08

1.1K 111 26
                                    


"Selamat pagi Aamon."

Aamon menganggukan kepalanya sambil sedikit membungkuk ketika tengah berjalan menyusuri trotoar dekat sekolah, disampingnya terdapat Natan masih mengendarai motor dan di kendarakan disampingnya.

Menyamakan langkah dengan langkah Aamon, senyum cerah pria itu masih terpatri kearah Aamon.

"Selamat pagi pak."

"Cuaca hari ini indah ya?"

Aamon mengangguk sambil tersenyum tipis, memilih untuk meladeni Natan, melupakan kejadian kemarin yang membuatnya malu.

"Iya pak."

"Sama seperti kamu."

Aamon menatap Natan dengan bingung, dalam hati sudah merutuk keras karena Natan malah bertingkah aneh pagi-pagi seperti ini.

"Apanya pak?"

Pemuda itu tentu saja berpura-pura tidak menyadari apa yang dimaksud oleh Natan, masa iya dia harus bertingkah memalukan seperti kemarin lagi? Tidak akan.

Kali ini jangan sampai Natan berhasil membuatnya baper lagi.

Mendengar jawaban dari Aamon, Natan tampak tersenyum maklum.

"Indahnya, sama seperti kamu."

Asikk, Natan 2k22.

Aamon bungkam, dia memilih untuk tidak menjawab lagi, isi pikirannya sudah keburu berteriak karena panik. Tidak menyangka Natan akan blak-blak an seperti itu.

Manik birunya mengedar kesekitar untuk mencari alibi, dia menemukan Xavier tengah memarkirkan motornya di parkiran yang ada disamping sekolah, pemuda itu kali ini kelihatan mengenakan helm, tidak seperti kemarin. Bagus, belajar dari pengalaman.

"Xavier!"

Natan mengernyit melihat kelakuan Aamon yang memanggil Xavier sehingga si wakil ketua osis menoleh kearahnya dengan bingung. Pandangan muridnya yang satu lagi itu sempat bertubrukan dengan Natan, tatapan pemuda itu datar tanpa makna yang berarti.

Namun entah kenapa Natan merasakan aura-aura mengajak baku hantam dari Xavier.

"Pak?"

"Eh iya?"

Natan menoleh kearah Aamon yang tampak menatapnya bingung, dirinya juga baru sadar kalau motornya telah dihentikan, jadi dia sekarang hanya menaiki motor namun tidak dinyalakan mesinnya.

Sementara Aamon sudah selangkah berada didepan, dia menoleh kearah Natan dengan pandangan yang bingung.

"Tidak masuk pak? Aku sepertinya masuk sekarang, aku duluan ya?"

"Oh? Iya iya, semangat belajarnya." Natan tersenyum kearah Aamon yang tampak menganggukan kepalanya tanda meng-iyakan.

Setelah itu Aamon lanjut berjalan, dan yak pemuda itu bisa dilihat dengan jelas oleh Natan tampak menghampiri Xavier yang telah berjalan duluan.

__••__

"Jangan jadikan aku tempat pelarianmu bodoh, lagipula kenapa kau meminta bantuanku? Merepotkan saja."

"Huh? Siapa yang meminta bantuanmu? Aku hanya memanggil namamu tuh, lagipula kau juga malah diam disitu kan? Jadi kita sekarang jalan bersama itu hanya karena sebuah kebetulan."

Aamon berucap, jelas sekali dia mengelak kalau dirinya tidak meminta bantuan dari Xavier. Si pemuda berambut biru tampak memutar matanya lelah.

"Hubunganmu dengan pak Natan itu aneh."

"Kenapa memangnya?"

"Masih bertanya? Tentu saja jawabannya sederhana, kalian tiba-tiba dekat setelah dua minggu, apa kau tidak berpikir sedikit huh? Tidak mungkin seorang guru seperti dia dapat jatuh cinta cuma dalam waktu dua minggu, hati-hati kau hanya dapat harapan palsu."

Lovers | Natan x Aamon [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang