✭7 warna pelangi✭

913 93 0
                                    

                —7 warna pelangi—

Di keesokan harinya Mahesa terlebih dulu bangun dari tidurnya, di pagi buta ini ia sudah pergi, Mahesa pergi untuk mencari pekerjaan.

Di saat yang bersamaan Sean pun juga terbangun dari tidurnya dan keluar dari kamarnya, tetapi Sean melihat sang kakak yang sudah rapih di pagi buta seperti ini.

Dengan segera Sean mencegah sang kakak yang lewat tepat di depan matanya.

"Kakak mau kemana?" Sean mengayunkan tangannya, memberi bahasa isyarat kepada Mahesa.

Mahesa mengerti sedikit demi sedikit bahasa isyarat yang di gunakan Sean.

"Oh, kakak mau pergi keluar nyari kerja, kalo kamu sama saudara kamu yang lain mau makan, di meja sudah kakak siapin." Jawab Mahesa memberitau Sean jika ia ingin pergi mencari sebuah pekerjaan.

"Tapi kakak sendiri apa sudah sarapan?" Tanya Sean kepada Mahesa yang menggunakan bahasa isyarat.

"Gue? Oh gue udah kok." Bohong Mahesa, sebenarnya ia belum memakan apapun, ia hanya meminum segelas air putih itu saja.

"Oiya, kalo lo sekolah jangan takut untuk di bully ya? Gue yakin lo itu kuat, Sean." Ucap Mahesa tiba-tiba.

Sean hanya terdiam sejenak mendengar perkataan sang kakak, jujur saja Sean masih takut untuk pergi ke sekolah, Sean sudah 4 hari ini tidak pernah datang ke sekolah sebab ia takut jika ia masih terus saja menjadi bahan bully.

"Iya kak." Kata isyarat itu kembali melayang.

"Bagus." Ucap Mahesa singkat, dan Mahesa mengelus rambut Sean.

"Kalo gitu gue pergi dulu ya." Ucap Mahesa lagi.

Sean hanya mengangguk sebagai jawaban, Sean melihat sang kakak pergi hingga ia tidak melihat sosoknya lagi.

"Aku takut ke sekolah.." Gumam Sean.

Dengan segera Sean kembali memasuki kamarnya dan berniat untuk mandi, dan segera bersiap untuk pergi ke sekolahnya.

                               ***

Di sisi lain Zaydan tengah bersiap untuk berangkat ke kampusnya.

"Kak Zay mau kemana?" Tanya Juna yang melihat Zaydan lewat tepat di depan matanya.

Zaydan hanya menoleh sekilas kepada Juna.

"Gue mau ke kampus, ada kelas pagi." Ucap Zaydan yang terburu-buru.

"Gue berangkat dulu ya, kalo ada apa-apa bisa kabarin gue aja." Ucap Zaydan kembali.

Juna hanya mengangguk sebagai jawaban dari perkataan Zaydan.

Dengan langkah yang terburu-buru Zaydan langsung pergi dari situ dan bergegas pergi ke kampusnya, Zaydan sudah hampir terlambat masuk kelas pertama.

                                ***

Mereka ber-5 sudah berada di meja makan, karna tidak ada ayah mereka, mereka cukup bebas.

Raja yang baru saja tiba di meja makan langsung menanyakan hal sesuatu.

"Kak Mahesa sama kak Zaydan kemana?" Ucap Raja yang melihat sekeliling rumah tetapi ia tidak mendapati sosok kedua kakaknya itu.

"Kak Zaydan ada kelas pagi, jadi tadi dia udah berangkat, kalo kak Mahesa gue gatau." Jawab Juna kepada Raja.

"Tadi kak Mahesa pergi mau cari pekerjaan." Lanjut Sean yang memberitau mereka menggunakan bahasa isyarat.

Raja hanya mengangguk sebagai jawaban diantara mereka berdua.

"Kak Mahesa sama kak Zaydan udah sarapan belum?" Tanya Jeremy tiba-tiba.

"Kak Mahesa belum sarapan tadi, bahkan makanan yang kita mau makan ini dia yang buat." Jawab Sean lagi menggunakan bahasa isyarat.

Mereka semua tau apa kata Sean, kecuali Jeremy karna ia tidak bisa melihat apa yang katakan menggunakan bahasa isyaratnya.

Dengan perasaan yang peka Steven menjadi bahan translate agar Jeremy tau apa jawaban dari Sean.

"Kata Sean, kak Mahesa belum sarapan, bahkan makanan yang kita mau makan ini dia yang buat." Ucap Steven kepada Jeremy.

"Oh oke, makasih Stev." Jawab Jeremy yang berterima kasih kepada Steven.

Steven hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.

Mereka ber-5 pun sarapan bersama di meja makan.

"Kak ayo kita berangkat, nanti telat." Ucap Raja kepada Steven.

Steven hanya mengangguk dan meraih tas selempangnya.

Steven dan Jeremy masih menjadi mahasiswa anak SMA, sedangkan Juna, Sean, dan Raja masih menjadi mahasiswa anak SMP.

Mereka semua pun sudah siap untuk pergi ke sekolah, tetapi tidak dengan Sean, karna ia takut akan di bully kembali.

                               ***

Steven mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Steven menghantarkan ketiga adiknya ke sekolahnya terlebih dahulu.

"Kalo ada apa-apa kabarin gue aja ya." Ucap Steven kepada ketiga adiknya.

Kata-kata Steven yang baru saja ia lontarkan begitu sama dengan Zaydan.

Raja masih menduduki kelas 2, sedangkan Sean dan Juna menduduki kelas 3.

Pada saat mereka bertiga berjalan di koridor sekolah, mereka semua menjadi sorotan mata di sekitarnya.

Semua masih berjalan dengan baik di pagi hari ini.

Tetapi hati Sean masih saja resah, ia sangat takut jika ia akan di bully lagi, ia sudah lelah di pukuli oleh ayahnya, dan di sekolahnya ia pun juga menjadi bahan bully-an.

Tapi Sean masih tetap tersenyum meski sakit, menurut saudara-saudaranya, Sean adalah manusia yang paling kuat, sebab meski ia merasa tersakiti tetapi ia masih saja bisa menunjukkan senyuman hangatnya yang terukir dari bibir mungilnya.

"Sean, lo pasti lagi ketakutan ya?" Tanya Juna tiba-tiba.

Juna bisa merasakan rasa ketakutan yang muncul dari hati Sean, ia bisa melihatnya lewat matanya yang indah.

"Tenang ya? Jangan takut, ada gue sama Raja disini." Ucap Juna kembali.

"Kak jangan takut ya? Ada gue disini." Lanjut Raja.

Sean hanya mengangguk sebagai jawaban mereka berdua.

Rasa takut itu tidak menghilang, sungguh Sean sangat takut.

Mereka bertiga pun akhirnya berpencar dan pergi ke kelas masing-masing.

Kursi roda Juna di dorong oleh Sean, kebetulan mereka berdua satu kelas, jadi Sean bisa membantu Juna untuk sampai ke kelasnya.

                —7 warna pelangi—

                —7 warna pelangi—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
7 Warna Pelangi | Enhypen[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang