Di malam yang dingin ini Pangeran tengah sibuk berkutat dengan buku-buku pelajaran. Beberapa hari lagi akan diadakan ulangan harian. Ia ingin mendapatkan nilai sempurna di UH kali ini.
Sementara itu sudah beberapa jam lalu Wahyu menutup matanya, pemuda itu kini tertidur nyenyak sembari memeluk guling.
Pangeran melirik Wahyu, setelah memastikan bahwa Wahyu sudah terlelap ia mengambil sebuah botol kecil berisi obat-obatan. Mengeluarkan beberapa pil dan memakannya sekaligus.
Obat berwarna putih yang merupakan obat penenang itu sudah menjadi teman Pangeran sejak ia mulai menginajakkan kaki di SMA nya sekarang.
Pembullyan yang ia dapat kan disekolah menjadi alasan kuat kenapa pemuda berparas rupawan itu sampai mengonsumsi obat penenang tanpa sepengetahuan Wahyu.
Pangeran memijit pelisinya yang berkedut nyerii. Setelahnya ia menyingkap lengan bajunya. Terlihat beberapa luka memar ia dapatkan dari pembullyan tersebut.
Pangeran menyentuh luka itu. "Ssshhhh." Suara rintihan terdengar ketika luka itu ternyata masih sakit.
"Ran, gue duluan ya." Ujar Ilham sembari menyentuh bahu Pangeran.
"Iya."
"Bye." Ilham melambaikan tanganya, Pangeran pun menghentikan menyapumya sejenak. Lalu membalas lambaikan Ilham sembari tersenyum.
Setelah Ilham keluar dari kelas. Sekelompok siswa menghampiri Pangeran. Sekitar 3 orang menyeret paksa Pangeran yang tengah menyapu.
"Kalian mau ngapain?" Pangeran terus meronta, berusaha melepaskan diri dari mereka.
Mereka menyeret Pangeran ke sebuah toilet yang sudah tidak digunakan. Seorang siswa berambut coklat menendang perut Pangeran.
"Si miskin yang selalu cari muka. Lo sengaja kan? Lo mau rebut posisi gue kan! CUMA KARENA LO BISA NGALAHIN GUE DI PTS KEMAREN, SEMUA GURU MUJI LO! MEREKA MUJI-MUJI LO DIDEPAN GUE ANJING!" bentaknya.
Pangeran memegang perutnya sembari terbatuk hebat.
"ORANG TUA GUE SELALU BANGGA-BANGGA IN LO DIDEPAN GUE BANGST. GUE BENER-BENER BENCI SAMA LO!" Kali ini siswa yang mengenakan sebuah kalung memukul lengan Pangeran menggunakan sebuah kayu.
"GUE SIHH NGIKUT MEREKA." Dan terakhir siswa berambut gondrong ikut menendang paha Pangeran.
"Gas! Ambil jus buah salak yang udah gue siapin!" Ujar siswa berambut coklat.
Siswa berambut gondrong segera membawakan sebuah botol berisi jus salak.
"Nih" siswa berambut coklat itu langsung mengambil botol tersebut. "Zal, Gas. Pegang dia."
Kedua siswa itu mengikuti instruksi siswa berambut coklat. Mereka memegangi Pangeran yang tengah berlutut.
Pangeran meronta ketika siswa berambut coklat itu menghampirinya.
"Ran, hari ini gue baik hati lohh. Susah-susah bawain lo jus salak ini. Sebagai tanda bahwa lo ngehargai gue lo harus minum ini sampe habis." Ujar siswa berambut coklat tersebut dengan nafas yang masih memburu.
"Yan! Please, jangan!" Pangeran menggelengkan kepalanya.
"Telat!" Siswa bernama Iyan tersebut mencekram rahang Pangeran, mencekokinya jus salak. Pangeran meronta, mencoba melepaskan dirinya.
Setelah berhasil lepas dari dua orang teman Iyan, Pangeran segera menepis kasar botol berisi jus salak itu. Ia segera menuju ke sebuah parit yang ada disana. Lalu memuntahkan semua jus salak yang berhasil masuk ke tenggorokannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [Zhong Chenle]
Fiksi Remaja"Ayah, ayah dimana? Pangeran pengen ketemu ayah. Bunda nggak suka sama Pangeran yah, bunda benci Pangeran. Pangeran pengen ketemu ayah."