•••
Sabtu, 25 Desember 2021
Gadis itu mengerang dari balik selimutnya saat merasakan tepukan yang begitu kencang mendarat di punggungnya.
"Bangun cepet bangun, Ibu udah gak mau ikut-ikutan urusan kamu lagi," Tiwi dengan wajah kesalnya kembali menepuk punggung anak gadisnya sembari menarik selimut tebal itu agar menyingkir dari tubuh Liana.
"Apasih bu, ini hari Sabtu. Aku semalem habis begadang ngerjain tugas loh."
"Buruan cuci muka, turun, temuin Loka di bawah."
"Bilang aku la-"
"Ibu udah bohong hampir tujuh hari loh, Li. Ibu selalu bilang kamu enggak ada di rumah setiap Arloka kesini, padahal motor kamu juga ada di teras. Dosa Ibu numpuk gara-gara kamu." Lagi, Tiwi mengomel dengan raut wajah kesal.
"Enggak baik marahan dan diem-dieman lebih dari tiga hari." Lanjut Tiwi.
"Kita enggak marahan," jawab Liana yang sedang berusaha penuh mengumpulkan kesadarannya sembari menarik rambutnya ke belakang untuk diikat menjadi satu.
Liana mengernyit, kaget saat tiba-tiba Tiwi menyodorkan segelas air putih di depan wajahnya, "minum, habis itu cuci muka, sikat gigi juga biar gak bau mulut, terus turun."
"Bu," rengek Liana.
"Ibu gak pernah nanya kan sama kamu selama ini kalau lagi ada masalah sama Loka karena ibu menghargai privasi kamu. Kamu selalu diem aja dan enggak pernah cerita sama ibu, padahal ibu mau tau juga."
"Ibu tau kok, beberapa minggu yang lalu hubungan kalian gak baik-baik aja kan semenjak Loka gak pernah main kesini lagi dan kamu jadi lebih pendiem. Terus ibu juga tahu hubungan kalian membaik pas kamu semangat banget mau dateng ke pamerannya Arloka. Tapi seminggu ini kenapa kamu ngehindar, ada masalah apa lagi, kan baru baikan beberapa hari?"
Liana mengelap bibirnya yang basah setelah menandaskan satu gelas air putih, sedikit gugup di interogasi pagi-pagi seperti ini hanya karena seorang Arloka Lentera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlokana
Teen Fiction[Short Story] Arloka, 21 tahun. Jakarta hanya kota masa lalu, dimana ia dibesarkan selama 15 tahun dengan berbagai memori yang berhasil diukirnya. Nyatanya kota masa lalu itu ia pijaki lagi diumur nya yang ke 18. Arloka menikmati kota masa lalu nya...