11. Koushi si Pengganggu!

320 60 20
                                    

Aoba Johsai sudah gugur dalam babak eliminasi Turnamen Musim Semi bola voli tingkat SMA. Masing-masing dari mereka diberi titah untuk kembali ke rumah masing-masing untuk mengistirahatkan tenaga dan mental.

Oikawa menghela nafas berat, Iwaizumi juga melakukan hal yang sama. Perasaan mereka selaras. Pahit, masam, apa saja selain sensasi manis menggembirakan layaknya sebuah parfait. Hanya derap kaki yang mengisi kekosongan di antara dua remaja tersebut. Meski berjalan pulang bersama, jiwa mereka berada di alam lain.

Tidak ada pembicaraan sampai keduanya mengucapkan jumpa, memasuki rumah masing-masing. Nyonya Oikawa menyambut sang putra tersayang, disahut oleh Tooru dengan riang; topeng seperti biasa.

Nyonya Oikawa- ibu dari Tooru, tidak bertanya mengenai hasil turnamen. Wanita cantik itu tidak ingin menambah hujan di hati sang anak. Beliau tersenyum hangat dan membelai surai putranya yang berwarna senada dengan miliknya, "Okaa-san membuat roti susu kesukaanmu hari ini. Nanti dimakan ya, Tooru."

Tooru bisa menjadi aktor dengan mudah jika dia ingin. Binar di pasang hazel, senyum manis bak gula, serta gerak tubuh yang nampak bersemangat. Sayang sekali, ibunya tidak terkena hasutan dari rekaan Tooru sang anak. Bagaimanapun juga, wanita itu yang mengandung Tooru selama 9 bulan dan melahirkannya pula. Membesarkan ia, memberinya kasih sayang dan fasilitas yang anak itu butuhkan selama tumbuh kembangnya. Sifat Tooru yang ini menurun dari dirinya sendiri.

"Dan, istirahat yang cukup ya, Tooru." Penuh kasih sayang ucapan yang Miho-- ibu Tooru katakan. Tooru tidak kuasa, akhirnya berpamit dan bergegas masuk kamar dan menguncinya. Isak tangis ditahan dengan sengaja oleh kain lengan baju.

Tooru merebahkan tubuhnya yang terasa lemas ke atas kasur, dan menggulung sekujur dirinya dengan selimut tebal. Ruangan itu gelap, cahaya remang-remang bulan yang menyusup memasuki jendela yang sedikit terbuka tidak terlalu berguna untuk menerangi kediaman tidur Sang Raja Lapangan Voli Seijoh. Hening yang tadi menyelimuti, mendadak tersibak karena isak sendu remaja tanggung.

"Tiriring!"

Dering dan lampu handphone menyala, mengelukan pemiliknya bahwa ada pesan SMS untuknya. Namun, Tooru tak menggubris. Remaja itu membiarkan si pengirim menunggu balasan dari dirinya. Tak peduli jika itu adalah Iwaizumi atau pelatih voli di sekolahnya.

"Tiriring!"

"Tiriring!"

Alpha itu masih diam tak berkutik. Tangannya malah semakin menarik selimut guna menutup seluruh tubuhnya. Hanya anak surai yang mencuat dari balik selimut tak bermotif itu.

"Tiriring!

"Tiriring!"

"Tiriring!"

Sudut mulut Tooru berkedut, gatal ingin mengumpati si pengirim pesan. Jika pengirim itu adalah Iwaizumi, Tooru tetap akan menyumpah serapahinya setengah mati. Gejolak api menyuluti Oikawa Tooru hingga akhirnya tangan itu menyusuri atas nakas, mengambil handphone, lalu kembali lagi ke bawah selimut.

Tidak ada lagi suara pesan masuk dari si benda persegi. Sunyi menerpa, akan lebih lama lagi Sang Sunyi berdiam diri di kamar jika Tooru tidak berteriak. Pasang manik hazel itu menyalang seiring umpatan mengalir lancar dari mulutnya. Ya, Tooru menelepon si pengirim pesan. Si pengirim pesan tidak berkata apapun, malah gelak yang Tooru dengar. Gelak yang Tooru hafal sekali nada dan intonasinya.

"Aoba Johsai no kyaputen jangan marah-marah, dong! Hahahahaha!"

Tooru bingung? Sudah pasti. Bagaimana bisa Sugawara Koushi mengetahui nomor handphonenya? Siapa yang memberitahu? Dan lagi, memberitahu nomor handphone dirinya ke orang seperti Sugawara Koushi hukumnya haram!

Bintang SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang