09 ; Festival Kota.

136 31 2
                                    

Hari-hari di kota Bogor berjalan seperti biasa, sang matahari bersembunyi di balik awan-awan, namun itu tidak menghalangi bias sinarnya untuk menerangi kota.

Sudah tiga hari semenjak kejadian kala itu Senadeya tidak pergi lagi ke taman, saat pulang sekolah dia langsung membersihkan diri dan belajar lalu membaca novel milik sang pemuda agar dirinya bisa cepat mengembalikan novel tersebut kepada empunya. Tidak peduli dengan Baskara yang bisa saja selalu menunggu kedatangannya di taman kompleks.

Kini, sang gadis sibuk berkutat dengan tugas-tugas miliknya, kerutan di dahi nampak jelas dengan kedua manik bulatnya yang tak lepas membaca soal.

Setelah mengerjakan beberapa nomor, dia meregangkan badannya sejenak lalu beranjak dari duduknya. Berjalan ke kulkas kecil tempat dia menyimpan camilan, semoga saja camilan itu dapat menyegarkan otaknya yang memanas akibat terlalu dipaksa bekerja.

Tangannya sibuk mencari camilan yang dia inginkan namun tak didapat juga. Camilan itu sepertinya sudah habis, dia menghela nafas pelan. Padahal dia belum menyentuh sama sekali camilan itu, pasti Isabelle lah yang menghabiskannya saat menginap dua hari yang lalu.

Dia pun beralih mengambil camilan yang lainnya lalu kembali ke meja belajarnya untuk melanjutkan tugasnya yang tertunda.

Namun baru saja ingin melanjutkan tugasnya, suara bel rumah berbunyi membuatnya berniat untuk membukanya. Sang bibi tengah memasak, maka dia berinisiatif untuk membantu membuka pintu rumah.

"Aku aja yang bukain pintu, Bi!" teriak Senadeya lalu melangkah ke pintu utama rumah, sebelum membuka dia merapikan penampilannya sedikit.

Setelah membuka pintu rumahnya, Senadeya mengangkat satu alisnya, menatap heran gadis bermata sipit di depannya yang saat ini menunjukkan senyuman indahnya.

"Ngapain kesini, Bel?"

"Ayo ke taman kota!"

"Tiba-tiba banget? Emang ada apa disana?" Tanya Senadeya sembari menggeser tubuhnya agar Isabelle bisa masuk ke dalam.

"Lagi ada festival kecil gitu, banyak street food juga! Kata kak Java disana juga aesthetic banget tempatnya, bagus buat foto-foto. Ayo ih Deya aku mau kesana," jelasnya kemudian merengek ke Senadeya. Hastanya bergerak memeluk lengan sang gadis dan menempelkan pipinya di sana. Senadeya yang risih pun mendorong wajah sahabatnya pelan, berusaha melepaskan pelukan Isabelle di lengannya.

"Aduh iya iya, kita kesana. Tapi tunggu dulu aku mau lanjut nugas sebentar," putus Senadeya.

Isabelle memekik senang, dia pun mendorong punggung Senadeya pelan, menuntunnya ke kamar sang gadis. "Asik! Sekarang ayo cepetan selesaiin terus kita ke taman kota!"
      
     

     "Ih Abel tunggu dulu!" seru Senadeya, dia mengikat tali sepatu miliknya yang terlepas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    
"Ih Abel tunggu dulu!" seru Senadeya, dia mengikat tali sepatu miliknya yang terlepas. Netranya tak berhenti menatap Isabelle yang sudah jauh di depan sana, meninggalkannya sendiri akibat menemukan stall makanan ringan yang menarik perhatiannya, jahat sekali.

Lacuna ; Jake Enhypen & Seeun StaycTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang