15 ; Monumen Cinta Sang Raffles.

102 21 2
                                    

"Terima kasih ya, Pak," ucap Baskara dengan senyum yang terukir apik di wajah tampannya. Bak sihir, senyuman itu membuat Bapak pemilik rental scooter itu ikut mengulas senyuman.

Baskara menoleh, menemukan Senadeya dengan tangan yang sibuk mengaitkan helm khusus scooter nya. Tungkai Baskara bergerak mendekati sang gadis, tertawa geli ketika melihat si gadis yang nampak kesusahan mengaitkan helmnya.

Tangannya bergerak menarik telapak tangan Senadeya lembut lalu mengaitkan pengait helm tersebut sembari berkata, "Kalau nggak bisa tuh bilang." Ucapnya dengan wajah serius. "Nah, udah," lanjutnya kemudian sedikit memberi jarak antara dirinya dan sang gadis, kemudian kembali tersenyum puas.

Senadeya yang masih terkejut tak menjawab. Bisa tidak sih, Baskara ini tidak bertindak tiba-tiba? Dia malu, tahu.

"Hey, malah ngelamun. Nggak mau keliling?" ucap Baskara membuat lamunan Senadeya buyar. Senadeya pun mengedipkan matanya lalu bergerak mundur.

"Ayo keliling!" ucap Senadeya bersemangat. Ya ... walau jantungnya masih belum berdetak secara normal, namun kalau dia tiba-tiba diam, bisa saja Baskara akan menyadarinya.

Kedua remaja itu mulai menyusuri jalanan di Kebun Raya Bogor dengan scooter yang sudah disewa Baskara. Dengan perasaan bahagia, Senadeya mengendarai scooter-nya sembari menelisik ke sekitarnya.

Memperhatikan keindahan alam yang berada di sekitarnya benar-benar menjernihkan pikirannya yang sedikit kusut akibat tugas yang melanda. Eksistensi Baskara yang berada di sebelahnya membuat dirinya kian merasa tenang juga nyaman.

Baskara itu bak penenang alami Senadeya, Senadeya benar-benar merapalkan banyak terima kasih pada Tuhan karena t'lah dipertemukan dengan Baskara. Hadirnya Baskara di kehidupannya membawa banyak warna baru di hidup Senadeya, membawa kebahagiaan yang tak pernah Senadeya rasakan sebelumnya.

Hidupnya yang dulu terasa hampa kini terasa lebih penuh dengan rasa harsa ketika Baskara hadir. Tak bisa Senadeya bayangkan seberapa hampa hidupnya tanpa ada eksistensi Baskara.
  

     "Habis ini kita kemana lagi, Bas?" tanya Senadeya sembari melihat-lihat sekelilingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    
"Habis ini kita kemana lagi, Bas?" tanya Senadeya sembari melihat-lihat sekelilingnya. Mereka kini berada di Rumah Anggrek— usulan dari Senadeya. Dia ingin melihat anggrek-anggrek yang ada di sini.

Satu fakta yang baru saja Baskara ketahui, Senadeya suka sekali dengan bunga. Baskara kagum tatkala gadis itu menjelaskan berbagai jenis bunga anggrek yang mereka lewati, serta arti dari bunga-bunga tersebut.

Baskara menggeleng, tak tahu ingin ke mana lagi setelah ini. Rasanya dia sudah lelah setelah menjelajahi hampir seluruh tempat di sini. Apakah gadis ini tak lapar?

"Kamu nggak mau balik ke tempat tadi? Makanan dan tikar kamu masih di sana kalau kamu lupa," ucap Baskara.

Senadeya merengek. "Tapi kita belum jelajahin semuanya, Bas.."

Lacuna ; Jake Enhypen & Seeun StaycTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang