9. Misterious Number

161 15 5
                                    

Di Markas The DaredevIl

"Kita dapat sedikit masalah." Kata Will yang baru datang kepada Jessie dan Justin yang terlihat santai di depan layar televisi.

"Apa?" Sahut Jessie singkat.

"Tric, dia dengan mudah berubah pikiran. Bagaimana kalau dia memutuskan keluar? Sementara dia telah mengetahui banyak rahasia kita? Dia akan mengacaukan semuanya." Kata Will kesal.

"Itu tidak akan terjadi." Kata Justin enteng.

"Bagaimana kau bisa bilang begitu?" Tanya Will bingung.

"Aku akan membujuknya."

"Mungkin lebih tepat 'merayunya'." Kata Jessie sambil terkekeh.

"Hei, apa maksudmu?" Kata Justin pura-pura cemberut seraya mengambil kunci mobilnya.

"Mau kemana? Ga usah ngambek kali." Canda Jessie.

"Mau ketemu Tric. Aku yakin dia akan berubah pikiran."

"Sungguh? Bagus kalau begitu, semoga berhasil." Kata Jessie dengan nada meremehkan.

Di cafe

"Hai, lama ya?"

"Baru kok, kenapa soal The Daredevil lagi? Aku lelah sama semua permasalahan ini Justin" kata Tric kesal sepertinya ia sudah tau betul maksud kedatanganku.

"Iya kau benar tapi bukan hanya itu kau tau bukankah dia yang memulainya? Dia membunuh ayahmu?" kata Justin membuat Tric terbelalak.

"Ya aku tau itu dan aku yakin ibuku sangat terpukul atas kejadian ini tapi apa yang harus aku lakukan apa aku harus menjauhkan ibu dengan Fred? Aku tau betul Justin ibuku sangat mencintainya"

Belum lama mereka bicara Will sudah menelepon Justin untuk kembali ke markas beserta Tric.

"Tric, Will memanggil kita ke markas! Ayo ada sesuatu yg penting yang akan dibicarakan! Dan jangan tanya apa karena aku sendiri juga tidak tau." Kata Justin sebelum Tric banyak bertanya karena ia tau betul karakter Tric.

"Baiklah. Kau sudah tau aku akan menanyakannya?" Tanya Tric sambil tersenyum kecil.

"Ya tentu saja kau pikir aku paranormal yang bisa meramal apa yang terjadi sebelum aku

Di markas The Daredevil

"Tric, justin kita punya masalah baru. Aku tidak tau bagaiamana ini terjadi tapi sepertinya seseorang telah mengetahui keberadaan kita?" Kata Will dari wajahnya aku tau kalau dia sangat panik.

"Ada apa?" Tanyaku tak kalah paniknya apalagi melihat mereka semua dengan wajah yang kurang mengenakkan.

"Jessie, seseorang menerornya!" Kata Will menjelaskan padaku.

"Apa? Bagaimana itu bisa terjadi?" Justin kelihatan kaget mendengar hal itu.

"Aku tau keberadaanmu Jessie, kau merasa kau hebat? Dengan melakukan semua ini? Tidak kau salah besar aku akan menunjukkannya padamu!" begitu isi sms yang didapatkan Jessie dari 'private number'.

"Kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku yakin bisa menemukan mereka. Aku akan melacak nomernya." Sahut Jessie ditengah-tengah aku membaca sms itu.

"Jessie, kau tidak pernah tau kekuatan mereka kau harus lebih berhati-hati lagi. Mungkin mereka bisa melihatmu tapi kau tidak bisa melihat mereka." Kata Will cemas.

"Ough.. tenanglah Will semuanya akan baik-baik saja. Aku akan menghubungi temanku untuk membantuku mengetahui pemilik nomer misterius itu." Jessie terlihat mengetik sebuah pesan kepada temannya itu.

"Tric, kau tidak akan keluar di saat kondisi kita seperti ini kan? Apa kau tega meninggalkan Jessie? Apa kau tidak mau mendukungnya?" Bujuk Justin.

"Okay." Kataku singkat. Setelah beberapa lama hanya berfokus pada Fred, ayah tiriku itu kini sepertinya semuanya lebih menarik lagi.

Siapa yang meneror Jessie?
Apa tujuannya?
Hanya untuk Jessie atau semua The Daredevil?

"Kalian punya musuh selama ini?" Tanyaku.

"Fred, musuh terbesar kita." Ujar Jessie.

"Bukan, maksudku yang lain. Jessie aku yakin mereka cukup mengenal kau ataupun kita semua. Mereka pasti punya motif, mereka tidak mungkin menerormu tanpa alasan kan?" Jelasku.

"Ya aku tau itu Tric tapi sepertinya selama ini aku tidak punya musuh. Atau jangan-jangan itu Fred atau suruhannya?" Jessie curiga.

"Aku tidak tau tapi setauku Fred tidak pernah curiga akan semua yang telah kita lakukan. Dia bahkan tidak tau." Aku mulai bingung apa mungkin kini ayah tiriku itu yang akan ku hadapi.

"Oh tidak ini akan berbahaya sungguh dia itu seperti psikopat. Dia bisa membunuhmu kapanpun dia mau." Will terlihat gelisah.

"Apakah seburuk itu Will?" Tanyaku. Itu jauh sekali dari yang kulihat selama ini, dari penilaianku tentang ayah.

"Kau hanya hidup dibalik kebohongannya Tric. Kau itu tidak tau apa-apa. Aku melihat sendiri bagaimana ayah kita dihabisi oleh 'bajingan' itu." Kata Will menaikkan nadanya.

"Kemana Bill dan Raff?" Tanya Justin.

"Mereka sedang dalam perjalanan kesini." Kata Will.

"Aku akan menemui temanku untuk melacak nomer itu. Aku akan segera mengabari kalian." Kata Jessie bergegas.

"Biar aku yang mengantarkanmu." Kata Will mengikuti Jessie.

"Sudahlah Will aku tidak selemah itu. Kenapa kau jadi amat khawatir begini? Aku akan segera kembali okay semuanya akan baik-baik saja." Jessie terkekeh.

"Baiklah kau tidak membutuhkan ide cemerlangku? Mungkin saja aku akan membantumu membuat rencana bersana temanmu itu?"

"Will, kau ini sangat lucu sejak kapan kau perhatian seperti itu hah? Yangx diteror itu kan aku. Kenapa jadi kau yang lebih khawatir daripada aku?"

"Aku hanya menawarkan bantuan untukmu Jessie, baiklah kalau kau tidak mau." Will pura-pura kesal.

"Baiklah." Kata Jessie sambil tertawa.

"Ohh tontonan gratis rupanya?" Ledekku. Lalu kami semua tertawa.

Akhirnya Jessie dan Will pergi menemui salah satu teman Jessie guna melacak nomer misterius itu. Sementara aku dan Justin tinggal berdua di markas kami.

"Apa hal ini biasa terjadi Justin?"

"Hal apa yang kau maksud?"

"Apakah pernah seseorang meneror kalian seperti ini?"

"Tidak, sebelumnya tidak ada yang menciun keberadaan kita."

"Aku takut terjadi sesuatu yang buruk pada kita Justin. Kau tau seberapa banyak yang telah kalian lakukan? Kenapa harus membunuh nyawa yanh tak bersalah? Jika kita tertangkap, kita tidak akan selamat." kataku cemas.

"Tidak Tric itu tidak akan terjadi, aku akan pastikan semuanya tetap aman. Tidak akan ada yang bisa menemukan kita."

"Kau yakin?"

"Tentu"

"Bagaimana kau bisa yakin?"

"Sudahlah percayalah kita akan melewati ini semua. Bukti apa yang mereka punya untuk mereka punya untuk menjerat kita? Tidak ada Tric bahkan dokter tidak bisa menemukan penyebabnya kan?" Kata Justin menenangkan. Aku tau kalau Justin hanya berusaha membuatku tidak khawatir walaupun sebenarnya ia sendiri juga sedang khawatir.

"Iya mungkin kau benar tapi kalau kita begini terus lama-lama kita akan ketahuan Justin. Apa benar jika kita membalas kejahatan Fred dengan kejahatan juga? Kalau begitu bukankan kita sama saja seperti Fred?"

"Tidak kita melakukannya karena sebuah alasan, bukan tanpa alasan Tric. Kita punya alasan yang kuat untuk itu."

Sorry ya kalay ceritanya kependekan dan selow update banget. Jangan lupa vote and comment ya biar authornya makin semangat buat ceritanya :)

Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang