Chapter 5

2.3K 256 30
                                    

.

Di keheningan pagi di ruang pantri terlihat presensi Jaeyoon sedang mengacaukan air kopi di dalam cangkir dengan keadaan melamun jauh.

Pikirannya tengah melalang buana memikirkan kejadian tadi malam tentang perjumpaan teman ayahnya atau bisa di bilang jika itu perjumpaan dengan calon pasangan ayahnya berserta keluarganya.

Tadi malam juga Jaeyoon jadi banyak tahu soal latar belakang keluarga Sunghoon walaupun cuma sekadar menceritakan secara harfiah bermaksud yang perlu di tahu saja.

Pertemuan tadi malam banyak yang di bicarakan terutama kepada kedua sang ayah masing-masing yang ternyata sudah menjalin hubungan dua tahun lamanya.

Jika dipikirkan balik Jaeyoon tidak pernah memasang curiga pada ayahnya, sebelum ini juga ayahnya itu tidak pernah terlihat seperti di lamun cinta atau mungkin cara orang dewasa yang sudah berpengalaman dalam hubungan jadi semuanya tampak biasa saja tiada yang spesial.

Kalau di tanya pendapat Jaeyoon jujur dirinya sendiri bingung entah bagaimana mau bereaksi, tadi malam saja sepanjang pertemuan dia hanya banyak mendengar masih di timpa oleh keterkejutan yang tidak pernah ia duga.

Bohong kalau Jaeyoon tidak pernah terpikir jika suatu saat nanti ayahnya akan menemukan pengganti mendiang ibunya, itu pernah terlintas tapi tidak tahu jika itu benar akan menjadi kenyataan setelah kepergian ibunya enam tahun lalu.

Sekarang pikirannya sangat bercelaru, tidak tahu apa yang mengganjal di benaknya sejak mengetahui ayahnya akan menikah lagi.

Tadi malam setelah pulang dari makan malam Jaeyoon cuma diam sampai tiba di rumah, si ayah sekali lagi mencoba mengajak bicara jika saja ada yang ingin Jaeyoon utarakan tapi Jaeyoon hanya tersenyum sembari memeluk ayahnya dan mengatakan ia setuju dengan apa saja ayahnya lakukan.

Karena sang ayah berhak mendapatkan kebahagian tersendiri dan Jaeyoon tidak ingin menjadi penghambat dari keputusan ayahnya.

Tapi tetap saja Jaeyoon merasa ada yang aneh entah perasaannya mendadak menjadi sendu, ia sendiri tidak tahu di mana letak keresahan dan keganjalan itu. Perasaan soal ayahnya akan menikah lagi masih abu-abu.

Tepukan di pundak mengagetkan Jaeyoon cepat ia menoleh ke samping menemukan Yejin tersenyum.

"Jauh melamun." Cicit Yejin sambil mengambil cangkir di lemari.

Manakala Jaeyoon nampak terseyum kaku dan mengerjap beberapa kali. "Enggak, Kak cuma itu----" ia menggaruk leher tidak tahu ingin melanjut. "Eh, ini udah lama, aku hantar kopi dulu, ya. Kak."

Sejurus menunjuk cangkir di tangan sekaligus pelarian dari membalas ucapan si perawat Jaeyoon segera berjalan meninggalkan Yejin yang mengernyit heran.

Seperti biasa yang sudah wajib di lakukan, Jaeyoon membawa kopi itu ke bilik di tempati Sunghoon.

Membuka pintu dan berjalan mendekati lalu meletakkan cangkir itu di meja di mana sosok Sunghoon nampak sibuk mengecek berkas.

Melihat tiada respon dari si dokter Jaeyoon mengendikkan bahu memilih untuk berbalik keluar dari kamar ini.

Namun suara Sunghoon menghambatnya.

"Kamu duduk bentar ada yang saya mau bicarain." Sejurus berkata Sunghoon terus membereskan kertas-kertas di atas meja.

Jaeyoon menurut tanpa bantahan duduk di hadapan Sunghoon.

Ada keheningan sejenak di mana mereka berdua saling pandang dalam keadaan yang canggung. Pun sedetiknya Sunghoon berdehem.

"Soal tadi malam aku butuh bicara berdua sama kamu."

CLUMSY || sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang