Pagi ini Ilham sudah terlihat didalam kelas. Duduk dibangkunya dan terlihat murung. Tidak ada semangat yang biasanya ia tampakkan pagi hari ini. Pangeran yang baru saja sampai dipintu kelas turut sedih melihat Ilham.
Pangeran segera menghampiri Ilham. Sembari tersenyum cerah berniat untuk menghibur Ilham.
"Yo Ham!" Sapa Pangeran seraya menggebrak meja Ilham pelan.
Ilham mendongakkan matanya. Terlihat mata Ilham yang sembab. Namun ketika melihat wajah sahabatnya itu Ilham langsung memasang senyumnya.
"Haiii." Sapa nya balik.
"Mau ikut gaa?" Tanya Pangeran.
"Kemana?" Ilham mengerutkan keningnya.
"Rooftop, angin pagi seger. Bisa nenangin pikiran." Jawab Pangeran sembari terus tersenyum.
"Oke."
Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke rooftop. Tempat yang jarang dihuni oleh siswa karena tidak ada tempat berteduh untuk menghindari teriknya matahari.
Setelah sampai dirooftop, Ilham dan Pangeran duduk menghadap matahari yang kian meninggi. Ilham memejamkan matanya. Menikmati sensasi hangat yang selalu mentari berikan.
"Ran." Panggil Ilham yang masih setia memejamkan matanya.
"Hmm?"
"Dalam beberapa hari lagi orang tua gue cerai. Gue mutusin buat ikut sama mama." Jelas Ilham. Tidak ada balasan dari Pangeran. Ia hanya diam, sejujurnya Pangeran tidak tau harus mengatakan apa.
Kata-kata penyemangat? Ilham bilang ia tidak perlu itu. Saran? Ia sudah pernah mendengar banyak sekali saran. Jadii, Pangeran hanya memutuskan untuk menjadi pendengar yang selalu mendengarkan kisah Ilham.
"Mama bilang pengen pindah ke Kalimantan."
Deg
Perkataan Ilham tadi suksea membuat jantung Pangeran berdetak lebih cepat.
"Kita harus pisah?" Tanya Pangeran.
Ilham mengangguk. "Gue udah coba bujuk mama. Tapi keputusan mama udah bulet. Gue nggak bisa bantah."
"Tapi kita tetep sahabatan kan Ham?" Tanya Pangeran, kini ia menatap Ilham yang masih belum membuka matanya.
Ilham mengangguk. "Gue nggak pindah secepet itu kok Ran. Tenang, gue pindah pas kenaikan kelas. Masih agak lama kan?" Kini Ilham membuka matanya, menatap Pangeran dengan senyum hangatnya
Pangeran tersenyum. "Berarti tahun ini jadi Ramadhan terakhir kita yaa?" Tanya Pangeran, yang diangguki oleh Ilham.
Pangeran menghela napasnya. "Setidaknya Ramadhan tahun ini lo masih disini."
"Iya, gue kangen suasana lebaran bareng lo sama bang Wahyu." Ungkap Ilham.
"Sama, apalagi Ramadhan tahun lalu tuhh hawanyaa adem bangett. Damaiii." Ujar Pangeran.
"Setuju banget."
Akhirnya mereka menghabiskan waktu dengan berbincang di rooftop. Hingga jam menunjukkan pukul 07.00, tandanya bel sudah berbunyi. Mereka berdua segera kembali kekelas untuk mengikuti pelajaran di jam pertama.
***
Tuk
Sebuah kertas mendarat mulus dikepala Pangeran. Ilham yang melihat itu menatap sengit sekelompok anak yang duduk beberapa meter dibelakang mereka. Sekelompok pemuda dengan seragam urakan itu menatap Ilham dengan tatapan mengejek.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [Zhong Chenle]
Jugendliteratur"Ayah, ayah dimana? Pangeran pengen ketemu ayah. Bunda nggak suka sama Pangeran yah, bunda benci Pangeran. Pangeran pengen ketemu ayah."