11. First Attack

131 11 0
                                    

Will POV

Samar-samar ku dengar pembicaraan kedua orang laki-laki misterius itu.

'Baiklah besok kita akan mengawali semua ini dengan manis. Aku yakin dia akan sangat ketakutan. Aku berani jamin dia tidak akan menyesal bermain-main dengan kita.' Kata pria yang pria yang berjaket kulit berwarna hitam itu.

Ia memiliki kulit kecoklatan dan tubuh yang kekar. Dari posturnya aku yakin dia pintar berkelahi.

'Iya tentu. Jangan lakukan sedikit pun kesalahan atau kita akan tamat' Mimik serius terlihat dalam wajah pria yang sedang duduk menghadap ke arahku itu.

Ia terlihat sedang mengingatkan teman bicaranya itu. Dapat ku simpulkan mereka disuruh oleh seseorang. Dan aku yakin dia jauh lebih kuat dan pintar dari pada orang ini.

Aku jadi penasaran siapa boss mereka.

'Jangan lupa simpan senjatamu dengan baik! Jangan sampai ada yang mencurigai kita!" Dia berbicara setengah berbisik tapi aku masih cukup bisa mendengarnya.

'Baiklah, besok temui aku di rumah kosong di ujung jalan Mawar.'

'Baiklah. Semoga kita beruntung'

Tidak lama kemudian mereka berdua beranjak pergi.

Setelah itu aku dan Justin hendak mengikuti mobil kedua orang itu.

"Jangan, tidak perlu itu terlalu berbahaya!" Cegah Raline.

"Kenapa?" Tanya Justin.

"Dia bisa menghabisi kapanpun dia mau. Jangan pikir mereka bodoh Justin. Mereka itu cerdas mereka pasti sadar kalau ada seseorang yang membuntuti mereka." jelas Raline panjang lebar.

"Okay lalu bagaimana kita bisa tau tempat tinggal mereka?"

"Will, aku sudah menyadap handphonenya kan? Kita bisa tau kemana dia pergi."

"Lalu bagaimana dengan temannya yang satunya lagi itu?" Tanyaku.

"Aku akan mengurusnya. Aku akan memberikan data yang kau inginkan. Kalau ada percakapan yang mencurigakan aku akan segera memberitahumu. Mengerti?"

"Baiklah Raline sekarang ayo ikut kami ke markas kita." Ajakku.

"Okay tapi aku tidak akan lama ya karena masih ada yang harus ku urus."

Di markas The Daredevil

"Bagaiamana? Semuanya baik-baik saja kan? Mereka tidak menyadari keberadaan kalian kan?" Jessie terlihat amat gelisah sekali. Bahkan lebih gelisah dari saat aku lergi meninggalkannya tadi. Aku tak tega melihatnya.

"Tidak Jessie semuanya berjalan mulus. Laku ada apa denganmu? Apa ada yang terjadi selama aku pergi tadi?" Tanyaku pada gadis yang membuatku khawatir akhir-akhir ini.

"Dia mengirimkan sebuah pesan. Dia menyuruhku menemuinya besok pagi pukul 6.00 di jalan Anggrek."

"Kau akan kesana?" Tanya Justin.

"Ya tentu aku akan kesana. Aku yakin mereka tidak lebih hebat dariku. Aku akan menunjukkan kepada mereka salah telah mempermainkanku selama ini." Jessie bicara dengan penuh percaya diri seakan melupakan segala kegelisahannya beberapa menit yang lalu.

"Oh ya bagaimana apa informasi yang berhasil kalian dapat?" Tanya Bill penasaran.

"Bukan hanya informasi bahkan kami telah mengambil fotonya." Kata Justin.

"Baiklah sini." Justin segera memperlihatkan wajah orang tersebut yang telah kami abadikan tadi.

"Hmm... apa yang mereka katakan?"

Aku pun menceritakan apa yang aku dengar tadi pada Jessie, Bill, dan Raff.

Sementara Tricia dia sudah pulang terlebih dahulu karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan aku yakin kedua orang tuaku akan mencurigai Tric dan aku tidak mau itu terjadi makanya aku selalu menyuruhnya pulang sebelum pukul 9 malam.

"Baiklah aku akan membawa senjataku juga."

"Mereka akan menghabisi kalian satu per satu. Jangan pernah sepelekan mereka Jessie!" Perkataan Raline mengangetkan kami semua.

"Hah apa maksudmu?" Tanyaku tercengang oleh kata-katanya.

"Aku telah menyadapnya dan ada sebuah chat yang menyatakan kalau mereka punya niat jahat pada kalian." Jelas Raline sambil terus mengotak-atik handphonenya.

"Kita harus menjebaknya." usul Bill.

"Tapi bagaimana?" Ujarku.

"The Daredevil tidak kenal takut kan? Apa kalian gentar karena ini? Ku pikir nyali kita jauh lebih besar kan?" Kata Jessie memberi semangat.

Akhirnya kami berhasil membuat sebuah rencana.

Keesokan harinya

Jl. Mawar

Hari ini semua anggota The Daredevil telah berkumpul tidak lupa aku juga telah memberitahukan rencana kami pada Tric yang kemarin tidak ikut dalam perencanaan rencana kami.

Ku lihat dari jauh ada seseorang yang kemarin ku temui. Aku tidak menyangka mereka akan sebodoh ini dengan menampakkan dirinya seceroboh itu.

Jessie pun terlihat berjalan santai ke sana dengan berpura-pura polos. Namun, sebenarnya ia telah sangat waspada.

Duar... sebuah tembakan meluncur tepat ke arah Jessie membuatnya sangat kaget.

Berikutnya...

Dor...
Dor...

Tembakan dari Bill telah tepat mengenai kedua orang itu kemudian kami semua menyergapnya.

Lalu kami semua memukulinya namun ditengah itu sebuah tembakan tepat mengenai kaki Tric yang kemudian dengan cekatan dibalasnya namun sepertinya meleset.

Aku pun langsung mengejarnya. Namun, aku tidak tau kemana ia pergi ia pergi dengan kilat.

Sedangkan di tempat tadi aku melihat Justin membopongnya ke mobil. Sementara itu Bill dan Raff mencoba mengintrogasi kedua orang yang sudah tidak berdaya itu.

Author's POV

"Siapa kau? Apa maksudmu melakukan semua ini?" Bentak Raff.

"...."

"Jawab siapa? Siapa yang menyuruhmu?" Tambah Bill.

"Jawab atau kau tak akan selamat." Ancam Raff.

"Untuk apa? Kalau aku selamat sekarang nanti aku juga akan mati pada akhirnya." Kata pria itu sambil memegangi perutnya.

"Katakan saja untuk apa kita menutupinya lagi hah? Walaupun kita akan mati nanti setidaknya tidak sekarang kan?" Kata pria satunya sambil meringis kesakitan.

"Untuk siapa kau melakukan ini? Jawablah dan kau akan selamat. Aku yang akan menjamin hidupmu. Bagaimana?" Teriak Jessie.

"Dia... dia.... " Kata pria yang berkaos putih itu terbata-bata.

"Katakan sekarang...." teriak Jessie sambil menarik kerah bajunya.

"Ehh... dia... dia..."

Hai, buat semua readers sorry ya kalo ceritanya agak aneh dan kurang seru gini! Kasih comment ya kalo kalian punya masukan. Setiap comment kalian itu berharga buat perkembangan cerita ini. So, jangan lupa kasih vote juga ya!

Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang