggandeng tangan suaminya.

"Apa ini?" Billy mengangkat heels itu setinggi badan Elesta tepat didepan matanya.

"Heels saya" Jawabnya enteng. Memang tidak salah, itu heelsnya.

"Ngelemparnya kurang jauh sayang. Pake perangko aja ditempelin, biar sampe ke Timor Leste. Nanggung di kening saya"

"Maaf ih, kamu mikirnya saya sengaja?"

"Emang gak sengaja?" Billy memastikan.

"Gila kamu, Mas. Maaf  - maaf, beneran pas kamu jerit itu nyawa saya langsung masuk"

"Nyawa kok bisa log in log out. Mandi buruan kamu sana, belum makan kan?"

"Sama sekali gak ada rasa laper. Penganten emang boleh mandi? Kan enggak" Entah filosofi darimana yang dianut istrinya.

"Yang ngelarang siapa?"

"Enggg... Gak tau, tapi bukannya ada ya yang selalu ngomong 'penganten jangan mandi, nanti hujan'. Begitu mas"

ELMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang