Chapter 2

2.4K 289 24
                                    


.

Untuk beberapa waktu lalu Jaeyoon di buat tertanya-tanya ke mana Sunghoon membawanya pergi. Sepanjang perjalanan dalam mobil Jaeyoon tidak berani bertanya takut nanti berujung tidak baik seperti yang sudah-sudah.

Kini ketika mobil memasuki area basement di gedung besar dan nampak mewah itu. Tempat tinggalnya orang-orang kalangan atas.

Penthouse.

Jaeyoon mengernyit melirik ke arah Sunghoon yang tengah membuka sabuk pengaman setelah mobil terparkir. Dengan ragu-ragu Jaeyoon juga melakukan hal yang sama bahkan keluar dari mobil saja ia was-was jika saja lirikan dingin Sunghoon membuatnya mau tidak mau menurut lalu mengikuti langkah Sunghoon yang berjalan masuk ke dalam satu pintu di sana.

"Dokter ini kita mau ke mana?" Jaeyoon memberanikan diri bertanya saat mereka berada di dalam lift.

"Apa kamu gak tahu tempat ini?"  Sunghoon balik bertanya tanpa menoleh ke arah Jaeyoon di sebelahnya.

Tentu Jaeyoon mengangguk. "Tahu, Penthouse."

"Benar."

"Terus kita ngapain ke sini?"

Hela nafas Sunghoon berhembus berat. "Kamu pikir orang ke sini mau ngapain?"

Lagi pertanyaan di balas pertanyaan.

Jaeyoon menyipitkan mata, kesal. "Makanya saya tanya, kita ngapain ke sini? Karena saya gak tahu."

Kali ini Sunghoon menoleh menatap Jaeyoon dengan mata dinginnya.

"Dokter kalau punya niat gak baik, mending gak usah karena----"

"Diam, jangan banyak tanya. Ngikut aja." Bertepatan dengan itu lift berhenti, Sunghoon terus berlalu keluar bersama Jaeyoon yang masih menggeram kesal karena Sunghoon memotong bicaranya.

Seketika manik tajam Jaeyoon memeta seluruh lorongan lantai, mengamati penuh teliti.

"Ini kalau gue jerit sekalipun gak ada yang dengar." Hati Jaeyoon bermonolog waspada sambil tetap mengikuti langkah Sunghoon.

Sungguh pikiran Jaeyoon sekarang dipenuhi dengan hal negetif. Tanpa perjelasan yang nyata kenapa mereka berada di sini membuat Jaeyoon tidak bisa untuk tidak berburuk sangka.

"Dokter bentar." Lengan Sunghoon Jaeyoon raih untuk menghentikan langkah mereka. "Saya tahu, saya ini nampak polos dan gampang di begoin tapi saya bukan pria yang mudah buat ngikut pria lain ke sini."

Sunghoon mengerjap bersama kernyitan di dahi, ia benar- benar tidak paham dengan bicara Jaeyoon. "Maksud kamu apa?"

"Ish!" Jaeyoon menggaruk surainya. "Gini lho, dokter jangan lihat saya kayak gini tapi saya pintar bela diri walau cuma tonjok asal aja. Jadi jangan macam-macam sama saya apalagi berbuat gak baik-baik----"

Oke.

Sunghoon memejam mata dengan helaan nafas lelah yang tidak terhitung mendengar hujahan antisipasi Jaeyoon soal perbuatan buruk yang mungkin ia lakukan.

"Diam, nyeleneh kamu keterlaluan." Potong Sunghoon mencoba sabar akan tingkah Jaeyoon yang menurutnya di luar nalar. "Aneh."

Setelah itu Sunghoon lanjut berjalan dan menekan bel selang dari dua unit di mana mereka berhenti tadi.

Sementara Jaeyoon terdiam dahi berkerut hebat. "Aneh? Dia bilang gue aneh?" Batinnya tidak terima.

"Finally!"

Baru Jaeyoon ingin membidas, pintu di mana Sunghoon menekan bel tadi terbuka menampilkan sosok pria kaos hitam dengan keadaan awut-awutan.

"Cepatan! Gue udah gak senang hati dari tadi." Orang yang berada di dalam rumah itu menyuruh paksa Sunghoon untuk masuk sebelum sesaat netranya bertemu dengan Jaeyoon membuatnya mengernyit.

CLUMSY || sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang