✭7 warna pelangi✭

1.3K 131 3
                                    

                —7 warna pelangi—

Samar-samar Jeremy mendengar perkelahian itu sejak tadi pagi, ia ingin sekali membantu mereka yang terkena pukulan dari sang ayah, tetapi ia di kurung dalam kamarnya oleh Joshua.

Sebelum mengurung Jeremy, Joshua tidak lupa dengan sebuah pukulan dan mencaci maki sang anak.

"Kenapa gue harus terlahir sebagai orang yang buta?" Tutur Jeremy dalam hatinya.

Joshua sangat amat tidak menyukai Sean dan Jeremy, karna mereka mempunyai bagian tubuh yang cacat.

"DASAR ANAK SIALAN, KAMU HANYA BISA MENYUSAHKAN." Kata-kata itu kembali memutar dalam otak Jeremy, pada saat kejadian itu sungguh rasanya ia ingin menangis saja.

"SUDAH BUTA NYUSAHIN, BRENGSEK." Lagi-lagi otaknya memutarkan suara-suara yang tidak ingin Jeremy ingat itu, tetapi entah kenapa otaknya memutarkan kata-kata kejam itu lagi.

                               ***

Di sisi lain Zaydan yang tengah mencari kunci kamar Jeremy di sekitar sana, ia berniat untuk membebaskan adik keduanya itu.

Tetapi itu mustahil, kuncinnya sama sekali tidak ada di sekitaran tempat ia berada, pasti kuncinya telah di bawa oleh ayahnya agar Jeremy tidak bisa keluar dari kamarnya sebelum Joshua yang membukanya.

Zaydan tidak pantang menyerah, ia mencoba segala hal agar bisa membukakan pintu yang sudah terkunci rapat itu.

Zaydan mendobrak pintu itu, dan untungnya usahanya berhasil.

Tanpa basa-basi, dengan nafas yang terengah-engah, Zaydan mendekati Jeremy yang sedang berdiri menatap langit-langit lewat jendela kamarnya.

"Jer, lo gapapa kan?" Kata Zaydan yang memastikan jika adiknya tidak apa-apa.

Jeremy menoleh, ia tanpak biasa saja, tetapi ia masih memberikan sebuah senyuman hangat kepada Zaydan kakaknya.

"Gue gapapa, lo gak usah khawatir kak." Ucap Jeremy yang berusaha untuk bisa memercayai Zaydan dengan keadaannya sekarang.

"Sorry kalo gue telat nolongin lo." Ucap Zaydan yang merasa sedikut bersalah karna telat menolong sang adik.

Jujur saja, Zaydan sedang sibuk dengan skripsinya yang menumpuk, Zaydan adalah mahasiswa kampus, toh, dia juga sama seperti kakaknya Mahesa, sama-sama masih berstatus mahasiswa di kampus.

"Lo gak telat, percaya sama gue ya? Gue gapapa kak." Ucap Jeremy yang sekali lagi berusaha membuat Zaydan percaya padanya.

Zaydan hanya mengangguk kecil, ia bangga kepada adiknya, walau ia sering di hina dan di pukuli habis-habisan, tetapi mereka masih bisa menunjukan senyumnya yang terukir di bibir mereka.

"Oh iya kak, tadi ada yang di pukul lagi ya sama ayah?" Tanya Jeremy yang penasaran dan bertanta kepada Zaydan.

Zaydan terdiam sekejap, tadi sempat ia liat jika adiknya Raja telah di pukul oleh ayahnya hingga tersungkur ke lantai.

"Tadi gue sempet liat kalau Raja di pukul sama lansia bajingan itu." Ucap Zaydan yang sedikit kecewa, sebab ia tidak bisa menolong adiknya yang tengah di pukuli habis-habisan oleh lansia bajingan itu.

Lansia bajingan, ya itu yang Zaydan namakan untuk ayahnya itu.

"Jer, emang dia masih pantes untuk di panggil dengan sebutan 'ayah'?" Kata Zaydan yang wajahnya terlihat kusam, karna menurutnya Joshua sudah tidak pantas untuk di panggil dengan sebutan 'ayah'.

Jeremy memberikan senyuman sekilas kepada Zaydan.

"Lo inget gak apa kata Sean? Bagaimanapun juga itu ayah kita."

7 Warna Pelangi | Enhypen[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang