✭7 warna pelangi✭

773 87 1
                                    

                 —7 warna pelangi—

Raja dan Mahesa memperhatikan Juna yang sedari tadi masih memperhatikan gelang yang di pakai di lengan Raja itu.

Tiba-tiba saja sebutir air bening jatuh membasahi pipi Juna.

Juna mengingat kenangan-kenangan yang diberikan oleh mendiang sang ibu. Kini Juna merindukan itu semua.

"Na? Hey, Juna?" Ucap Mahesa yang melambaikan tangannya tepat di depan wajah Juna, sepertinya Juna melamun sambil melihat gelang itu, Mahesa berusaha menyadarkan Juna dari lamunannya.

Sedangkan Raja hanya diam memandangi Juna yang masih memegang lengan tangannya dan masih memperhatikan detail gelang itu.

Juna pun berhasil sadar dari lamunannya.

"Na? Lo kenapa?" Tanya Mahesa saat Juna sudah sadar dari lamunannya.

Tanpa Juna menjawab pertanyaan dari Mahesa, ia langsung bergegas pergi begitu saja dengan kursi rodanya.

Lagi dan lagi Mahesa dan Raja hanya bisa di buat bingung oleh sifat Juna sekarang.

                               ***

Juna memasuki kamarnya dan menutup pintunya dengan cukup keras.

Hatinya berdegup dengan kencang, nafasnya tidak beraturan, ia tidak tau mengapa dirinya seperti ini.
Juna berusaha menenangkan dirinya perlahan sambil menutup matanya.

Setelah merasa tenang, Juna mendekati laci nakas di samping kasurnya. Itu tempat ia menaruh gelang pemberian sang ibu.

Juna membuka laci nakas itu dan memperlihatkan ada sebuah kotak hitam, dan tentunya ada gelang di dalam kotak itu. Gelang yang sama seperti milik Raja.

Juna mengambil kotak itu dengan tangan yang sedikit gemetar dan mata yang berbinar. Kotak itu sudah sangat lama ia simpan disana.

Juna membuka kotak itu perlahan dan menampakkan satu gelang yang sangat cantik, berwarna silver dan tergantung angka 7 disana.

Juna kembali menangis tanpa sadar. Di hatinya masih banyak kenangan-kenangan yang membekas.

Beberapa detik kemudian, akhirnya Juna memakai gelang itu di lengannya. Gelang itu berhasil melingkar di lengan Juna, gelang itu sangat cantik.

"Kalo kangen mama lihat gelang ini, dan jika kamu kehilangan orang-orang yang kamu sayang, lihat gelang ini juga, gelang ini sangat berharga bagi mama, sama kaya kamu, kamu sangat berhaga bagi mama." Kata-kata itu tiba-tiba saja muncul di otak Juna, sontak Juna langsung menangis dengan hebatnya.

"Mama, Juna kangen mama, kita udah berapa tahun gak pernah ketemu, Juna kangen, kangen segalanya tentang mama." Ucap Juna disela-sela isak tangisannya.

Zaydan yang tanpa sengaja mendengar suara tangis itu pun langsung pergi ke kamar Juna. Zaydan tau jika itu suara isak tangisan Juna.

"Juna? Lo kenapa?" Tanya Zaydan saat membuka pintu kamar Juna dan terlihat Juna yang sedang menangis diatas kursi rodanya sambil memegang sebuah benda yang tidak asing bagi Zaydan.

Zaydan pun mendekati Juna yang sedang menangis.

"Juna?" Ucap Zaydan perlahan.

"K-kak, gue kangen mama." Ucap Juna disela-sela tangisannya lagi.

Zaydan hanya menghembuskan nafasnya ke udara saat mendengar perkataan yang terlontar dari bibir Juna.

"Juna, jangan kaya gini, nanti mama ikut nangis, ikhlasin mama aja ya? Meski gue tau itu berat bagi lo, dan juga bagi gue." Ucap Zaydan.

Zaydan mengalihkan pandangannya, ia memperhatikan kotak dan gelang itu, itu sangat tidak asing baginya.

"Itu...itu gelang pemberian mama kan?" Ucap Zaydan di dalam hatinya.

"Juna, kamu kangen sama mama karna ini ya?" Tanya Zaydan sambil menunjuk gelang yang berada di lengan Juna.

Juna hanya mengangguk pelan.

Zaydan menghembuskan nafasnya ke langit-langit, kini dadanya sedikit terasa sesak.

"Juna, udah jangan gini ya? Kasian mama." Ucap Zaydan yang menyuruh Juna untuk berhenti menangis.

                                ***

Beberapa menit setelah itu, Juna berhenti menangis, wajahnya terlihat sembab.

"Kalo kangen mama liat aja gelang itu." Ucap Zaydan.

"Iya kak." Jawab Juna singkat.

"Ya udah, ke kamar dulu ya."

Juna hanya mengangguk sebagai jawaban dan Zaydan pun pergi ke kamarnya.

"Mau kemana lo?" Tanya Zaydan saat ia baru saja keluar dari kamar Juna, Zaydan melihat ada Jeremy yang entah mau kemana.

"Oh, gue tadi denger suara nangis, lo tau gak siapa yang nangis?" Tanya Jeremy kembali kepada Zaydan.

"Juna, tadi Juna yang nangis." Jawab Zaydan.

"Juna kenapa?" Tanya Jeremy kepada Zaydan kesekian kalinya.

"Kangen mama." Jawab Zaydan dengan singkat.

"Eh lo masih inget gelang pemberian mama gak, Jer?" Tanya Zaydan tiba-tiba.

"Gelang? Oh, inget, setiap malem malah gue liatin gelang itu, gak tau kenapa." Jawab Jeremy.

"Kenapa lo liatin setiap malem tuh gelang?" Tanya Zaydan kembali.

"Gelangnya ngebuat gue kangen sama mama, tapi setiap gue liat gelang itu rasa kangen gue ke mama pudar." Jawab Jeremy.

"Ah udah lah, gue ke kamar dulu ya, lo hati-hati jalannya, jangan sampe kesanduk cicek." Ucap Zaydan yang sedikit memberi lawakan semata.

"Lawak lo." Ucap Jeremy.

"Gak, ini gue lagi nangis huuu." Ucap Zaydan yang berpura-pura menangis.

"Halah pura-pura doang, udah sana." Ucap Jeremy menyuruh Zaydan pergi.

Pada akhirnya pun Zaydan pergi meninggalkan Jeremy disana.

"Nyaman banget kalo bisa bercanda kaya gini, serasa bebas tanpa ada pukulan." Gumam Jeremy.

Jeremy pun pergi menuju ke kamarnya, ia keluar kamar hanya untuk memastikan siapa yang menangis tadi.

               —7 warna pelangi—

               —7 warna pelangi—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
7 Warna Pelangi | Enhypen[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang