-Kutukan Rumah Halusinasi🏚️- {Stressmen}

354 15 0
                                    

Idea and Co-writer: par765

Sudah lama rumah itu dilihatnya, rumah yang di terlantarkan. Begitu membuat rasa penasaran Odo semakin membesar, walaupun rasa takut juga menyertainya. Sudah berhari-hari sejak Odo mempertimbangkan untuk memasuki rumah tersebut.

"Kamu kenapa suka banget liatin rumah itu, sih?" Tiba-tiba datang kakaknya, Stressmen, yang melihat Odo sering memperhatikan rumah terlantarkan tersebut.

"Kita boleh kunjungin rumah itu, gak?"

"Hah? Yakali, rumah kayak gitu mau kau kunjungin." Stressmen pun meninggalkannya, ingin menaruh piring bekas makanannya di dapur.

"Sekali aja ya! Cuma liat dalam rumahnya dikit, kok!" Odo memohon dengan muka yang memelas.

Melihat Odo yang memelas, Stressmen pun menghembuskan napas.

"Yaudah, tapi sekali aja! Dan hanya sebentar."

Mendengar jawaban Stressmen, Odo sangat girang. Ia dari dulu sangat ingin mengetahui isi rumah tersebut.

Tak lama menunggu, mereka berdua berjalan menuju rumah itu, tak terlalu jauh juga.

Penampilan di luar rumah tersebut ada kursi yang dimakan rayap, beserta mejanya yang juga terdapat bekas gelas dan teko. Pintunya juga hampir terlepas engselnya. Stressmen pun memegang gagang pintu itu dan membukanya.

Nampak isi rumahnya. Dengan perabotan rumah yang tersisa, seperti sofa yang kapasnya terkeluar, lukisan pajangan yang banyak debunya, beberapa piring yang berjatuhan.

"Dah, kita balik." Stressmen menutup pintu.

"Heh? Sebentar banget, sih!" Odo kecewa

"Kalo mau lebih lama lagi. Kakak aja yang masuk, kamu jaga disini. Kakak bisa ngambil barang-barang yang mungkin kamu bisa selidiki."

"Hahhh... baiklah." Odo menghela napas, lalu duduk di salah satu kursi yang masih belum reyot.

Stressmen pun membuka pintu sekali lagi.

Tetapi bukan penampilan tadi yang ia lihat, semuanya berubah 180 derajat. Sofa yang tadinya terkeluar kapasnya mulai kembali rapi, lukisan pajangan yang berdebu terlihat gambarnya, piring-piring tertata rapi. Semuanya rapi. Dinding ruang ramu itu berwarna putih. Benar-benar membuat Stressmen terpesona.

"Apa Anda adalah tamu tuan dan nyonya?" Ada seorang pembantu yang membungkukkan badannya ke Stressmen.

"E... eh? E... enggak. Aku cuma tersesat sampai ke rumah ini." Stressmen berbohong.

"Oh... begitu, ya. Yasudah, duduk disini saja. Saya akan panggil nyonya dulu." Pembantu itu berbalik. Stressmen menurutinya, duduk di sebuah sofa.

Tidak lama, datang seorang perempuan dengan wajah muda sekali, ia datang bersama beberapa pelayan disampingnya.

"Adek tersesat, ya? Silakan rasakan jamuan saya. Maaf jika sedikit saja."

Pelayan-pelayan itu datang membawa nampan berisi banyak makanan dan minuman yang mewah. Stressmen yang tadi sudah makan ingin menolaknya.

"Maaf, saya sudah makan tadi."

"Oh, gitu ya? Nanti dibungkus aja. Saya juga lagi bikin kue, loh." Ibu tersebut bangkit, lalu mengambil setoples kue yang berwarna coklat.

"Terlihat enak, tapi saya ingin dibungkus saja," tolak Stressmen sehalus mungkin.

"Oke, Pelayan! Tolong bungkuskan semua makanan ini," titah sang ibu pemilik rumah.

Saat ini, Stressmen sangat curiga.

"Ini, untuk adek." Ibu tersebut menaruh sebungkus plastik berisi toples kue di hadapan Stressmen.

"Terimakasih, kalau begitu saya pamit dulu, takutnya dicariin ibu saya." Sebaiknya ia segera pergi dari rumah ini.

"Loh? Sebentar aja? Saya bisa telponin ibu adek, kok. Buat datang ke sini."

"Gak usah. Ibu saya agak sakit-sakitan kalau jalan jauh banget." Stressmen langsung berkelit.

"Memangnya rumah adek sejauh apa dari rumah ini?"

"Dari gang kanan sana, agak jauh karena rumah saya di ujung." Stressmen berusaha menjawab secara lengkap agar ibu tersebut tidak bertanya lagi.

"Ibu adek sakit apa?" Tak seperti harapannya, ibu di depannya ini masih bertanya.

"Hanya sakit karena sudah mau tua. Saya minta doanya semoga ibu saya masih diberi umur panjang." Stressmen langsung saja bangkit dari sofa, menuju pintu rumah.

Hanya satu detik, sebuah pisau tidak mencapai leher Stressmen. Kakinya sudah menginjak luar rumah. Maka halusinasi itu sudah hilang.

"Kak! Kakak gak papa, 'kan?" Odo terkejut melihat kakaknya itu keluar dari rumah tersebut, dengan keadaan terjatuh.

"Hahh... tidak... tidak apa-apa." jawab Stressmen, napasnya sedikit terpotong-potong.

"Kamu selamat dari rumah ini, nak!" Tiba-tiba ada seseorang yang muncul di samping Odo.

"Siapa kamu?" tanya Stressmen.

"Dia tetangga rumah ini. Kakak selamat, karena dari sekian ratusan orang yang memasuki rumah ini, hanya kakak yang selamat tanpa bekas luka." jelas Odo, membuat Stressmen terkejut.

"Ya, apa kau melihat ruang tamu yang mewah?" Stressmen mengangguk, "Itu hanya halusinasi. Tetapi sepertinya kutukan halusinasi itu tidak akan muncul lagi, karena kau benar-benar selamat. Kutukan itu telah berakhir."

Stressmen benar-benar tak mengerti, ia menoleh melihat rumah itu. Sekarang kondisinya sudah hancur lebur, seperti habis diruntuhkan. Tak tampak lagi fisiknya.

Tetapi setidaknya ia masih bisa menghirup napas kali ini.

End~

________________

Dari ceritanya, par765 sebenarnya menceritakan kisah temannya yang memang NYATA. Bisa dibilang begitu. Kisahnya agak panjang, awalnya menjelajah rumah, lalu bertemu dengan orang-orang seperti ini lalu begini dan begitu hingga masa lalu rumah itu juga dikisahkan (saking panjangnya ampe lupa). Tapi kubuat versi singkatnya aja :)

(Cerita dari par765 masih belum selesai)

Short Story About Us (YTMC Random Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang