✭7 warna pelangi✭

966 89 2
                                    

                —7 warna pelangi—

Ketujuh remaja itu menghampiri gudang di belakang rumahnya dengan tergesa-gesa, ia sangat khawatir kepada Sean.

"Sean, sebentar ya, kakak bakal tolong kamu." Teriak Mahesa dari balik pintu.

Sean hanya bisa menangis di dalam sana, meluapkan rasa sesak di dadanya dengan cara menangis tanpa bersuara.

Mereka semua tengah berpikir agar bisa membuka pintu besar ini yang terbuat dari besi.

Setelah mencoba hal apapun yang bisa mereka lakukan, akhirnya pintu itu terbuka dan menampakkan Sean yang tengah terduduk dengan tubuh yang di ikat.

Keenam remaja itu menghampiri Sean dan melepaskan ikatan itu dari lengan, kaki, dan mulutnya.

"Sean lo gapapa?" Tanya Steven dengan nafas yang memburu.

"Aku takut kak.." Ucap Sean dengan bahasa isyaratnya.

Mereka semua memeluk Sean, sungguh rumit hidup mereka. Kapan mereka akan bebas seperti anak-anak yang lain? Bebas, itu adalah impian mereka.

Saat mereka ingin keluar dari gudang gelap itu, tiba-tiba saja mereka melihat ada Joshua, sang ayah yang berdiri tegap di ambang pintu.

Mata Sean berbinar saat melihat sang ayah yang tengah berdiri disana. Ia masih ketakutan dengan sosok sang ayah yang sering menyiksanya dan saudara-saudaranya yang lain.

"Sudah saya duga, pasti kalian datang untuk menyelamatkan si bisu tidak berguna itu." Ucap Joshua dengan nada yang menyeringai.

"Sialan, jaga ucapan anda." Cibir Jeremy.

"Cih, kamu buta bisa apa? Kamu sama-sama menyusahkan dan tidak berguna." Tutur Joshua yang merasa kesal dengan Jeremy.

"Sekarang mau anda apa? Jangan pernah mengusik adik dan kakak yang lagi." Ucap Juan dengan wajah datar.

Tanpa aba-aba Joshua tiba-tiba saja menutup pintu itu dan menguncinya kembali.

"Rasakan itu, kamu pasti akan meninggal disini." Ucap Joshua dari balik pintu besi itu.

"SIALAN, TOLONG BUKA PINTU INI BRENGSEK." Teriak Mahesa seraya memukul pintu itu.

Mahesa merosotkan dirinya di pintu itu, ia sudah putus asa, jika boleh jujur ia sangat lelah dengan hidupnya.

Zaydan menghampiri Mahesa yang terlihat sangat frustasi dan Zaydan pun memeluk tubuh Mahesa.

"Kak, maaf...gue tau lo cape, pasti sulit ya kak, makasih udah bertahan." Gumam Zaydan sambil memeluk tubuh Mahesa.

Tangis Mahesa pecah begitu saja saat ia mendengar perkataan yang di ucapkan oleh Zaydan.

"Maaf...maafin gue, maaf." Lirih Mahesa yang hanya berkata maaf berulang kali.

Zaydan menggeleng kala mendengar kata maaf yang terucap berulang kali dari Mahesa.

"Lo gak salah kak." Jawab Zaydan.

"Kita jangan gini, kita harus janji buat bersama selamanya ya?" Ucap Steven membuat mereka semua beralih menatap Steven.

"Ayo kita cari jalan keluarnya sama-sama." Lanjut Steven dengan penuh keyakinan.

Perlahan senyuman Juan dan Sean mengembang saat mendengar perkataan itu.

"Gue setuju sama kak Steven, kita harus bisa, jangan nyerah gitu aja." Ucap Juan dengan penuh semangat.

"Ada mama yang nunggu kita untuk bebas." Gumam Juan sambil memperlihatkan gelang yang terlingkar di tangannya.

                                ***

7 Warna Pelangi | Enhypen[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang