07

1.1K 111 36
                                    


Mengintip kepulangan kakaknya tiba-tiba saja menjadi sebuah rutinitas bagi Gusion sejak 2 minggu lalu.

Memang, setelah melihat Aamon yang diantar pulang oleh pria asing, dia tidak pernah terlihat pulang dengan pria yang sama, namun dia selalu menggunakan taksi online.

Hal itu merupakan sebuah keanehan bagi Gusion tentunya, kakaknya ini biasanya menggunakan angkutan beroda dua seperti motor, selain untuk menghemat pengeluaran dia juga pernah bilang kalau didalam mobil terkadang dia merasa terisolasi dan berakhir dengan mabuk perjalanan. Meskipun tidak selalu.

Kali ini Gusion kembali mengintai kakaknya, mengintip melalui jendela ketika mendengar suara mesin motor yang mendekat.

Manik nya sedikit terbelalak ketika melihat wajah pemuda yang lumayan familiar, kali ini rambutnya bukan silver melainkan biru. Kalau tidak salah Gusion pernah mendengar keluh kesah kakaknya soal pemuda berambut biru yang selalu membawanya pada kesialan.

Apakah pemuda yang mengantarnya sekarang itu adalah orang yang dimaksud? Gusion tau kakaknya itu jomblo, tapi apa haruskah membawa 2 pria asing yang berbeda dalam kurun waktu dua minggu ini?!

Dia tidak pernah tau kalau kakaknya tipe orang yang seperti itu... Padahal dua minggu lalu kakaknya terlihat seperti tengah benar-benar menyukai 'guru' yang pernah ia ceritakan, tapi sekarang dia malah pulang bersama lelaki lain!?

"Dia tampan juga... Tapi yang waktu itu terlihat lebih baik, kenapa standar kakak malah turun begini?"

Gusion berdecak, menutup kembali gorden ketika dirasa bahwa hari ini tidak akan ada tontonan yang menarik.

Melihat kakaknya marah-marah didepan pemuda berambut biru itu sudah cukup membuat Gusion tidak betah, beda lagi ketika mengintip Aamon dengan pria 2 minggu yang lalu.

Kakaknya kelihatan lebih jinak jika bersama dengan pria kemarin, kalau melihat kakaknya marah-marah sih sudah biasa, jadi Gusion tidak tertarik untuk menonton lebih lanjut, dia sudah terbiasa melihat Aamon yang selalu terlihat marah.

"Terima kasih."

Meskipun sudah dibawa menantang maut oleh Xavier, Aamon tetap berterimakasih, toh pada akhirnya dia diantarkan dengan selamat meskipun mulai sekarang dia alergi dengan cara mengemudinya Xavier yang barbar.

Xavier menaikkan sebelah alis sambil mendengus.

"Tumben sopan."

Aamon menatapnya tajam, sudah cukup selama di motor tadi mereka berdua saling mengejek, kenapa sekarang pemuda ini malah memancing-mancingnya terus?

"Terserah, segera kembali sana, lama-lama muak juga melihat wajahmu terus."

Xavier mendengus, dia masih ingat bahwa ponsel milik Aamon masih ada pada dirinya, namun pemuda itu terlihat seperti lupa dengan keadaan ponselnya yang masih berada di Xavier.

"Kau tidak mau membawa ponselmu?"

Aamon yang berbalik hendak memasuki rumahnya tiba-tiba langsung menoleh kearah Xavier, dia kembali menghadap kearah Xavier sambil memincingkan mata.

"Kembalikan sini."

"Ambil sendiri."

Xavier menyimpan kedua tangannya diatas paha menepuk-nepuk bagian saku yang terlihat berisi karena ada ponsel Aamon disana.

Aamon mendengus, tidak mau terlalu memperpanjang pertemuan, dia segera mendekat untuk meraih ponselnya dari saku Xavier.

Tatapan matanya tajam kearah mata Xavier yang hanya menatap datar padanya, setelah berhasil mengeluarkan ponselnya dari saku Xavier, tiba-tiba saja tangan Xavier menarik lengannya Aamon. Membawa tubuh pemuda Paxley itu sedikit menunduk dari posisinya yang berdiri sehingga kepalanya kini berhadapan dengan kepala Xavier.

Lovers | Natan x Aamon [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang