6

113 45 4
                                    

Yoongi mengetuk-ngetuk pulpen di meja kerja. Memikirkan berbagai hal tentang pekerjaan.

Ia merasa hanya dijadikan boneka oleh ayahnya. Ia hanya disuruh menangani perusahaan saja tanpa diperbolehkan merombak peraturan lama yang tidak diketahui oleh Yoongi. Beberapa orang yang kenal dan dekat dengan Yoongi tidak mau memberi tahu. Cukup membuatnya frustrasi.

Alhasil, ia mengirim adik perempuannya sendiri sebagai spion. Walau banyak pertengkaran yang harus dilalui agar ia mau bekerja sama dengan Yoongi.

"Oppa, aku kemari ingin protes."

Yoongi nampak terkejut dengan kedatangan Yoona yang terlihat masih mengenakan seragam kerjanya yang terbalut jaket kebesaran. Duduk di sofa tamu tanpa disuruh.

"Bagaimana bisa kau datang di jam kerja seperti ini?"

"Sudah kubilang aku punya banyak teman. Dan jangan dibahas. Aku mau protes," ujar Yoona dengan cepat, mengangkat tangan kanannya untuk menginterupsi Yoongi yang hendak memotong pembicaraan Yoona.

"Aku ingin pegawai kantinnya diganti."

"Memang ada apa dengan mereka? Kata ayah mereka handal dalam memasak."

"Ah, iya. Aku lupa kau belum pernah mencoba masakan mereka." Yoona tertawa sejenak sebelum kembali menatap Yoongi dan melanjutkan, "mereka memasak dengan asal. Kau tahu, sayur saja rasanya masih mentah. Ikan atau ayam pun tidak dibersihkan dengan benar. Pokoknya masakan mereka tidak higienis."

Yoongi lupa jika gadis di depannya adalah penggemar berat makanan. Dan Yoona sangat memperhatikan kebersihan makanan.

"Tidak semudah itu untuk mengganti karyawan yang sudah bertahun-tahun bekerja di situ."

Yoona menghela napas pelan. Benar kata Yoongi. Tidak semudah itu mengganti karyawan lama. Apalagi sudah puluhan tahun bekerja di situ.

Tapi, Yoona benar-benar tidak bisa makan masakan mereka. Terkesan asal-asalan. Mengingat Yoona pernah protes pada salah satu pegawai di sana, mereka malah memarahi Yoona dan beralasan tidak bisa masak lama karena kasihan orang-orang yang menunggu. Juga mengatai Yoona sebagai anak magang yang kurang ajar dan tidak sopan.

Hah, padahal chef-chef di restoran langganannya pun bisa masak cepat dan lebih matang dibanding mereka.

"Ganti saja. Aku tidak mau tahu." Yoona terlihat kesal sendiri mengingat betapa galaknya ahjumma cungkring yang ada di kantin pabrik beberapa hari lalu akibat Yoona terang-terangan menolak dan mengatai sup rumput laut mereka mirip lumut selokan.

"Kalau tidak mau ganti mereka semua, ganti kepala dapurnya saja." Gadis itu beranjak dari tempat duduknya, hendak pergi meninggalkan ruangan Yoongi.

"Ah, satu lagi." Yoona memutar badannya, mendekat ke meja kerja Yoongi.

"Aku tidak bisa menuduh beberapa orang yang kucurigai. Tetapi, aku mohon kau awasi orang yang bernama Song Damo dan juga manager pabrik, Lee Daehun," ujar Yoona sebelum benar-benar meninggalkan ruang kerja Yoongi.

"Harusnya kau beritahu adikmu untuk berhati-hati." Hoseok meletakkan beberapa berkas yang diminta oleh Yoongi setelah Yoona keluar dari ruangan beberapa menit lalu.

"Ada desas-desus mengatakan bahwa adik perempuanmu bekerja di pabrik. Jika kau tidak ingin keberadaannya diketahui, kau harus beri tahu dia. Dan kau harus hati-hati juga, Hyung." Hoseok meninggalkan Yoongi yang sejak tadi diam, larut dalam pikirannya sendiri.

"Tunggu!"

Hoseok menghentikan langkahnya ketika hendak mendorong pintu. "Ada apa? Butuh sesuatu?"

"Ada yang ingin kuselidiki di pabrik. Jika kau tidak keberatan, maukah kau mengurus urusan kantor untuk beberapa hari?" tanya Yoongi dengan tidak enak hati pada Hoseok.

𝐌𝐈𝐒𝐂𝐇𝐈𝐄𝐕𝐎𝐔𝐒 𝐌𝐑. 𝐌𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang