05

1.1K 119 52
                                    


"Oi... Apa maksudnya ini?"

Aamon menatap datar kearah Lancelot, pria didepannya tampak menahan kedua tangannya dikedua sisi kepala Aamon, memojokannya kedinding dengan jarak wajah dan tubuh yang lebih dekat.

"Ini merupakan pelajaran!... Kau harus melakukan ini kepada pak Natan jika menyukainya, dimulai dari senyum... Benar! Kau juga harus tersenyum, tunjukan senyum paling tampanmu kearahnya kemudian..."

Aamon menolehkan kepalanya kesamping dengan bibir yang tertekuk kedepan seolah menahan sesuatu, Lancelot didepannya tampak mendekat.

Set!

Aamon terbelalak ketika dagunya ditarik paksa untuk menghadap Lancelot, dirinya mulai menyesali keputusan untuk berkonsultasi pada Lancelot.

Firasat buruknya ternyata terbukti dengan keadaan didepannya saat ini dia malah terjebak dalam keadaan memalukan.

"Aamon~ kau itu sungguh menawan, maukah kau menjadi pendamping hidupku?"

Aamon merapatkan bibirnya ketika Lancelot mulai mempraktekan metode pendekatan itu kepadanya, pemuda berambut panjang itu berada tepat didepan Aamon. Si sulung Paxley mengernyitkan dahi mendengar kata-kata cringe yang dikeluarkan mulut Lancelot, dirinya mana mau melakukan hal seperti ini kepada Natan.

Napas keduanya beradu, dan dirinya berusaha sekuat mungkin untuk tidak menghajar teman sekelasnya ini, bagaimanapun dia tidak boleh membuat masalah. Image nya bisa dipandang buruk oleh Natan-- tunggu, kenapa Aamon harus peduli?!

"Lancelot, segera hentikan tindakan bodoh mu ini atau kupukul?"

"Ck kau ini--"

Ckrek!

Keduanya terkejut, menoleh ketika mendengar suara kamera, apalagi posisi keduanya masih dalam kategori ambigu.

Kedua tangan Lancelot menahan Aamon didinding, lalu wajah mereka berhadapan seperti orang yang hendak berciuman saja.

Aamon spontan mendorong bahu Lancelot hingga si empu tersungkur dengan tidak elit. Tatapan tajamnya diarahkan kepada pria berambut biru yang berdiri didepan pintu sambil mengarahkan ponsel kearah keduanya.

Dia terlihat tenang seolah tidak melakukan kesalahan sedikitpun, ponselnya kembali dimasukan kedalam saku dengan santai.

Xavier -nama pemuda berambut biru itu- tampak menatap Aamon dengan tatapan yang datar.

"Apa maksudmu memotret kami?"

Dia mengendikan bahu.

"Aku hanya mengabadikan bukti, kalian berdua sudah melanggar peraturan sekolah."

Aamon kesal, dia berjalan cepat kearah pemuda itu kemudian menarik kerah bajunya.

"Kau salah! Barusan itu-"

"Barusan itu apa? Jelas-jelas aku melihat kalian berdua berdekatan seperti itu? Setelah rumor tentangmu bersama guru baru itu sekarang kau mencuri kekasih orang lain?"

Aamon terbelalak, tangannya dengan cepat hendak memukul Xavier, namun pergelangan tangannya di cengkram lumayan kuat.

Sungguh, setelah memfitnah nya dengan tuduhan yang tidak benar, Xavier ini masih dengan keras kepalanya terus melawan Aamon.

Yah... Seharusnya kau menjelaskan apa yang terjadi Aamon, bukan malah tiba-tiba marah seperti itu. Siapa yang tidak curiga jika kau bertingkah seperti perampok yang baru ketahuan merampok saja?

"Hei hei! Berhenti! Sialan Aamon, kepalaku terbentur dinding!"

"Jangan banyak bicara Lancelot! Kenapa tidak kau jelaskan pada orang menyebalkan ini? Barusan kau yang akan menodaiku! Jadi bertanggung jawablah!"

Lovers | Natan x Aamon [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang