•••
Aliana Janindra dimata seorang Loka adalah gadis pecinta musik yang dahulu ketika duduk di bangku sekolah dasar pernah menangis karena gagal dipilih untuk ikut lomba menyanyi mewakili sekolah.
Gadis yang lahir beberapa bulan lebih awal dari nya itu mudah sekali terpancing emosi karena hal-hal kecil, namun bisa tertawa diluar kendali hanya karena mendengar tawa orang lain yang menurut Aliana itu lucu.
Liana, Loka akrab memanggil gadis berkulit kuning langsat itu dengan nama tersebut. Loka lebih senang memanggilnya dengan panggilan, "Na" dibandingkan "Al" atau "Li".
Tidak ada alasan khusus, lidah Loka hanya sudah terlanjur cocok dan tidak bisa diganggu gugat.
Hal lain yang bisa Loka ingat mengenai Liana adalah kulit gadis itu yang dahulu sawo matang, lalu tingginya yang begitu menjulang diantara teman perempuan lainnya dan juga Loka.
Dahulu rambut Liana ikal dan selalu dikuncir kuda ketika berangkat ke sekolah. Saking seringnya dikuncir satu, Loka sampai tidak ingat kapan Liana menggerai rambutnya yang bahkan panjangnya tidak pernah melewati punggung.
Diumur mereka yang masih menginjak angka sebelas sampai dua belas tahun, Loka sering melihat Liana bermain sepeda mengelilingi komplek perumahan dengan sepeda mini besar berwarna birunya, yang keranjang nya sudah diganti berulang kali karena pecah akibat terjatuh.
Loka juga tahu bahwa Liana memiliki beberapa teman dekat yang sering ia bonceng dengan sepeda mini nya, sampai-sampai besi penyangga boncengan itu Liana katakan patah akibat terlalu sering membawa beban berat sekaligus.
Bagaimana tidak berat jika sekali membonceng ada dua orang yang duduk di belakangnya.
Dengan tubuh menjulang nya, Liana pandai berlari. Kecepatan berlari nya setara dengan Loka di waktu kecil, namun tidak lagi untuk sekarang karena gadis itu yang sudah jarang berolahraga, berbanding terbalik dengan Loka yang rajin bermain futsal.
Liana dulu suka ikut bermain bola di lapangan atau koridor, suka bermain tak benteng sampai ditegur guru, dan terlihat galak sekali dengan wajah juteknya yang kata gadis itu, "Ini udah bawaan dari lahir."
Beberapa tahun berteman dengan Liana dan diam-diam memperhatikan gadis itu, Loka jadi tahu bahwa Liana mudah sekali beradaptasi di lingkungan baru, juga menemukan teman baru disekitarnya.
Namun nyatanya, kelebihan itu tidak menjamin bahwa Liana tidak merasa kesepian.
Liana memang mudah beradaptasi, namun untuk bersosialisasi di awal pertemuan gadis itu menjadi kikuk tanpa tahu harus memulai pembicaraan kepada lawan bicaranya.
Liana sering diajak berteman duluan daripada mengajak berteman.
Liana pandai bermain gitar, suaranya sejernih air kolam yang sudah diberi kaporit, dan belakangan ini Loka senang sekali mendengar suara gadis itu yang aktif Liana bagikan di status sosial medianya.
Pertemuan terakhir Loka dengan Liana adalah ketika ia mendatangi sebuah konser musik di Jakarta, tepat lima tahun yang lalu dengan sebuah tepukan pelan yang mendarat di pundaknya menjadi pembuka obrolan singkat diantara keduanya setelah sekian lama tidak berjumpa.
Saat itu Loka ingat sekali Liana dengan binar matanya menjerit tertahan ditengah-tengah dentuman suara musik yang mengalun, "Anjir Arloka?!"
Lalu tiga tahun yang lalu, di sebuah toko bunga kecil dekat dengan kos-kosannya, sebuah tepukan pelan kembali mendarat di pundaknya, pada diri Arloka yang lagi-lagi kembali ke Jakarta.
Saat itu binar mata Liana kembali terlihat menyala, persis seperti yang Loka ingat ketika berada di konser musik.
Dengan senyum lebarnya, sembari bersemangat, gadis berkuncir kuda dengan kaos polos berwarna lilac dan tangan yang menggenggam buket bunga Lily putih itu berseru, "Tuhkan bener Arloka!"
Terakhir, yang Arloka paling tahu, sekarang Liana aktif sekali manggung di cafe-cafe kecil bersama teman satu band nya di jurusan musik yang gadis itu arungi dalam dunia perkuliahan.
Haloooo....
Asik, udah kenalan juga sama Liana😽Karena udah kenalan sama dua tokoh utamanya, boleh langsung di scroll ke part selanjutnya ya (kalau udah di publish wkwkwk)
Jangan lupa untuk vote and coment, see you in the next part👋🏻
Instagram: @gianaauliaaa
Youtube: Giana Qianza4 Mei 2022
00:37
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlokana
Teen Fiction[Short Story] Arloka, 21 tahun. Jakarta hanya kota masa lalu, dimana ia dibesarkan selama 15 tahun dengan berbagai memori yang berhasil diukirnya. Nyatanya kota masa lalu itu ia pijaki lagi diumur nya yang ke 18. Arloka menikmati kota masa lalu nya...