✭7 warna pelangi✭

1.1K 114 2
                                    

                —7 warna pelangi—

Di sisi lain saat Zaydan ingin kembali memasuki kamarnya, dengan tidak sengaja ia mendengar jika ada suara bentakan dari kamar Steven.

Tanpa berlama-lama lagi Zaydan langsung mengendap-endap untuk pergi ke kamar Steven agar tidak ketauan, ia ingin mendengar apa lagi yang akan di lakukan oleh ayahnya itu.

Saat Zaydan telah berada tepat di depan kamar Steven, pintu kamar Steven tidak tertutup rapat, sedikit ada celah pintu disitu, itu kesempatan Zaydan untuk melihat apa yang terjadi kepada Steven.

"TIDAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN SAYA BRENGSEK!!." Ucap Joshua kepada Steven, Suara bentakan itu menutupi seluruh ruangan kamar Steven.

Joshua yang sedang berapi-api sedangkan Steven yang hanya diam menunduk di depan Joshua ayahnya.

Satu pukulan berhasil mendarat di bagian wajah Steven.

BUGHH..

Steven sampai tersungkur ke lantai, sungguh itu sangat sakit.

Zaydan yang samar-samar melihat itu pun tidak tega kepada adiknya, Zaydan langsung saja menerobos masuk ke dalam kamar itu, dan Zaydan langsung menonjok Joshua kembali.

"DASAR, AYAH MACAM APA ANDA?." Ucap Zaydan yang juga mulai berapi-api akibat ulah ayahnya itu.

"Berani kamu menonjok wajah saya?" Ucap Joshua remeh kepada anaknya yang telah terbawa emosi juga.

Joshua mendekati Zaydan dengan wajah yang membiru akibat tonjokan yang di berikan oleh Zaydan.

"Jangan pernah anda menyakiti kita lagi, dasar brengsek." Ucap Zaydan tanpa ragu, ia sudah sangat terbawa emosi.

Di balik Zaydan yang tengah berapi-api, ada Steven yang masih berusaha untuk bangkit dan ingin membantu Zaydan untuk melawan Joshua.

BUGHH..

Lagi dan lagi suara pukulan itu memenuhi seisi kamar itu.

Pukulan itu kali ini mendarat tepat di perut Zaydan, itu membuatnya tersungkur dan terbaring lemas.

"Akkh." Zaydan merintih kesakitan, perutnya terasa nyeri akibat di pukul tadi.

Tiba-tiba saja entah darimana Mahesa datang begitu saja dan langsung memukul kembali sang ayah di bagian perut.

"Apakah anda sudah tidak mempunyai hati? Apa anda sudah gila? Bajingan." Ucap Mahesa yang ikut meluapkan emosinya.

"Wah wah, kamu ikut lagi dalam perkelahian ini ternyata." Ucap Joshua seraya bangkit.

"Saya sudah berjanji akan menjaga adik-adik saya selamanya." Ucap Mahesa yakin akan menjaga Adik-adiknya selamanya.

"Kamu lihat? Dua adik mu itu sangat lemah, pecundang." Kata Joshua yang meremehkan anak kandungnya sendiri.

"Adik saya juga anak kandung anda, termasuk saya, mereka tidak pecundang." Ucap Mahesa yang membenarkan perkataan Joshua.

"Anak saya kata mu? Saya sudah tidak menganggap mereka termasuk kamu sebagai anak saya, Mereka lah yang membunuh istri saya." Ucap Joshua yang memasang wajah kesal dan kecewa.

"Tapi saya masih ingin berbaik hati kepada kalian, lihat kan? Saya masih menyekolahkan kalian."

Mahesa bungkam seribu bahasa, ia tidak tau harus menjawab apa, ia hanya melirik kedua adiknya yang masih terbarik lemas di lantai, terutama Zaydan ia seperti orang yang sudah sekarat.

"Saya ingin pergi bekerja, urus kedua anak brengsek ini." Ucap Joshua sebelum keluar dari kamar itu.

Setelah Joshua hilang dari pandangan Mahesa, dengan segera Mahesa membantu kedua adiknya ini, dan segera mengobati mereka.

7 Warna Pelangi | Enhypen[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang