05

51 9 0
                                    

Pangeran berjalan sendirian. Ia baru saja keluar dari gerbang sekolahnya. Dan ia memilih jalan memutar agar bisa menenangkan pikiran. Seharian ini ia selalu mendengarkan hinaan dari beberapa murid yang tidak menyukainya.

"Maaa, liat adek tadi ulangan dapet nilai 100." Teriakan seorang anak kecil berumur 11 tahun membuat Pangeran menolehkan kepalanya keasal suara.

Terlihat sebuah rumah hesar dnegan pekarangan yang luas. Di pekarangan rumah tersebut tampak seorang wanita tengah menghentikan aktifitas menyiramnya hanya untuk memperhatikan sang anak yang tengah memamerkan sebuah kertas yang merupakan hasil ulangannya.

Pangeran menghentikan langkahnya, ia memperhatikan interaksi antara anak dan ibu itu dengan tatapan kosong.

"Wahh pinternya anak mamaa. Kamu mau hadiah apa nak? Biar mama beliin." Sang mama menepuk pelan kepala anaknya yang masih setia memasang wajah antusiasnya.

"Nanti malem kita makan diluar bareng papa ya maa. Sama kakak jugaa." Keantusiasan anak bungsunya membuat sang mama tersenyum bahagia. Ia tersenyum sembari menatap anaknya tersebut.

"Ngomong sama papa sana." Ujar sang mama.

"Iya maaa." Anak kecil itu segera berlari masuk kedalam rumah. "Papaaaa nanti malem makan diluar yaaaa." Teriakan antusias anak itu terdengar sampai ketelinga Pangeran.

Sementara sang mama hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Wanita mengambil selang yang ia gunakan untuk menyiram tamanan yang cukup banyak tersebut. Setelah mengambil selang tersebut Pangeran dan wanita tersebut tak sengaja melakukan eyes contact.

Pangeran tersenyum tipis ketika manik hitam legam itu menatap manik matanya. Sedangkan wanita itu membuang wajahnya dengan acuh. Setelah meletakkan selang tersebut didekat kran air ia segera menyusul anaknya tadi.

Tak lama setelah wanita itu masuk, Pangeran kembali melangkahkan kakinya menuju kesebuah taman. Taman yang jarang digunakan. Paling hanya beberapa orang yang berada didalam itu. Hanya untuk menjernihkan pikiran.

Setelah sampai ditaman tersebut Pangeran langsung mendudukan dirinya rerumputan kecil. Tak peduli jika saja seragamnya kotor ternoda oleh tanah.

Pangeran mendongakkan wajahnya sembari memejamkan matanya. Menikmati sensasi semilir angin yang menerpa rahang dan lehernya.

Taman yang cukup sunyi itu selalu berhasil membuat Pangeran merasa nyaman. Tidak ada suara bising orang yang akan membuatnya sakit kepala. Namun kedamaian yang selalu ia damba ini tak bertahan lama.

Hp nya berdering, sebuah panggilan telepon dari seseorang membuat Pangeran menundukkan kepalanya. Menatap ponsel nya yang berada di sampingnya.

"Bang Wahyu?" Alis Pangeran terangkat ketika username Wahyu terpampang di hpnya.

Tanpa pikir panjang Pangeran langsung mengambil hp nya dan mengangkat panggilan telepon dari Wahyu.

"Assalamu'alaikum, Pangeran?"

"Wa'alaikumussalam, ada apa bang?"

"Kamu dimana? Kok belom pulang?"

"Pangeran lagi ditaman. Ada apa bang?"

"Owalah, nggak papa sih. Abang cuma khawatir."

"Haha, Pangeran udah gede bang. Bang Wahyu nggak usah khawatir, Pangeran bisa jaga diri."

"Dimata abang kamu itu masih bayi Ran."

"Nggak ya! Pangeran udah gede. Udah 17 tahun loh bang. Udah dapet ktp."

"Haha, iya iya. Ya udah, bang cuma mau nanya itu doang. Jangan pulang malem-malem yaa."

"Iya bang."

From Home [Zhong Chenle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang