9. Malam panjang.

203 28 16
                                    

HAPPY READING.

Saat ini bukan lagi berdoa meminta agar bisa di kuatkan, tapi berdoa memohon agar cepat di jemput Sang pencipta.

Butuh waktu 30 menit untuk sampai di salah satu jalan yang sangat ramai, para muda-mudi menonton balapan yang sekarang ini diselenggarakan. Puluhan motor berjejeran membuat suara berisik disepanjang jalan.

Suara tepuk tangan menggelegar, saat motor milik Rainner dan teman-temannya yang baru saja sampai diarea balapan.

Tatapan kagum dari orang-orang di sana, membuat mereka merasa paling tampan. Dengan Rainner yang baru saja turun dari motor dan di ikuti Dito dan Jeno, membuat para gadis di sana terpekik kagum.

"Gue pasti ganteng banget ya To? Tuh lihat ciwi-ciwi pada merhatiin gue njing. " Ucap Jeno dengan pedenya.

"Tuh cewek-cewek lihat gue No, jadi jangan kepedean. " Ucap Dito tak mau kalah, pria itu sedang sibuk mengecek motor Rainner bersiap untuk balapan.

Sedangkan Rainner memutar bola matanya malas, ia tersenyum kecil, sekilas ingatannya muncul. Dimana tempat ini adalah awal pertemuannya dengan Raina.

Tanpa sadar seseorang menepuk pundaknya, Rainner pria itu menoleh ke samping melihat Gavin si penyelenggara balapan sudah ada didepannya.

"Apa kabar bro? " Tanya Gavin sambil mereka berdua bersalaman ala laki-laki.

"Baik, gimana malam ini. Lawan gue udah datang. " Tanya Rainner.

"Tadi dia udah ngechat gue, katanya dia agak sedikit terlambat malam ini. Ngga pa-pa kan kita nunggu dia sedikit lagi? " Tanya Gavin di akhir kalimatnya.

"Aman lah, dia cowok atau cewek? "

Gavin terkekeh pelan, "lo nggak perlu tau, tapi intinya lo siap menerima kekalahan. "

"Nggak bakal, lo tau kan rajanya balapan di sini itu gue. "

"Iya deh,iya. " Ucap Gavin lalu mencomot satu batang rokok di tangan Rainner tanpa izin, dan berjalan pergi. "

"Anjing." Umpat Rainner, saat Gavin melambaikan tangan ke arah Rainner.

Suara deru otor berbunyi kencang, seseorang dibalik helmnya tak henti-hentinya menarik pedal gasnya tinggi. Semua bersorak heboh lawan dari Rainner telah datang. Ia menghentikan motornya tepat di garis start.

Rainner yang melihat itu semakin penasaran, siapa yang ada di balik helm hitam itu. Dari bentuk tubuhnya sepertinya dia adalah seorang perempuan.

Pekikan semakin heboh saat orang itu membuka helmnya. Suara tepuk tangan, tatapan kagum diberikan pada orang itu.

Karena orang itu membelakangi Rainner, karena penasaran siapa lawannya, pria itu dengar cepat naik ke atas motornya menuju ke garis start, meninggalkan Jeno dan Dito yang masih saja tebar pesona di hadapan cewek-cewek.

Saat telah sampai di garis start,betapa kagetnya melihat siapa yang menjadi lawan balapannya malam ini.

Riana Savirinadeya, calon pacarnya kali ini.

"R-raina." Panggil Rainner yang masih belum percaya.

Riana menoleh kesamping, menatap Rainner yang melihatnya dengan tatapan bodohnya.

Raina berdecih sinis, jadi pria jadi-jadian ini yang akan menjadi lawan mainnya?

Pria itu tersenyum pada Raina, "kalau gue tau, lo jadi lawan main gue malam ini, mending tadi gue nggak usah ikut. "

"Kenapa? " Tanya Raina bingung.

"Gue nggak mau kejar-kejaran motor sama lo, yang gue mau ngejar hati lo aja. " Ucapnya dengan mengedipkan sebelah matanya.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang