14 ; Piknik Bersama Sang Baskara.

95 23 1
                                    

Mata sang gadis terpejam, menikmati semilir angin yang membelai wajahnya lembut seakan mengajak sang gadis untuk terlelap. Pun dengan matahari yang tak terlalu terik membuat sang gadis kian mengantuk dibuatnya.

Ah, pikirannya tiba-tiba melayang pada dua bulan yang lalu ketika dirinya dan sang pemuda berdiri berdua menikmati semilir angin dan pemandangan pasir putih yang dipadu dengan birunya laut. Senadeya ingin ke sana lagi— dengan sang pemuda.

Iya, kalian tidak salah baca. Sudah dua bulan berlalu sejak saat itu, dan sudah dua bulan juga akhirnya Senadeya dan Baskara kian dekat. Senadeya dengan gengsinya yang tinggi sudah tidak ada, sisi Senadeya yang dahulunya cuek bebek dengan Baskara kini sudah diganti dengan sisi bawel sang gadis.

Dan perihal Baskara, pemuda itu juga banyak perubahan dari sikapnya di awal. Kalau di awal dia terkesan kaku dan sangat formal, kini sifat tersebut mulai berubah menjadi lebih santai. Kalau dahulunya dia masih menggunakan panggilan saya-kamu, kini sudah berubah menjadi aku-kamu —walau sebenarnya ini hanya paksaan dari Senadeya— dan sifat jahilnya yang makin ke sini makin menjadi-jadi. Senadeya kesal, tentu saja. Tapi lebih baik begini, walau kesal, dia tetap menyukai berteman dengan pemuda itu, kok.

Kembali ke awal, Senadeya masih saja memejamkan matanya, seperti enggan untuk membuka kedua obsidian indah itu. Sampai suara merdu dan sedikit berat yang khas mengalun indah di telinganya membuatnya mau tak mau harus membuka kedua matanya.

Pemandangan pertama yang dilihat sang gadis adalah pemuda dengan surai cokelat naturalnya pun dengan lengkungan kurva terbalik yang terukir di wajah tampannya. Senyuman yang khas pun dengan kedua mata indah berwarna cokelat yang selaras dengan surainya, juga baju kaus biru navy kesayangan yang dipadu dengan celana kain cokelat muda. Bukan pemandangan yang asing mengingat sudah dua bulan terakhir ini juga mereka selalu bertemu.

Melihat senyum yang terukir di wajah sang pemuda membuat Senadeya tanpa sadar ikut mengulas senyuman. Yah, tak tahu saja gadis ini kalau efek dari senyuman manisnya sangat berbahaya untuk Baskara.

Telinga pemuda itu praktis memerah, padahal bukan pemandangan yang tak biasa, tapi tetap saja dia selalu dibuat salah tingkah ketika sang gadis tersenyum. Namun itu candu bagi Baskara, senyuman Senadeya adalah hal yang ingin dia lihat setiap harinya. Entah apa yang akan dia rasakan kalau dia tak melihat senyuman itu barang sehari, apalagi kalau alasan dibaliknya adalah karena dirinya. Ah, membayangkannya saja sudah menyiksa relungnya.

"Udah lama disini, Rembulan?"

Senadeya menggeleng, kemudian sedikit menggeser tubuhnya. Memberi sedikit ruang untuk Baskara agar sang pemuda bisa duduk di sebelahnya. Baskara yang mengerti lantas ikut duduk di sebelah sang gadis. Walau begitu, rasa bersalah masih memenuhi hati. Padahal dia yang mengajak ke sini, tapi malah dia yang terlambat datang.

"Maaf, ya," ucap Baskara tiba-tiba.

Senadeya mengangkat satu alisnya, masih menunggu Baskara melanjutkan ucapannya.

"Maaf telat dateng ke sini, padahal aku yang ajak kamu," lanjut Baskara. Ditatapnya kedua mata sang gadis dengan perasaan bersalah. Sungguh, perasaan bersalah ini sangat menyiksanya. Setidaknya dengan meminta maaf seperti ini bisa mengurangi perasaan bersalahnya, walau hanya sedikit.

Senadeya praktis tertawa yang mana membuat Baskara bingung, kenapa gadis ini malah tertawa? Memang ada yang lucu?

"Hahahaha! Astaga, Baskara! Aku nggak apa-apa, kok! Lagi, kamu 'kan udah bilang kalau lagi nunggu dosen. Udah minta maaf juga 'kan di chat? Emang mau minta maaf berapa kali sih?" jawab Senadeya dengan tawa yang belum juga mereda.

Baskara lucu, sungguh lucu kalau sudah begini. Sifat jahilnya yang selalu membuat Senadeya darah tinggi dadakan benar-benar sirna kalau saja Baskara sudah diselimuti oleh perasaan bersalah yang terkadang alasan dibaliknya sangat sepeleh. Tapi inilah Baskara, dari dulu sifatnya yang ini tidak berubah. Dan itu sangat lucu.

Lacuna ; Jake Enhypen & Seeun StaycTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang