[005]

2.7K 380 57
                                    

Caramel tidak tau jika harus berakhir di basecamp Miles, ia tidak masuk melainkan menunggu di luar. Hujan semakin deras, dan rasanya begitu dingin seperti tulangnya ditusuk tusuk oleh angin.

"Suruh masuk aja kali, Des." Rigel melirik kearah luar, tepatnya pada Caramel yang terlihat tengah memeluk dirinya sendiri.

"Tanggung jawab, Bian." Hades menghendingkan bahu cuek.

Semua orang di markas menatap kearah Bian membuat lelaki itu bangkit dan menuju Caramel.

"Masuk, Kar. Tapi lagi gak ada ceweknya." Bian berucap. "Tenang aja gak diapa apain kok, nanti setelah reda gue antar lo balik." lanjutnya lagi.

"Di sini aja deh, Kak. Gapapa kok." Caramel menolak halus.

"Harus Bos yang bujuk baru mau masuk nih?" goda Bian membuat pipi Caramel bersemu.

"Nggak juga kok," elaknya.

"Tadi pancake lo dicicip sama Bos walaupun dikit, itu juga dipaksa sama anak anak, tapi kita ikut makan gapapa?" tanya Bian.

"Gapapa kok, Kak." Caramel tersenyum. "Dicicip juga juga udah buat gue seneng. Sebenarnya gue buat pancake itu sebagai tanda terimakasih buat tempo hari lalu," ucap Caramel.

"Oh, yang lo pingsan gara gara liat anak PMR itu ya," ucap Bian. "Biar gak kedinginan, abisnya lo disuruh masuk gak mau." Bian melepas jaketnya.

Caramel sedikit tertegun dengan sikap Bian yang tiba tiba, meskipun ia butuh karena udara benar benar tidak bersahabat.

"Makasih, Kak. Kak Bian masuk lagi aja kedalem."

"Di sini aja deh, temenin lo."

Caramel tertawa sesekali karena lelucon Bian, lelaki itu benar benar sangat humble dan humoris sekali membuat Caramel tidak canggung.

Di lain sisi, Hades mengisap putung rokoknya sembari melirik kearah dua orang di luar sana. Ntah mengapa rasanya Caramel memiliki magnet sehingga Hades kesulitan untuk tidak memperhatikan gadis itu.

"Anggota baru yang di pick berapa orang Bos?" Wildan bertanya, pasalnya semalam lelaki itu tidak bisa ikut rapat karena sang Bunda demam.

"Gak nyampe lima puluh orang," ucap Hades.

"Ceweknya tujuh orang, sisanya cowok." Agam menambahkan.

"Yang di luar termasuk?" tanya yang lain.

"Caramel?" Saddam melirik sekilas kearah gadis itu. "Gak di pick sama Bos, padahal itu cewek oke juga gabung sama Miles."

"Oke apanya." Hades berdecih. "Cewek lemah kaya gitu join Miles, gak cocok lah."

"Cakep Bos." Jersey menyunggingkan senyum. "Pepet boleh kali ya?" ujar lelaki itu.

"Anak Aerglo juga?" tanya Dicky.

Alister mengangguk. "Iya, baru kelas 10, masih gemes gemes jangan dulu lah."

Teman temannya membahas tentang Caramel, membahas betapa cantiknya gadis itu, sedangkan Hades memilih untuk diam dan menyimak. Kedua mata elang itu melirik kearah luar lagi, tepat sekali gadis itu tengah tertawa bersama Bian.

Hades menjadi teringat seseorang, ntah sejak kapan namun Caramel memiliki persamaan pada gadis yang tengah Hades rindukan sekarang.

"Mikirin apa Bos?" Agam menyenggol lengan Hades.

"Gue mau cabut."

"Kemana?" tanya Rigel.

"Rumah sakit."

Hades melewati Caramel begitu saja, hujan sudah reda dan lelaki itu menaiki motor.

"Cabut kemana Bos?" tanya Bian.

HADES [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang