08. Papah?

198 24 1
                                    


HAPPY READING

Jika tak ingin merasa sakit, jangan pernah bisa di menoleh kebelakang untuk kembali ke pada rasa sakit


Romy Adrian Abrizam berserta keempat anak-anaknya,Axel, Abi,Evan dan Alkana, sekarang ini berdiri menatap rumah berlantai dua didepan mereka. Sedangkan kedua anaknya yang lain tidak bisa ikut, karena ada acara lain.

Menurut anak buah yang diperintahkan oleh Axel, bahwa tempat tinggal Mona dan Adiknya memang lah disini.

"Benar ini rumahnya son? " Tanya Romy pada anak tertuanya.

"Benar pah, aku yakin ini rumah mamah. "

Semenjak dari rumahnya tadi, Romy tak henti-hentinya menatap anak-anaknya tersenyum sudah lama sekali tak pernah melihat senyum anak-anaknya. Walaupun Axel dan Abi tidak menunjukan kebahagiannya di depan mereka, tapi Romy mengamati kedua anaknya itu, sudah beberapa hari ini mereka sudah banyak berbicara, bahkan Abi dan Axel sudah mempersiapkan khusus kamar milik adiknya tanpa dibantu oleh para maid dirumahnya.

Axel menatap sebuah kamar di lantai dua, melihat seorang perempuan yang berlalu lalang di kamarnya, sebuah senyum kecil terbit di bibirnya. Ia yakin itu pasti adik perempuannya.

"Habiskan rokok mu Abi, sedikit lagi kita akan masuk kedalam untuk menjemput istri dan anak ku... " Romy sedikit menjeda ucapnya, " kau tau, istriku tak menyukai asap rokok. "

"Ck,sudah bukan istrimu lagi,ingat kalian sudah bercerai. " Ucap Abi sambil meremas rokoknya yang belum habis mengunakan tangan, kemudian membuangnya ke tempat sampah.

"Aku dan Axel sudah menyiapkan kamar khusus untuk Mamah, jadi jangan terlalu berharap. "

"Kau gila!! " Ucap Romy tak percaya.

"Seharusnya kau sadar diri. " Sinis Axel.

"Sudah-sudah jangan mengungkit masa lalu lagi. Sekarang ini kita hanya perlu memperbaiki kesalahan yang pernah di perbuat. " Ucap Evano bijak.

Romy banga pada anaknya yang satu ini, dari semua anaknya cuman Evano yang paling mengerti nya.

Romy merangkul pundak Evano yang berdiri di samping nya, "kau betul-betul mewarisi sifat Mamah mu Van. " Ucap Romy bangga.

Sedangkan Axel, Abi dan Alkana hanya mendengus sebal. Kenapa dari mereka semua yang paling mewarisi sifat lembut Mona hanya Evano?

Evano meraba dadanya yang berdegub kencang,ia sangat takut jika Mamah dan adiknya tidak menerima mereka.

"Kalian tidak gugup? Aku saja sudah berkeringat dingin. " Tanya Evano bingung, melihat Papah dan saudara-saudaranya yang terlihat biasa saja.

Abinaya menjitak kepala Evano, "kau pikir kau sendiri yang gugup hah? Kami juga! " Kesal Abinaya.

Evano terkekeh pelan, "aku hanya mengetes kalian. Ternyata kalian juga sama takut dengan ku. " Ucapnya santai.

"Kalian semua kalah start dari ku, bahkan aku tadi sudah memeluknya disekolah . " Ucap Alkana, sengaja memanas-manasi.

Mendengar itu Alkana mendapat pelototan tajam dari mereka semua.
Sial mereka kalah start.

Romy memencet bel rumah beberapa kali, kini ia bertambah gugup. Apakah mereka dapat di Terima atau tidak.

Kini ketakutannya semakin menjadi, saat pintunya dibuka oleh ibu-ibu, yang ia perkirakan itu adalah pembantu di rumah istrinya.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu. " Tanya bi Em.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang