2. Tricia Loretta Dougles?

643 43 1
                                    

"Kau takut bernasib sama seperti mereka?" ujar Will membuat mataku terbelalak kakakku yang sangat jarang memperhatikanku apalagi mengerti perasaanku bagaimana kini ia bisa menebak apa yang ada pikiranku? Ujarku dalam hati.

"Bagaimana kau bisa tahu?" kataku sambil memalingkan wajahku kepadanya.

"Tentu, jangan khawatir itu tidak akan terjadi. Aku akan menjagamu." kata Will dengan nada menenangkan. Mana mungkin kakakku yang berandal ini tiba-tiba menjadi orang yang sangat hangat?

"Kenapa kau tidak melakukannya untuk Steve dan Laura?" tanyaku menyelidik.

"Karena mereka bukan adikku." jawabnya enteng tapi, itu sungguh menyesakkan bagiku. Bagaimana mungkin ia mengatakannya di depanku? Bukankah aku juga bukan adik kandungnya?

"Bukankah aku juga sama seperti mereka?" tanyaku mengikuti Will yang mulai bangkit dari tepi kolam renang. Aku sungguh penasaran kenapa ia melakukannya untukku.

"Kau berbeda." jawabnya lagi-lagi singkat.

"Kenapa aku berbeda ?" belum selesai aku bertanya ia memotong ucapanku.

"Sudahlah kau akan segera tahu, suatu saat." katanya membuatku bertanya-tanya apa maksud perkataan Will lalu, aku segera masuk ke kamarku untuk merenungkan perkataan Will tadi.

Di kamar Tricia

Kubuka perlahan kamarku kulihat sebuah buku bersampul biru berada di atas meja di dekat tempat tidurku yang sudah tak asing lagi di mataku ya buku diaryku. Suka duka selalu kutuliskan di dalamnya. Kubuka perlahan lembar demi lembar. Dan akhirnya aku sampai di sebuah lembar yang masih kosong. Kuraih sebuah pena yang berada tak jauh dari bukuku. Belum satu katapun kutulis namun, aku mendengar sebuah suara decitan seperti ada yang membuka pintu ya rupanya Will kakakku dia akan pergi keluar rumah lagi.

"Kemana dia akan pergi? Sekarang sudah pukul tujuh malam. Lagipula apa ia tak lelah akan pemakaman Laura tadi pagi?" tanyaku dalam hati.

Aku sangat penasaran kemana sebenarnya ia pergi. Ku letakkan lagi pena ku dan kututup buku diaryku dengan sigap kuraih sebuah jaket hitak yang berada di gantungan bajuku. Lalu segera ku ikuti Will.

Dengan mobil pribadinya Will pergi. Memang ayah dan ibu sedang tidak ada di rumah mereka sedang mengurus semua administrasi dan surat2 kematian Laura. Aku langsung masuk ke mobil berwarna merah kesayanganku dan kuinjak gasnya perlahan kubuntuti Will tanpa ia sadari sedikitpun.

Akhirnya aku sampai ke sebuah tempat yang tidak kukenal. Sebuah tempat yang sepi. Hanya dilengkapi dengan beberapa lampu jalan yang sudah meredup. Ku parkirkan mobilku agak jauh dari tempat itu. Jaketku yang berwarna hitam sangat membantu kamuflaseku. Kulihat ia memasuki sebuah rumah yang terlihat tak berpenghuni.

Setelah Will masuk perlahan aku ikut mengintip ke dalam. Sepertinya di dalam tidak terlalu gelap, cukup banyak lampu yang menerangi tempat itu. Will masuk ke sebuah ruangan, lalu menutup pintunya. Membuatku tak bisa melihat apa yang ada di dalamnya.
Ku gerakkan kepalaku ke kanan dan kekiri memastikan tidak ada orang yang melihatku. Lalu kudekatkan telingaku ke tempat dimana Will masuk. Ku dengar samar2 suara Will dan seorang laki-laki yang tak kukenali suaranya.

"Kau telah melakukan tugasmu dengan baik. Senang bekerjasama denganmu. Mungkin ini terlalu cepat bung. Namun, mungkin lebih cepat lebih baik. Ini akan jadi pukulan telak baginya, Bung." suara Will terdengar tidak terlalu keras namun, aku cukup bisa mendengarnya.

Apa sebenarnya yang Will lakukan?

Kerjasama apa?

Apanya yang terlalu cepat? Tanyaku dalam hati.

"HEII... ADA PENYUSUPPPP!!!!" terdengar keras suara seorang pria yang berlari mendekat ke arahku. Sepertinya ia penjaga disini. Dengan cekatan aku berlari keluar dari tempat itu namun, sial dia lebih cepat dari yang kukira. Dia menangkap tanganku dan menarik kedua tanganku ke belakang lalu menyeretku. Aku berusaha memberontak namun, ia sangat kuat.

"Hei tunggu!" suara yang terdengar tidak asing. Bagai malaikat yang datang menolongku saat aku hampir mati sia-sia disini. Ya dia kakakku Will. Sepertinya ia telah menyadari kehadiranku disini.

"Dia adikku. Lepaskan!!!" Bentak Will. Pria misterius tadi segera melepaskan kedua tanganku.

"Terima kasih." Kataku gugup. Aku masih sangat shock. Aku takut Will marah padaku. Namun, aku lebih takut lagi jika pria yang tadi memergokiku menyakitiku atau bahkan membunuhku. Kulihat ada seorang pria bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam menatapku tajam.

"Dia adikmu?" tanya pria yang satunya lagi pada Will sepertinya ia adalah pria yang ditemui Will tadi.

"Iya." jawab Will singkat sambil menatapku. Entah kenapa ia seperti menghipnotisku. Aku tak bisa berkata apa-apa aku bingung aku harus bagaimana. Lalu Will mendekatkan tangannya ke tanganku ia menarik perlahan tanganku dan menjabatkannya ke arah tangan pria yang baru ditemuinya tadi.

"Tricia Loretta Dougles. Dia adikku satu-satunya." ujar Will membuatku terperangah. Sejak kapan ada nama Dougles sebagai akhiran namaku? Kenapa ia memperkenalkanku pada teman2nya sebagai anggota keluarga Dougles? Apa ia ingin agar teman2nya mengganggap aku adiknya?

"Jangan gugup Tric ayolah mereka orang baik." Suara Will barusan membuyarkan pikiranku.

"Hmm.. Iya iya. Namaku Tricia Loretta panggil saja Tric." kataku menyusun kata seadanya.

"Bill." jawabnya. Sepertinya orang yang telah bekerjasama dengan Will bernama Bill.

"Dan yang satu lagi namanya Raff." kata Will memperkenalkan pria yang baru saja memergoki keberadaanku tadi.

"Baik, sepertinya aku harus segera pulang. Selamat tinggal." Kata Will sembari menarik tanganku setelah mengajakku berkenalan dengan kedua rekannya tadi. Sepertinya ia geram akan keberadaanku.

"Hei, bagaiamana kau bisa berada disini? Kau membuntutiku ya?" Tanya Will kesal padaku.

"Ya, aku hanya penasaran."

"Huh.. Kau sungguh menyebalkan dimana mobilmu?" Tanya Will yang sambil membuka pintu mobilnya.

"Disana." jawabku sambil menunjuk kearah mobilku terparkir.

"Kita bicarakan dirumah."

Di rumah

Rumahku kini sangat sepi sepeninggal kedua adikku. Sepertinya ayah dan ibu juga belum pulang ke rumah. Kulihat Will yang telah menungguku di depan kamarku. Melihatku sudah pulang ia menghampiriku. Tatapan tajamnya membuatku tak berani melihat wajahnya.

"Kenapa aku mengikutiku? Kau penasaran? Dan kini kau telah tau semuanya?" Tanya Will. Semuanya? Aku bahkan tak tahu apa-apa. Pikirku.

"Tidak." jawabku singkat.

"Bagus." katanya sembari meninggalkanku.

"Will tunggu." kataku membuat Will menghentikan langkahnya.

"Apa?"

"Sejak kapan ada nama Dougles diakhir namaku?" Tricia Loretta itulah namaku. Namun, ntah kenapa tadi Will menambahkan Dougles dibelakangnya.

"Dougles adalah nama keluarga kita."

"Apa kau bilang? Kita?" kataku sambil menekankan kata 'kita'. Aku dan Will kan bukan saudara kandung.

"Ya, kau tak perlu tahu. Lupakan ini demi keselamatanmu." katanya sambil langsung beranjak ke kamarnya.

Hi guys gimana seru ga ceritanya? Oh iya jangan lupa vote and commentnya ya! Wait for the next part :)

Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang