Saat ini Pangeran, Wahyu dan Ilham tengah duduk melingkar dengan semangkuk mie dihadapan masing-masing. Mereka mulai menyantap mie yang masih mengepulkan asap.
"Enak banget." Gumam Ilham.
"Hahaha, kaya baru pertama kali nyobain masakan gue aja Ham." Tawa Pangeran.
"Tapi seriusan, ini enak banget." Takjub Ilham.
"Jelas dongg, Pangeran gitu looooh." Pangeran menepuk dadanya pelan guna menyombongkan dirinya.
"Dihh! Jadi besar kepala anjirr!" Ujar Ilham.
"Ham! Omongan kamu itu lohh." Tegur Wahyu.
"Hehee, i m sowrry." Ilham cengengesan menampakkan giginya.
Wahyu melirik jam pada dinding rumah. Jarum jam menunjukkan angka 13.45, ia segera mempercepat makannya.
"Pangeran, abis ini abang berangkat kerja lagi. Kamu baik-baik dirumah ya, kalo ada apa-apa hubungin abang." Ujar Wahyu.
"Iya bang, tenang aja." Ujar Pangeran.
Setelah menghabiskan makanannya, Wahyu segera mencuci piringnya. Lalu ia segera melaksanakan sholat dzuhur.
Tak lama makanan Pangeran pun habis, ia diam sembari menunggu Ilham yang masih sibuk makan.
Saat tengah asik melamun, suara sendawa yang cukup keras mengagetkan Pangeran. Pangeran melirik Ilham dengan tatapan sinis.
"Hehe, sorry." Ilham mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah nya.
"Mana piring lo, biar gue cuci." Ujar Pangeran.
"Nggak usah, siniin aja piring lo. Gue aja yang nyuci. Lo istirahat aja." Ujar Ilham.
"Emang lo bisa nyuci?" Tanya Pangeran sembari memberikan piringnya pada Ilham.
"Bisa lah. Lo kira gue anak manja?" Tanya Ilham dengan nada sedikit tinggi.
Pangeran mengangguk polos. "Keliatan dari muka lo."
"Anjir lo!" Ilham segera mencuci piringnya dan Pangeran. Setelah selesai, ia meletakkan piring tersebut di rak piring, kemudian menyusul Pangeran yang ternyata sudah rapi dengan sarungnya.
"Sholat Ham. Gue tungguin." Ujar Pangeran.
Ilham melirik kesekeliling, tak lagi ia dapati sosok Wahyu.
"Bang Wahyu udah berangkat?" Tanya Ilham.
"Udahlah, lo nyuci piring lama banget. Lo ngapain aja sih?" Tanya Pangeran.
"Semedi dulu ygy." Jawab Ilham.
"Udah ah. Sono wudhu, gue tungguin." Titah Pangeran.
"Nggak ah! Lo aja, gue nanti." Ilham berbaring dikasur sembari memejamkan matanya.
Brukk
Sebuah bantal mendarat mulus diwajah Ilham yang tampan.
"Duh." Ilham yang kaget pun langsung mendudukan dirinya.
"Ga ada nanti nanti. Wudhu sekarang, gue tungguin. Lo tuh cowo, masa ga sholat. Malu sama makmum lo ntar Ham." Nasehat Pangeran.
"Halah, cuma sholat juga." Ujar Ilham.
"Justru karena itu sholat, lo nggak boleh nyepelein. Gila lo, masa nyepelein ibadah. Ibadah tuh yang ngebuat kita deket sama Allah. Lo nggak boleh gitu. Lo berharap dapet kebahagiaan, tapi lo aja nggak mau ndiriin sholat." Ceramah Pangeran panjang lebar.
"Dulu gue rajin sholat, tapi tetep aja nggak bahagia tuh." Ujar Ilham sinis.
"Itu namanya ujian Ham. Nggak mungkin kalo seorang hamba nggak diuji sama Sang Pencipta. Tugas kita hanya terus taat, berusaha dan terus berserah diri kepada Allah. Jangan malah gituu." Ujar Pangeran.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [Zhong Chenle]
Roman pour Adolescents"Ayah, ayah dimana? Pangeran pengen ketemu ayah. Bunda nggak suka sama Pangeran yah, bunda benci Pangeran. Pangeran pengen ketemu ayah."