5. Our First Plan

429 27 2
                                    

Hiii... sorry banget ya kalo updatenya agak lama, abisnya masih nyari2 ide. Ini cerita pertamaku di wattpad jadi sorry aja kalo ceritanya agak aneh, tapi kayaknya bukan agak deh tapi emang aneh. Hahaha.... Maklum authornya masih amatir. Ya udah deh langsung baca aja ya! Happy reading guys!!!

"Dengarkan aku dulu Tric, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Kami tidak melakukannya tanpa alasan. Tahukah kau Fred, dia membunuh ayah kita? Hanya karena ia menginginkan ibu. Is Juga menghancurkan keluarga Bill dengan memfitnah ayahnya." Will mencoba menjelaskan padaku.

"Dan itu membuatmu mentolerir hal-hal seperti ini jadi selama ini kau pasti yang telah menyebabkan kematian kedua adik kita? Itu sebabnya kau dapat menjamin keselamatanku? Dan kau membuat semua ini pantas?" Kataku dengan suara berat. Aku tidak tahu aku harus bagaimana kecewa, marah, sedih, namun ada sebagian diriku yang mengatakan ini pantas untuknya. Untuk pembunuh ayahku.

"Ya itu pantas Tric. Ayahmu telah menghancurkan hidupku ia memfitnah ayahku sehingga sekarang ayahku mendekam di penjara karena kesalahan yang tidak dibuatnya. Dan setelah ia membunuh ayahmu kau ingin membelanya?" Kata Bill dengan nada meninggi.

"Aku tidak membelanya tapi dengan mengorbankan adikku. Kalian telah membunuh orang yang tak bersalah kalian telah menghancurkan hidupku juga." Teriakku pada mereka semua membuat keheningan tercipta sesaat.

"Iya itulah kenyataan. Kuharap kau mengerti Tric. Terkadang dengan cara seperti ini lebih menyakitkan dibanding membunuh target langsung." Kata Will membuatku geram. Inikah yang kakakku lakukan selama ini? Bergabung untuk membalaskan dendam ayahku atau justru menghentikan mereka?

"Senang atau tidak itulah kenyataan Tric. Kuharap kau mengerti. Kami melakukan semua ini karena alasan. Dan ini pantas, kuharap kau mau bergabung dengan kami." Kata Justin dengan nada tenang. Matanya menatapku tajam.

"Apa rencana kalian selanjutnya?" Tanyaku mempertimbangkan.

"Kami tidak bisa memberitahumu. Jika kau tak bergabung bagi kami kau adalah orang asing." Kata Bill tegas. Ia sepertinya tidak suka aku menentang mereka.

"Baiklah aku setuju." Entah apa yang membuatku melontarkan kata2 itu. Tapi sepertinya sisi jahatku yang menang kali ini. Walaupun aku tahu balas dendam itu salah, tapi sebagian diriku ingin menuntut kematian ayahku.

"Okay kuharap kau bukan pengkhianat Tric. Jangan beritahukan ini pada siapapun atau kau akan tahu akibatnya." Kata Raff dengan nada mengancam.

"Baiklah sekarang Bill akan memberitahukan rencananya pada Tric." Ucap Justin memberi aba2 pada Will, Raff, dan Bill serta Jessie. Mereka menggangguk setuju.

"Kami tidak akan menghabisinya langsung. Tapi pertama2 kami akan menghancurkan nama baiknya terlebih dahulu. Awalnya saat aku emosi kukira membunuhnya dapat membalaskan semuanya. Namun kini aku berpikir jika membuatnya mendekam di penjara seumur hidupnya lebih baik. Dia akan menyesal seumur hidupnya." Kata Bill lantang.

"Dengan cara apa?" Tanyaku memotong perkataan Bill.

"Mudah saja dengan mengambil berkas penting miliknya dengan dan mereka akan mengecap Fred tidak PROFESSIONAL." kata Will dengan nada serius. Dengan menekankan kata2nya pada kata 'professional' Ia menatapku menunggu perubahan ekspresi wajahku agar ia dapat mengetahui aku setuju atau tidak.

"Hanya itu rencanamu? Setelah dia membunuh ayah kita? Setelah kau membunuh dua nyawa yang tak bersalah?" Tanyaku dengan nada memprotes.

"Ini hanya awal Tric, seperti yang kau tahu Fred sangat alergi dengan pencemaran nama baik, soal harga dirinya. Ia sangat mementingkan itu. Kau lupa?"

"Okay, lalu bagaimana caranya?" Tanyaku ragu. Namun, aku juga setuju dengan Will ayahku, Fred sangat menjaga imagenya.

"Itu sangat mudah tinggal mengambilnya kalian kan serumah. Mudah kan?" Kata Jessie enteng.

"Tapi bagaimana caranya? Fred sangat membenci Will bagaimana mungkin ia memperbolehkannya masuk?" Lagi2 aku bingung aku masih belum dapat memasuki pikiran mereka sejalan dengan apa yang mereka pikir.

"Sudahlah aku yang akan melakukannya." Kata Will, sepertinya ia agak malas memberitahuku karena baginya aku tak perlu tahu.

"Baiklah." Kataku pada Will.

"Aku akan memikirkannya. Besok kita berkumpul lagi pukul 7 malam. Disini! Sekarang sudah pukul 11 malam Tric harus pulang agar Fred dan Ibu tidak curiga." Kata Will sambil menyuruhku cepat pulang. Aku tidak menyangka waktu berjalan secepat ini.

Akhirnya sampai juga di rumah.

"Tricia darimana sajakah kau? Ibu sangat mengkhawatirkanmu." Sambut ibuku begitu ia melihatku berjalan memasuki rumah.

"Aku dari rumah temanku bu, banyak hal yang harus kukerjakan jadi aku pulang terlambat." Jawabku santai. Mungkin aku terlalu ahli mencari alasan? Atau mungkin aku ahli berbohong? Ah, kupikir sama saja.

"Sekarang sudah jam 11 sayang, cepatlah ganti baju lalu tidur." Kata ayahku. Aku tidak mengerti, kenapa ayah sangat baik kepadaku tapi tidak pada Will? Jika melihatnya sekarang aku iba terhadapnya. Ayah yang sudah menyayangiku selama ini. Tapi saat aku ingat bagaimana ia membuatku tidak bisa bertemu dengan ayah kandungku lagi. Semua rasa kasihan itu menghilang.

"Baiklah." Kataku singkat sambil melangkah ke kamarku. Sepertinya Will masih belum pulang. Tapi yang pasti aku akan menanyakannya bagaimana caranya mereka bisa membunuh kedua adikku.

'Ah sudahlah lebih baik aku tidur sekarang!'

Esoknya...

Hoaammmm....

Pagi pun tiba Tricia langsung mandi dan turun ke lantai bawah untuk menghabiskan sarapan. Namun, setelah ia turun yang ia lihat hanya kakaknya Will kedua orang tuannya tidak ada.

Kemana mereka semua?

"Dimana ayah dan ibu?" Aku langsung duduk di kursi tepat di depan Will.

"Ayah? Ayah kita sudah meninggal." Jawab Will ketus.

Hah apa yang terjadi? Kenapa ia jadi begitu sensitive?

"Ada apa denganmu?" Tanyaku begitu melihat wajahnya yang sedikit kelelahan atau bahkan sedikit depresi?

"Tidak ada."

"Will, kau yakin rencana kita akan berhasil? Fred pasti menuduhmu." Kataku sedikit menasehati.

"Kau salah Tric kau pasti mengira aku akan melakukannya sekarang. Tidak, tidak semudah itu. Aku akan berpura-pura untuk pergi ke luar kota bersama teman2ku. Sementara kau berpura2 menginap di rumah temanmu." Kata Will panjang lebar. Sepertinya mereka memikirkan rencana ini semalam saat aku sudah pulang.

"Dan satu lagi kita berdua harus melakukannya sebaik mungkin. Ah mungkin bukan kau tapi aku. Kita tidak akan melakukannya pada hari yang sama dengan hari kita pergi. Melainkan keesokan paginya." Lanjut Will.

"Paginya?" Tanyaku.

"Ya setelah mereka semua berangkat ke kantor."

"Bukankah berkasnya akan Fred bawa?" Tanyaku

"Itu berkas penting ia tidak akan membawanya kemana-mana."

"Bagaimana dengan kuncinya? Ia pasti mengunci kamarnya?"

"Aku sudah membuat duplikatnya."

"Ah kau cerdas. Ku rasa ini tidak sesulit yang ku bayangkan. Lalu dimana aku akan menginap dan berapa lama?."

Ia sangat cerdas. Bahkan, aku tidak membayangkan untuk membuat kunci duplikat rumah ini.

"Di rumah Justin. Hanya semalam. Malam setelah aku mengambilnya, setelah itu kau akan pulang dan melihat bagaimana reaksi Fred. Lalu kabari aku dan ingat jangan ceroboh. Jangan coba2 telpon membicarakannya. Lebih baik bbm atau sms saja."

"Baiklah." Kataku singkat.

Ya aku tahu ia pasti sadar kalau aku ini ceroboh. Aku pasti tidak bisa mengontrol nada bicaraku huh...

Akhirnya selesai juga part ini! Kependekan ya? Ya udah kalo ada kritik dan saran comment aja. Dan jangan lupa buat vote ya. Vote kalian bener2 nyemangatin author buat bikin lebih banyak story lagi. Jadi semua vote dan comment kalian itu berharga. Thanks for reading!! :)

Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang