Bab 37

3.1K 457 8
                                    

Hera pergi dengan beberapa prajurit. Vulko tidak ikut karena pria itu harus menggantikan dirinya selagi dia pergi untuk memerintah dan mengurus istana.

Mereka pergi dengan menggunakan kuda, kuda khusus yang bisa berlari seperti kilatan cahaya. Mereka sudah sampai setelah beberapa menit menunggangi kuda dan turun didepan lembah karena kuda tidak bisa masuk kedalam sana.

Jalannya tidak memungkinkan kuda untuk masuk. Tanah ini juga terpisah, dimana tanah yang mereka pijak masih hijau dan segar, tapi diseberang sana sungguh suram. Tidak ada tanaman hijau, semuanya hitam pekat.

"Beberapa orang tunggu disini untuk menjaga kuda-kuda ini, sisanya ikut denganku" ucap Hera.

"Ya lord" ucap mereka.

Mereka masuk kedalam dengan Hera berjalan didepan dan prajurit mengikutinya dibelakang.

Awal masuk tidak terjadi apa-apa, semuanya berjalan lancar sampai mereka sampai di sebuah tempat yang lebat akan pohon-pohon hitam.

Terdengar suara gesekan sesuatu dengan semak-semak disana.

Hera mengangkat tangannya keatas, menyuruh semua orang untuk berhenti berjalan dan mereka berhenti setelah Hera mengangkat tangannya itu.

Apa itu?

Terdengar suara geraman hewan.
Tapi, apakah ada hewan disini?
Terdengar tidak mungkin.

Yang mungkin adalah, itu bukan hewan tapi monster.

Dan muncullah wujud asli dari suara yang mereka dengar sedari tadi itu. Mahluk besar dengan tanduk yang keluar dari semak-semak dengan perlahan.

 Mahluk besar dengan tanduk yang keluar dari semak-semak dengan perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sialan" umpat salah satu prajurit.

Mahluk itu langsung berlari kearah prajurit tadi yang mengatakan itu dan langsung memakannya.

Memakannya!!!

Melihat itu, semua orang terkejut dan langsung menyerang mahluk yang sudah memakan salah satu prajurit.

Bukannya mati, mahluk itu malah semakin bringas dan memakan satu persatu dari mereka dengan sangat cepat.

Sekarang, hanya tinggal beberapa orang yang tersisa disana.

Hera maju dan menyuruh semua orang untuk diam dan tidak bersuara. Dia membawa sebuah batu dan melemparkannya kearah lain. Saat dilemparkan, mahluk itu langsung berlari dan mengacak-acak tanah dimana batu itu mendarat.

Sekarang Hera mengerti.

Mahluk itu buta tapi pendengarannya sangat tajam sekali, suara sekecil apapun akan terdengar olehnya.

Hera mengeluarkan pedang miliknya dan langsung berteleportasi keatas punggung mahluk itu dan mengayunkan pedangnya.

Dia langsung memenggal kepala makhluk itu dengan sekali tebasan.

Setelah dia turun, Hera melihat kearah sisa prajurit yang masih hidup disana. Mereka terlihat pucat pasi setelah melawan mahluk itu.

"Kalian tak apa?" Ucap Hera.

"Ya lord" ucap mereka.

"Jika kalian ingin, kembalilah. Ini belum jauh, kalian bisa mengikuti jalan tadi dan menunggu bersama prajurit disana" ucap Hera.

"Tidak lord, kami akan bersama anda meskipun kami akan mati nantinya. Kami sudah bersumpah sebelum menjadi prajurit Oceana untuk selalu bersama anda dan menjaga anda" ucap salah satu prajurit itu.

Hera tersenyum kecil mendengar itu. Mereka sangat loyal sekali, dia suka dengan itu.

Mereka melanjutkan perjalanan, tujuan mereka masih lumayan jauh. Tepatnya ada di puncak gunung yang ada di lembah ini, dan itu sangat tinggi sekali.

Saat sedang berjalan, tiba-tiba mereka mendengar suara seorang wanita yang tidak ada wujudnya disana.

Tolong aku, lepaskan aku.

Dimana asal suara itu?

Suara itu terus terdengar dan menggema didalam lembah itu. Mereka tidak tahu dimana asal suara itu karena jika didengarkan tak tentu arahnya dari mana.

"Jangan ganggu kami, kami tidak mengganggumu" ucap Hera.

Aku bukan hantu. Aku spirit. Aku terjebak didalam kendi ini, bisakah siapapun membuka kendi ini agar aku bisa keluar?

"Tapi bisa saja kau adalah iblis" ucap Hera

Aku spirit. Jika aku berbohong, kau bisa membunuhku setelah aku keluar dari sini.

Dan memang benar ada sebuah kendi yang ditindih oleh sebuah batu yang tertempel sebuah kertas kuning. Itu seperti sebuah mantra?

Hera menatap salah satu prajurit yang dekat dengan kendi itu lalu menyuruhnya untuk menyingkirkan batu itu dan membuka kendi itu.

Saat dibuka, keluar cahaya yang sangat terang hingga mereka tidak bisa melihat kearah kendi itu.

Setelah beberapa saat, cahaya itu memudar dan mereka bisa melihat siapa dan apa yang keluar dari dalam kendi itu.

Ternyata yang keluar adalah seorang wanita.

Wanita yang sangat cantik dengan rambut dan mata cokelat terang yang indah, sepertinya wanita itu dewa?

"Siapa kau" ucap Hera.

"Sebelumnya, terimakasih sudah membukakan kendi itu. Aku adalah Terra, earth spirit" ucap Terra.

Huh?

Earth spirit?

"Bagaimana kau bisa terjebak didalam kendi itu?" Ucap Hera.

"200 tahun lalu, raja Death Valley menculikku dengan dalih ingin aku menghijaukan tanah ini tapi aku tidak bisa melakukan itu. Para dewa sudah membuat aku bersumpah atas hidupku agar tidak melakukan hal itu dan akhirnya aku dikurung disini" ucap Terra.

Ah, seperti itu.

"Dan kau, siapa kau?" Ucap Terra.

"Aku adalah Hera, raja Oceana" ucap Hera.

Terra melotot mendengar itu. Wanita itu langsung menundukkan kepalanya pada Hera setelah Hera mengatakan itu disana.

"Maaf, aku tidak mengenalmu. Sebuah kehormatan bisa bertemu denganmu, terlebih kau menyelamatkanku. Terimakasih banyak" ucap Terra.

"Tak usah seperti itu. Apakah kau tahu jalan cepat kearah pohon buah Raisa?" Ucap Hera.

"Buah Raisa? Kenapa kau ingin mendapatkan buah itu?" Ucap Terra bingung.

Dia bingung karena tidak ada yang pernah mencari buah itu selama ratusan tahun dan sekarang Hera adalah orang pertama yang mencari buah itu.

"Ceritanya panjang, aku harus menemukan buah itu untuk menyembuhkan ratuku" ucap Hera.

Terra berdiri disamping lalu mengarahkan tangannya kedepan dengan gestur hormat.

"Silahkan, aku akan memandu anda" ucap terra.

.

.

.

TBC

OceanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang