#09; De valeur ( Berharga )

130 6 0
                                    

"Pergunakan waktumu sebaik mungkin, sebelum semuanya benar-benar diputar sesuai alurnya kembali."

; Author.

✮✮✮

Happy reading!

Semenjak ada kejadian itu, Sathiera juga Sagara terlihat semakin dekat. Mereka pun tidak akan segan menunjukkan keromantisan mereka di depan publik.

"Hello, babe." Itu Sagara. Dia memberikan segelas susu hangat perisa vanilla kesukaan Sathiera, berharap rasa pedas itu menyurut dari Indra pengecap nya. Sathiera benar-benar merasa sangat bersyukur akan hidupnya yang mulai berubah pelan-pelan mengikuti perintah sang Tuhan dan catatan takdirnya. "Gimana? Masih pedas, sayang?" Menatap kedua netra Sathiera sambil mencari-cari jawaban yang ia harapkan, namun ia tidak mengucapkan satu patah katapun.

"Sudah tidak. Terimakasih, ya?" Sejenak ia melupakan janji akan dendamnya dan berganti akan perasaan nalurinya dan mengikuti cinta dari hati kecilnya. 'Se-kesepian ini ternyata hidupku.' Batin Sathiera murung. Dulu ia berharap ada seseorang yang menghargai semua kerja keras nya, memberikan dukungan yang positif untuk membantunya kembali bangkit. Namun saat Tuhan mengabulkan semuanya, ia harus di hadapkan dengan pahitnya masa lalu.

"Kalau ada apa-apa bilang sama aku ya? Supaya kita sama-sama mencari jalan keluarnya, kamu mau kan?"

Ah .. kata-kata memuakkan itu lagi. Haruskah ia mempercayai manusia dari perkataannya, lagi? "Iya." Sathiera hanya bisa mengiyakan perkataan dari Sagara, ia hanya takut, takut tidak bisa mengabulkan nya.

"Harusnya kamu tidak usah bereskpetasi lebih pada manusia, Saga. Karena manusia itu cepat berubah, bisa jadi hari ini ia ingin terbuka, besoknya ia menjadi manusia paling tertutup. Semua tergantung lukanya."

Sagara menoleh ke arahnya dan bertanya-tanya apa maksud dari ucapan Sathiera. "Maksud kamu?" Sathiera menggenggam tangan Sagara dan menatapnya dengan tatapan teduh. "Semua akan ada jawabannya, jika kamu pernah merasakannya." Terdiam sudah Sagara.

'Maaf, Saga. Saya hanya tidak ingin terluka untuk kedua kalinya.' Sathiera meremas jarinya dan kemudian ia berusaha untuk mengalihkan suasana yang tadinya sedih menjadi cerah kembali.

Sagara mengerti sekarang. Kemarin ia menyangka bahwa Sathiera adalah gadis terkuat, namun ia salah akan perkiraannya. Ternyata ia hanya manusia dengan segala topeng yang kokoh demi menghadapi kejamnya dunia. "Sayang." Panggil Sagara, dia menangkup kedua pipinya lalu bersitatap.

"Kamu mau tau enggak hal yang paling berharga itu apa?" Tanya Sagara. Tentu saja Sathiera tidak mengetahui hal itu, "Apa?" Ia mengerutkan keningnya.

"Diri sendiri."

"Hah?" Rupanya Sathiera tidak menanggapi ucapan Sagara, buktinya saja ia terlihat lemot. "Ya, hal paling berharga itu adalah diri sendiri. Karena kita, dunia mengalami perubahan. Walaupun Tuhan sudah mengatur semuanya, tapi karena adanya niat dan minat dari kita sendiri, maka semuanya akan berubah."

"Karena kita juga, sesuatu yang indah tercipta begitu saja di depan mata. Belajarlah menyayangi diri sendiri, karena itu penting agar tidak kehausan akan kasih sayang dan perhatian dari orang lain. Kita di tuntut menjadi pribadi yang mandiri, kan?" Oh, sekarang Sathiera paham akan alur pembicaraan ini. "Kalaupun jika gagal untuk mencintai diri sendiri, kamu bisa meminta pertolongan agar dituntun jalan keluarnya."

"Tapi-

Ting!

Sebuah chat mampir begitu saja memotong pembicaraan kedua insan yang hampir terlarut. "Ah, sebentar ya." Sagara mengangguk paham lalu memberikan space untuknya membaca dan mengirim chat kepada orang tersebut.

'Kamu lupa akan janji itu? Habisi dia, atau saya yang akan menembaknya secara langsung di depan mu.'

Oh tidak,

"Sudah?" Sagara menatap wajah paniknya Sathiera. Dia ingin membaca isi chat itu, namun sepertinya Sathiera membutuhkan privasi yang lebih sampai ia ingin mengatakannya secara langsung. "T - tunggu disini ya? Saya mau ke belakang dulu." Sathiera kemudian berdiri dan berlari ke arah taman belakang sekolah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Sathiera sampai di tempat tujuan. Sagara diam-diam mengikuti Sathiera dari belakang karena sejujurnya ia sangat amat penasaran. "Kenapa urusan seperti ini kamu gagal, hah?" Bisa Sagara lihat, Sathiera sangat ketakutan sekarang. Sebenarnya siapa orang yang di balik topeng hitam itu sehingga membuat Sathiera ketakutan?

"Ibu, aku-" Ucapan Sathiera terpotong saat suara tamparan terdengar kuat di area itu. Ingin rasanya Sagara menolongnya namun ini bukan waktu yang pas.

"Seharusnya kamu melakukan tugas mu, bukannya jatuh cinta terhadap musuh mu itu!" Musuh? Apa maksudnya?

Jangan-jangan ..

Sagara adalah musuh keluarga Sathiera? "Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi, ibu. Aku .. aku minta maaf untuk sekarang jika tidak becus." Tidak ada jawaban hanya ada suara helaan nafas dari lawan bicaranya ini.

"Sekarang kamu susun rencana baru lagi dan cepat kamu balaskan dendam ibu kepadanya!" Sathiera menundukkan kepalanya tak berani mengatakan apapun. "B - baik ibu." Sagara buru-buru kembali ke tempat semula sebelum Sathiera curiga padanya.

Brak

Namun sayang, Sagara menghantam barang yang ada di belakangnya. Sathiera terlonjak kaget tetapi rasa takut nya tidak kunjung menghilang malahan menambah.

"Siapa disana?" Sagara mendapatkan ide bagus dengan masuk ke kelas adik kelasnya dan menyogok mereka untuk tidak memberitahu keberadaan nya demi mengamankan dirinya sendiri. Orang misterius tadi yang diduga sebagai ibu nya Sathiera menggandeng tangan anaknya dan mencari sumber suara tadi. 'Semoga saja aman.' Batin Sagara penuh harap.

"Sudah aku bilang bu kalau disini tidak siapa-siapa kecuali kita." Sathiera mencoba meyakinkan ibunya.

"Baiklah, ibu percaya."

Helaan nafas terdengar dan ia menuntun ibu nya untuk keluar dari area sekolah sebelum siapapun melihat kehadiran nya, dikhawatirkan ada orang yang mengenal ibu nya ini dan menggagalkan rencana mereka.

Sathiera memeluk ibunya dan berbisik, "doakan usahaku berhasil." Ibu nya mengangguk paham, mengelus rambut halus nan bergelombang milik Sathiera sambil tersenyum.

"Baiklah, ibu pergi." Kemudian Sathiera mengulurkan tangan guna Salim kepada ibunya sebagai tanda hormat.

Memerlukan waktu hampir sepuluh menit baru ibunya menghilang dari netra-nya. Sathiera mencari keberadaan seseorang yang mencuri perhatiannya, alias menjadi penasaran. Kelas demi kelas ia kunjungi demi mendapatkan jawaban. Namun, yang ia dapat adalah seseorang dengan name-tag; 'Deva.' Murid baru di kelas sebelah. "Uhmm- apa kamu tadi melihat orang yang bersembunyi disini?" Sathiera memberanikan diri untuk bertanya pada orang itu, siapa tau ia bisa mendapatkan jawabannya dari si murid baru tersebut.

"Orang? Disini tidak ada siapa-siapa selain aku. Memangnya ada apa?" Jawab Deva seraya menggaruk pipinya yang tidak gatal, Sathiera tersenyum canggung sambil ber-'Oh' ria. "Terimakasih ya, aku mau cari lagi."

"Ini bayaran mu, apakah cukup?"

Demi mendapatkan bayaran, Deva terpaksa berbohong. Sagara berharap Sathiera tidak mencari keberadaan nya lebih jauh. 'Maafkan aku, sayang. Tapi aku harus melakukan ini ..' Batinnya.

Bersambung ..

Selasa, 07 Juni 2022.
Salam hangat; Lili.

Sagara; Perfect ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang