Bulir-bulir air hujan yang jatuh membasahi bumi dan baskara yang bersembunyi dibalik awan-awan membuat keadaan di pertengahan bulan Juni itu terlihat suram.
Namun itu tidak membuat lengkungan kurva indah sang anak kecil dengan surainya yang diikat rapi itu hilang, sang anak kecil itu baru saja pulang dari taman kanak-kanak.
Dirinya kini sedang duduk di dalam mobil mewah milik orang tua nya dengan radio yang memutarkan lagu kesukaannya, sesekali dia akan ikut menyanyikan bait lirik dengan perasaan senang dalam hati.
Sang anak kecil begitu bahagia, tak sabar untuk segera sampai di rumah lalu melakukan banyak hal yang sudah dijanjikan oleh kedua orang yang sangat dia sayangi— orang tuanya.
Mata bulatnya berbinar tatkala mobil yang dikendarai oleh supir pribadi keluarganya mulai masuk ke dalam pekarangan rumah tempat dia tinggal. Lengkungan kurva yang sedari tadi terpatri di wajahnya semakin melebar, letup-letupan bahagia dapat dia rasakan dalam dada.
Saat mobil itu berhenti tepat di depan pintu rumah, sang anak kecil langsung membuka pintu mobil dan berlari ke arah pintu utama rumahnya.
Para pelayan yang berdiri di depan pintu menunggu anak dari majikan mereka terlihat panik tatkala sosok anak kecil itu terjatuh akibat sepatunya yang licin.
"Eh, nyonya! Aduh lututmu terluka ... Bibi obati dulu, ya?"
Sang anak kecil menggeleng ribut, berusaha berdiri dan melewati wanita itu lalu berjalan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah. Dia ingin cepat-cepat bertemu dengan kedua orang tuanya, tak peduli dengan lututnya yang mulai berdenyut sakit.
"Mama, papa!" Ucapnya riang sembari membuka pintu kamar kedua orang tuanya, mata bulat berbinar dengan senyuman indah tak hilang dari wajah rupawannya.
"Loh, sayang? Sudah pulang, nak?"
Suara lembut yang mengalun indah di telinga membuatnya benar-benar bahagia, dia berlari kecil ke arah wanita dengan pakaian mewah itu dengan sesekali meringis pelan ketika lututnya kembali berdenyut sakit.
"Loh lutut kamu kok luka, sayang? Jatuh dimana anak cantiknya mama ini?" tanya wanita itu ketika netranya menangkap lutut sang anak sedikit mengeluarkan darah. Raut wajah khawatir dapat dilihat dari wajahnya.
Dengan cekatan dia mendekat ke sang anak, berjongkok mensejajarkan tingginya dengan sosok kecil itu lalu mengecek tubuh anaknya.
"Tadi waktu mau masuk rumah Deya jatuh, Mama. Tapi Deya tidak apa-apa kok!" ucap sang anak berusaha meyakinkan ibu nya.
Sang wanita yang dipanggil Mama itu tertawa pelan lalu mengusak surai anaknya gemas. Sang anak kecil yang mendapat perlakuan lembut dari ibu nya memejamkan kedua mata nya. Merasakan lembutnya usakan dari sang ibu, nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna ; Jake Enhypen & Seeun Stayc
FanfictionAkhirnya aku mengerti bahwa kebahagiaan itu hanya sekedar delusi, delusi indah yang hanya sementara. Aku mengerti bahwa perpisahan adalah konsekuensi dari segala pertemuan. Sekarang, aku mengerti bahwa manusia akan selalu berakhir dengan dirinya sen...