🌼MBB-Rumah si cowok cantik🌼

6.2K 1K 48
                                    

Jadi Ditya itu saudara kembar Atya, dia cowok, cuma suara Ditya kaya perempuan, halus, tapi wajahnya ganteng, beda sama Atya yang wajahnya cantik tapi suaranya LAKIK!!

Oke, VOTE NYA DONG, pelit banget tinggal mencet bintang doang🏃 kalyan gak asik👎

><

"Tante, biar saya aja yang bawa Ati."

Anya menatap Erin dengan seksama, dia berencana membawa Atya pulang karena tentunya Atya harus istirahat di rumah.

Butuh waktu 2 atau 3 hari untuk sembuh, jadi lebih baik segera dibawa pulang. "Kamu bisa gendong Ati?" tanya Anya sedikit sanksi.

Erin mengangguk, tubuh Atya memang tinggi namun dia ringan, Erin dengan mudah menggendongnya saat Atya pingsan tadi.

Anya mengangguk pelan. "Baiklah, pelan-pelan yah." Erin mengangguk kemudian, Atya sendiri hanya bisa diam dengan selang oksigen dihidungnya.

Dia sulit berbicara kalau sudah kambuh seperti ini, jadi Atya hanya mampu menatap Erin dengan tatapan yang sangat dalam.

Erin memberikan senyum hangatnya sebelum menggendong Atya "Permisi Atya, aku izin gendong kamu ya." Atya hanya berkedip sebagai jawaban.

Perlahan gadis tampan itu meletakan tangannya dibawah lutut Atya yang tertutupi celana sekolah, lalu dia meletakan satu tangan lainnya dibawah leher.

Dengan mudahnya Erin mengangkat tubuh Atya, Anya sendiri langsung mengambil alih tabung oksigen dan mengikuti langkah Erin menuju keluar UKS.

Erin mendekap tubuh Atya agar lebih dekat dengan tubuhnya, dia berusaha membuat Atya nyaman dikeadaannya yang seperti ini.

"Kamu mirip seseorang dimasa lalu." bisik Erin seraya menunduk menatap mata Atya.

Alis Atya naik sebelah, pertanda dia tidak mengerti maksud Erin itu apa.

"Haha, tidak, lupakan saja." jika saja benar itu Atya, maka Erin tak bisa untuk tidak bahagia.

Atya memilih memejamkan matanya, kalau sudah begini pasti Atya hanya makan, tidur, buang air dan tidur lagi.

Membosankan, tapi memang sudah begitu seharusnya, kadang kala Atya akan pergi Therapi ke tempat Paman Dion, tapi itu hanya sesekali.

Jadi tak bisa diprediksi kapan penyakitnya akan kambuh seperti ini.

"Kamu tinggal dimana?" ah pertanyaan dari Tante Anya, Erinka langsung menjawab dengan sopan.

"Di Blok C, masih satu komplek sama rumah Tante, soalnya saya baru pindah semalam."

"Ah! Berarti Dimas dan Adeline tinggal di dekat komplek perumahan tante?"

"Iya Tante."

"Baiklah, nanti tunjukan dimana rumah kamu, saya mau ketemu mereka, sudah sangat lama tidak melihat keduanya."

Eum, Erin tak pernah tau jika Tante Anya mengenal kedua orang tuanya, mungkin bisa Erin tanyakan nanti saja.

....

"Siapa?" suara halus khas perempuan terdengar begitu Erin keluar dari kamar Atya, si cantik itu masih tertidur dengan bibir yang terbuka, air liurnya bahkan tak terkendali.

Anya menjelaskan itu adalah hal biasa jika penyakit Atya kambuh, jadi Anya harap Erin sedikit membiasakan diri.

Erin berbalik menatap sesosok lelaki seusianya yang memiliki wajah tampan, tapi tadi suara perempuan, Erin menatap sekelilingnya lagi.

Ditya tertawa pelan melihat eskresi bingung Atya. "Itu suaraku, jangan cari sumber suaranya lagi." ujarnya tenang.

Erin terdiam, sedikit kaget. "Ah begitu, maaf, saya temannya Atya, nama saya Erin." Ditya memiringkan sedikit kepalanya.

"Cewek?" tanya nya.

Erin mengangguk, Ditya mengulas senyum tipis diwajahnya. "Baiklah, mohon jaga Atya sebentar yah, aku mau ke ruang tv, ah dan nama ku itu Ditya, aku saudara kembar Atya, aku cowok, jangan tanyakan perihal suaraku." setelah mengatakan itu, Ditya pergi.

Erin menggaruk pelan kepalanya, unik sekali, yang satu cantik bersuara lakik, yang satu tampan bersuara cantik.

Memang tuhan itu adil dalam membagikan kehidupan.

Baru saja Erin hendak ke kamar mandi yang ada diujung lorong lantai 2 rumah Atya, dia tersentak kaget begitu mendengar bunyi pecahan gelas dari kamar Atya.

Cklek.

"Ati? Ada apa? Butuh sesuatu?" Erinka tak bisa menyembunyikan kepanikannya, Atya sendiri melirik Erin lirih.

"Num.." bisiknya lemas, bibir nya sulit digerakan, hari pertama memang se menyusahkan ini, nanti saja dia makan harus melalui selang.

Hari ke 2 baru agak mendingan, tapi tetap saja menyebalkan.

Erinka dengan sigap mengambil botol plastik di nakas lalu membuka tutupnya, dia meraih sedotan dan memasukannya ke dalam.

Dengan perlahan dan hati-hati, Erin mengarahkan sedotan itu ke bibir Atya.

"Perlahan saja, jangan terburu-buru." Erin menyeka air liur serta air putih yang mengalir keluar dari bibir Atya.

Dia memang meminum air itu, hanya saja banyak yang bertumpahan dari mulutnya.

"Sudah?"

"Ng.."

Erin menarik botol tadi dan meletakannya kembali, kemudian menyeka air liur disudut bibir Atya.

"Er..in.."

"Hm? Kenapa Ati, kamu butuh sesuatu?" nada suara Erin sangat lembut, Erin kan memang softy orangnya.

Atya menggeleng, tatapannya menyendu. "Ma..kasih.." bisiknya rumit.

"Untuk apa?"

"Ti...dak..ta..u.."

"Hahaha, bisa seperti itu? Lucu sekali." Erin mencubit pelan pipi Atya, dengan pelan dan lembut tentunya.

Atya tertawa pelan, dia memejamkan matanya kembali, kenapa ada gadis sebaik Erinka, dia tak jijik ataupun memandang Atya rendah karena penyakitnya.

Padahal mereka baru saja berteman, tapi Erinka sudah mau menggendongnya, dan merawatnya walau sebentar.

Memang cocok untuk dijadikan sahabat, maka Atya memutuskan untuk menjadikan Erinka sebagai sahabatnya.

Pasti menyenangkan punya sahabat berhati lembut seperti Erinka ini, Atya tak akan menyia-nyiakan kesempatan!

🌼Bersambung🌼

Beauty Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang