"Baik anak-anak. Masukkan buku catatan dan buku paket kalian, keluarkan alat tulis, dan kumpulkan tas kalian kedepan. Kita ulangan hari ini." Final salah seorang guru killer bernama bu Dini.
"Yaaah buuu. Kok ulangan dadakan sih?" Keluh Nirmala.
"Saya nggak terima alasan apapun. Pokoknya hari ini kita ulangan." Ujar bu Dini.
"Yaaah."
Iyan melirik Pangeran dengan tatapan sinis.
"Pokoknya diulangan kali ini, gue nggak boleh kalah sama si miskin itu! Bisa-bisa marga Austerlitz yang gue sandang jadi buruk! Pokoknya gue, Iyan Austerlitz nggak akan kalah sama Pangeran Akarsana! Kedudukan gue jauh lebih tinggi dari dia!" Tanpa ia sadari, ia mematahkan bolpinnya. Hingga tanpa sadar tanganya terluka.
"Iyan! Kamu kenapa?" Tanya bu Dini.
"Saya baik-baik aja bu." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari Pangeran.
"IYAN! Tangan kamu berdarah. Pergi ke uks, obatin tangan kamu. Saya kasih waktu 10 mnt." Ujar bu Dini.
"Rizal! Temenin Iyan." Titah bu Dini.
"Iya bu." Rizal menghampiri Iyan. "Ayo Yan!"
Rizal menarik tangan Iyan dan langsung menyeretnya menuju ke uks. Sementara itu, Pangeran hanya menatap kepergian dua orang pemuda itu.
Bu Dini menjentikkan jarinya beberapa kali. "Sudah, sudah. Sembari menunggu Iyan dan Rizal kembali. Kalian boleh belajar dulu." Final bu Dini.
Seisi kelas pun menghela napasnya. Mereka segera mengambil buku dan mulai mempelajari materi yang kemarin bu Dini ajarkan.
Ilham mengacak rambutnya pelan. Pangeran yang sadar pun langsung mengalihkan atensinya pada Ilham. "Nggak belajar ya lo!" Tebak Pangeran.
"Gue lagi stres Ran. Mama sama papa gue berantem lagi." Ujar Ilham.
"Loh? Bukannya udah cerai?" Tanya Pangeran.
"Mereka ribut masalah rumah Ran. Gue jadi nggak mood belajar." Jawab Ilham.
"Nggak boleh gitu Ham. Mau gimanapun lo harus belajar, kalo merwka dirumah berantem terus, lo boleh kerumah gue. Kita belajar sama-sama." Ujar Pangeran sembari tersenyum menatap Ilham lembut.
"Dihh! Paan lo senyum-senyum gitu? Gue masih waras yaa. Lama-lama gue takut sama lo Ran. Takut lo belok." Ujsr Ilham.
Pangeran menampol mulut Ilham. "Heh! Amit-amit gue suka sama lo. Gue masih normal kali, gue masih gue sama cewe yeee. Gue gitu, tandanya gue peduli sama lo!" Ujar Pangeran dengan wajah masam nya.
"Kan gak ada yang tau isi hati lo kecuali lo sama Allah. Siapa tau yee kan, secara kegantengan gue udah melebihi batas maksimum manusia." Ujar Ilham sembari menyisir rambutnya kebelakang dengan penuh percaya diri.
"Idih najis. Hoeeek!" Pangeran memasang pose muntah.
Entah kenapa tiba-tiba saja perut nya terasa sangat sakit. Setelahnya kepalanya terasa sangat sakit. Pangeran memegangi kepalamya yang serasa ditusuk. Disusul oleh rasa mual yang membuat meringis pelan.
Ilham yang peka terhadap kondisi Pangeran pun langsung khawatir. "Ran? Lo nggak papa kan?" Tanya Ilham, namun ia sama sekali tak mendapat jawaban dari pemuda tersebut.
"Ran?" Ilham sedikit menggoyangkan tubuh Pangeran.
"Ha-ham..." lirih Pangeran yang membuat Ilham panik seketika.
Ilham langsung berdiri, membuat seluruh atensi terfokus padanya. "Bu, Pangeran sakit." Ujar Ilham.
Bu Dini langsung menghampiri Pangeran. Ketika bu Dini sampai dimejanya, tubuh Pangeran mengeluarkan keringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [Zhong Chenle]
Jugendliteratur"Ayah, ayah dimana? Pangeran pengen ketemu ayah. Bunda nggak suka sama Pangeran yah, bunda benci Pangeran. Pangeran pengen ketemu ayah."